Generasi Muda Kunci Revitalisasi Peradaban

KolomGenerasi Muda Kunci Revitalisasi Peradaban

Pemuda adalah alat peninjau masa depan. Seperti kata Bung Karno, “ukurlah masa depan tuan, dengan barometer pemuda”. Semua misi-kebudayaan dan perubahan dunia yang berkelanjutan serta berumur panjang, selalu pada awalnya berpusat pada gerakan dan pemikiran para pemuda. Islam sendiri di awal kemunculannya merupakan ajaran yang sangat diminati dan digemari kaum muda karena mengandung ajaran yang sesuai dengan semangat muda dan masa depan. Dalam Islam sendiri, sejarah mencatat bahwa banyak sekali pemuda-pemudi yang menjadi pengikut setia Nabi Muhammad SAW di era Islam paling awal. 

Ketika kita merenungkan kehidupan Nabi dan para sahabatnya, terlintas dalam benak kita gambaran sekelompok orang-orang dewasa dan lanjut usia. Namun nyatanya, saat Nabi SAW memulai masa kenabiannya pada usia 40 tahun, kebanyakan dari pengikutnya adalah kaum muda.

Kaum muda merupakan segmen sosial yang terbuka terhadap hal-hal baru, idealis dan energik. Ketika Nabi Muhammad sedang melakukan dakwah Islam, beliau mendapat banyak dukungan dari kaum muda ini. Beberapa Muslim awal telah berusia sekitar 50 tahun, sebagian lagi berusia di atas 35 tahun, namun faktanya, mayoritas dari Muslim awal berusia di bawah 30 tahun.

Banyak sahabat Nabi SAW yang menjadi tokoh terkemuka dalam Islam di kemudian hari, merupakan para anak muda yang masuk Islam pada usia dini. Di antaranya, Ali bin Abi Thalib saat berusia 10 tahun, Abdullah bin Umar dan Ubaidah bin al-Jarrah, 13 tahun, Uqbah  bin Amir 14 tahun, Jabir bin Abdullah dan Zaid bin Harits berumur 15 tahun, Abdullah bin Mas’ud, Habbab bin Aret dan Zubair bin Awwam 16 tahun, Thalhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf, Arqam bin Abi Arqam, Sa’d bin Abi Waqas dan Asma binti Abu Bakar berusia 17, Mu’adz bin Jabal dan Mush’ab bin Umair 18 tahun, Abu Musa al-Asy’ari 19 tahun, Ja’far bin Abi Thalib 22 tahun, Usman bin Huwayris, Usman bin Affan, Abu Ubaida, Abu Hurairah dan Umar bin al-Khattab yang berusia sekitar 25-33. 

Baca Juga  Sektarianisme Sunni-Syiah Sudah Usang

Harapan dan optimisme Nabi terhadap generasi muda sungguh luar biasa. Ketika peristiwa di Tha’if yang amat menyedihkan, misalnya, sampai-sampai malaikat telah bersiap menimpakan gunung ke kota itu lantaran penduduknya menganiaya Nabi SAW yang berdakwah ke sana. Beliau melarang tindakan yang hendak diambil malaikat itu, dan berharap bahwa di masa depan generasi mendatang dari penduduk kota Tha’if menjadi pemeluk Islam. Terbukti bahwa kota Tha’if akhirnya menjadi salah satu pusat perkembangan Islam yang pesat.

Nabi sangat menyadari potensi kaum muda. Dengan pandangan ke depan yang luar biasa, beliau membina dan memberdayakan kaum muda di komunitasnya. Ketika kita melihat semua hubungan Nabi dengan pemuda, kita melihat bahwa seluruh upaya dan tujuan beliau adalah untuk menghasilkan pemuda yang saleh, berbudi luhur, dan berkemajuan. Misi hangat dan tulus inilah yang mendorong para Sahabat muda menjadi dewasa sampai pada titik keimanan dan keutamaan luar biasa yang mereka dapatkan dari Nabi SAW. Kehebatan mereka, tidak diragukan lagi, terlihat melalui peran dan warisan luar biasa yang mereka tinggalkan.  Masyarakat baru dan beradab ini terbentuk dari generasi muda yang ditempa dan dididik oleh Nabi SAW sehingga dapat memperbaharui masyarakat. 

Dengan cinta dan semangat revitalisasinya, Nabi SAW mampu membangun hubungan yang menakjubkan dengan generasi muda pada masanya. Visi dan implementasinya dalam pemberdayaan pemuda membuahkan kemenangan demi kemenangan yang terus berlanjut hingga generasi mendatang.

Singkatnya, melalui generasi mudalah ajaran Islam dapat meluas, diajarkan dengan prima, dan bertahan lebih lama hingga ke generasi selanjutnya. Tidak heran, di semua benua dan budaya, pemberdayaan pemuda adalah salah satu program yang paling banyak dicanangkan dan diterapkan di dunia saat ini. Sebab, kaum muda adalah para penerus masa depan dan memiliki lebih banyak kesempatan untuk menyumbangkan keterampilan dan bakat mereka. Dengan cara inilah, kaum muda dapat membuat perubahan positif dalam kehidupan di hari kemudian.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.