Kebhinekaan adalah Rahmat

KhazanahHikmahKebhinekaan adalah Rahmat

Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang lahir dalam kerangka kemajemukan, bukan ketunggalan. Sejak awal tercetusnya negara Indonesia, ide yang muncul adalah kesatuan, bukan penyeragaman atau peleburan keberagamannya menjadi satu identitas. Spirit persatuan, dalam semboyannya “Bhineka Tunggal Ika”, yang sejak awal tertanam di negeri ini, membuktikan bahwa sikap terbuka dan toleran terhadap perbedaan merupakan karakter utama bangsa Indonesia.

Keberagaman adalah fitrah bangsa, Indonesia lahir sebagai negara kesatuan, negeri ini mempersatukan ribuan pulau beserta keragaman ras, budaya, keyakinan, bahasa dan adat istiadatnya. NKRI dapat dihayati sebagai proyeksi firman Tuhan tentang kebesaran-Nya, di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu (QS. ar-Rum/30: 22). Indonesia terbentuk dari kesediaan menerima perbedaan dan keberagaman.

Perbedaan manusia yang diterima tanpa menimbulkan perselisihan merupakan rahmat Allah, jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat), kecuali orang yang diberi rahmat (QS. Hud: 118). Bangsa Indonesia yang Bhineka tunggal Ika adalah bangsa yang dirahmati Allah SWT, selama kita menjaga keberagaman yang kompleks ini agar terus harmonis, selama itu pula rahmat-Nya terus menyirami tanah air ini.

Persatuan dan kesatuan bangsa di atas tanah NKRI adalah nikmat luar biasa, seperti yang dulu pernah dirasakan penduduk kota Yatsrib setelah Rasulullah SAW menjejakkan kakinya di tanah kota itu. Yastrib yang sebelumnya penuh dengan konflik saudara dan pertentangan antarsuku, dipersatukan melalui kesepakatan bersama, yang diwujudkan dalam Piagam Madinah oleh Nabi Muhammad SAW. Maka setelah itu, Yastrib menjadi Kota Nabi SAW, tempat tali persaudaraan dan menjadi poros Islam.

Ingatlah kamu akan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepadamu tatkala kamu sedang saling bermusuhan lalu Ia memadukan hatimu dengan rasa kasih, sehingga dengan karunia-Nya kamu jadi bersaudara” (QS. Ali Imran: 103). Inilah sebuah peristiwa lampau,  walau berjarak belasan abad, terasa sangat dekat dengan realitas sejarah bangsa Indonesia sendiri. Sebagaimana penduk kota Yastrib, kesatuan dan persaudaraan adalah karunia-Nya dan nikmat yang telah diberikan atas berdirinya NKRI untuk selalu disyukuri.

Baca Juga  Politik dan Radikalisme Online

Maka dari itu, mementingkan dan memaksakan kehendak pandangan ideologi dan keyakinan golongan tertentu adalah sumber disintegrasi bangsa. Terhindar dari perselisihan dan perpecahan harus selalu diupayakan. Seorang Intelektual Muslim, Abdullah Yusuf Ali, pernah menjelaskan bahwa masyarakat Muslim yang ideal ialah penuh kebahagiaan, tidak terganggu oleh perselisihan atau rasa curiga, punya kepastian, kuat, bersatu dan sejahtera.

Dengan demikian, umat Islam sesungguhnya tidak diajarkan untuk memandang perbedaan dan keberagaman secara negatif, yaitu sebagai ancaman dan perpecahan. Sebaliknya, sebagai rahmat tuhan yang patut disyukuri, dengan memandang perbedaan secara positif akan menimbulkan harmonisasi. Jangan pernah terhasut oleh paham-paham anti-kebhinekaan yang memimpikan satu bentuk umat yang seragam. Mari kita syukuri limpahan rahmat Tuhan atas negeri ini.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait