Nafas Panjang Ramadan

KolomNafas Panjang Ramadan

Kita sama-sama tahu keutamaan Ramadan, dan kiranya telah mengupayakan performa terbaik dalam menghidupi bulan mulia tersebut. Meski, di saat yang kita juga mengerti bahwa kealpaan kita tak terhitung banyaknya semasa itu. Di mana lisan lebih banyak untuk bergunjing ketimbang berzikir. Kita lebih sering malas daripada bersegera memenuhi panggilan Tuhan. Hawa nafsu lebih kerap dimenangkan ketimbang dijinakkan. Fatalnya, bilamana menganggap ketakwaan, amal saleh, ataupun pengendalian diri hanya dicukupkan di bulan ini.

Ramadan seperti arena pariwisata yang memungkinkan kita menikmati beragam tawaran kebaikan Tuhan, berupa ampunan, rahmat, ijabah doa, hingga ganjaran amal yang berlipat. Modalnya tak lebih dari kemauan diri, niat tulus, dan perbuatan nyata. Selain menetapkan limpahan janji istimewa Allah tadi, periode Ramadan juga menghadirkan nuansa khusus yang menggembirakan batin, yang tercermin pula melalui gempita masyarakat dalam meramaikannya. Orang satu sama lain saling bersilaturahmi melalui gelaran buka bersama, keran sedekah kian deras di mana-mana, serta aktivitas-aktivitas sosial semisalnya.

Kiwari, fenomena “war takjil” antara Muslim dan non-Muslim pada Ramadan tahun ini pun menjadi kesan yang dinikmati bersama. Kerukunan umat antarkeyakinan dan keceriaan jelas menjiwai fenomena itu. Masif beredar potret lucu nan menggelikan warga non-Muslim yang memborong takjil, sehingga membuat Muslim yang berpuasa merasa stabilitas jatah jajanan takjilnya terancam. Walhasil, ramailah jagat maya dengan guyonan-guyonan seputar pertempuran berebut takjil.

Banyak orang kiranya ingin bisa terus berdampingan dengan Ramadan. Sebab, berkah Ramadan nyata dan kehadirannya mendatangkan rasa bahagia, tenteram, hingga mencipta ikatan emosional-sosial yang erat. Ramadan akan bernafas panjang ketika diasuh dengan praktik amal-amal baik serta ibadah yang telah terpelihara di bulan itu. Artinya, agar jiwa serta nuansa Ramadan terus hadir di luar bulan tersebut, rutinitas takwa yang dibangun di bulan ini mesti diupayakan bertahan untuk waktu-waktu ke depan setelahnya.

Meski pada dasarnya kita tak akan tahu secara mutlak status diterima tidaknya amal kita di sisi Tuhan, namun ada hal yang bisa kita cermati dan menjadi bahan refleksi. Bahwa di antara tanda diterimanya puasa atau amal saleh kita saat Ramadan adalah kita menjadi pribadi yang lebih baik seusai bulan itu berlalu, atau paling tidak berusaha menjaga praktik kebaikan serta ibadah yang telah dijalankan sebelumnya.

Apabila Allah merestui amalan seorang hamba, Dia akan memberikan taufik kepada hamba-Nya untuk taat dan melakukan amal saleh serupa sesudah Ramadan, baik ibadah wajib maupun sunnah. Ibn Rajab al-Hanbali menuturkan dalam karyanya “Lathaifu al-Ma’arif Fima Limawasimi al-‘Am Min al-Wadzaif” bahwa ganjaran kebaikan adalah kebaikan setelahnya, maka barang siapa berbuat baik lalu diikuti kebaikan lagi, itu adalah pertanda diterimanya kebaikan yang pertama tadi.

Baca Juga  Menolak Provokasi Haji

Seorang saleh pun mengatakan, “Apabila engkau ingin tahu kedudukanmu di sisi Allah, maka lihatlah pada apa Dia menempatkanmu”, jika Dia meneguhkanmu dalam kebaikan, ketaatan, kesalehan maka kedudukanmu di sisi-Nya luhur. Namun, jika sebaliknya maka tak ada tempat khusus bagimu di samping-Nya. Kapanpun kita merasa bahwa Tuhan memberi kita pertolongan, rasa senang untuk menaati-Nya, serta membuat kita tabah dalam hal itu, maka itu merupakan tanda-tanda penerimaan.

Kemudian, tanda lain bila amal ibadah diterima—Ramadan khususnya—adalah merasakan hidup yang baik dan tenang. Menyangkut hal ini, tersirat dalam surat al-Nahl ayat 97, “Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan sedangkan ia seorang yang beriman, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.

Pertanda selanjutnya adalah kepedulian terhadap permasalahan umat. Yakni, makin tinggi kepedulian seseorang terhadap permasalahan umat, semakin besar pula kepekaannya terhadap kalangan yang berkekurangan di sekitarnya, dan kian tak tenang ia tiap kali melihat atau mendengar musibah yang menimpa masyarakat, di mana ia tidak sebatas merasa gelisah tapi melampaui itu menuju kepedulian praktis dengan bantuan nyata yang mungin dilakukannya. Hal-hal itulah yang menjadi indikator sahih serta pertanda atas penerimaan amal ibadah seseorang laiknya puasa Ramadan. Semakin banyak orang memperoleh manfaat dari suatu perbuatan, makin tinggi nilai amal salehnya.

Kita memang bakal terus bergumul dalam siklus baik-buruk perbuatan. Tapi Allah selalu menyediakan penawar mujarab bagi watak hamba-Nya yang demikian adanya. Kenapa manusia senantiasa didorong untuk beramal saleh? Tak lain karena itulah semacam pengganti rugi dari maksiat dan hal-hal buruk yang kita lakukan. Kebaikan-kebaikan akan melebur kesalahan-kesalahan yang kita kerjakan. Dalam surat Hud ayat 114 Allah berfirman,

 وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَىِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ ٱلَّيْلِ ۚ إِنَّ ٱلْحَسَنَٰتِ يُذْهِبْنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ

Dan dirikanlah salat pada dua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).

Tanda-tanda diterimanya amal ibadah di atas adalah sekaligus cara yang mesti kita pertahankan untuk menjaga kehadiran Ramadan setelah bulan itu pergi. Dengan kata lain, kemauan serta kemampuan untuk terus-menerus memonitoring ketaatan diri selepas Ramadan merupakan cara serta usaha menjaga nafas Ramadan agar tetap panjang sekaligus bagian dari tanda penerimaan Allah atas ibadah Ramadan yang kita jalani. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.