Rasulullah, Ayah yang Hadir untuk Anaknya

KhazanahHikmahRasulullah, Ayah yang Hadir untuk Anaknya

Perihal pengasuhan anak biasanya masih dipandang sebagai tugas ibu semata. Konsep tugas rumah tangga cenderung dipahami secara dikotomis berdasarkan gender, di mana ayah sebagai pencari nafkah sementara ibu mengurus rumah dan mendidik anak. Paradigma yang membudaya ini yang kemudian turut menyumbang minimnya peran ayah dalam keluarga, terutama terkait pengasuhan dan tumbuh kembang anak. Realitas demikian di masyarakat kita nampaknya cukup dominan, sehingga masuk akal jika Indonesia menempati posisi ketiga sebagai Fatherless Country di dunia. Istilah tersebut merujuk pada masyarakat yang cenderung tidak merasakan kehadiran dan keterlibat sosok ayah dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun psikologis.

Meski hidup di tengah budaya patriarki yang ketat di masyarakat Arab, sikap Nabi dalam berumah tangga telah melampaui zamannya. Beliau bukan suami otoriter yang enggan melakukan pekerjaan domestik dan melimpahkan sepenuhnya kepada istri. Dalam perkara mengurus anak, Nabi tidak lepas tangan. Sayyidah Fatimah merupakan putri bungsu Nabi yang paling mirip dengan Nabi, begitu dicintai, dan dekat dengan beliau. Nabi menyambut kelahirannya dengan suka cita penuh. Adapun enam putra-putri Nabi yang lain telah lebih dulu wafat. Rasulullah SAW bukan ayah yang gengsi untuk menyatakan rasa sayang pada anak baik secara verbal maupun ekspresi fisik.

Tidak sedikit sabda-sabda yang menunjukkan besarnya cinta dan kedekatan Nabi dengan putrinya itu. Ummu al-Mukminin, Aisyah, pernah menyatakan, “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang kalimat dan cara bicaranya lebih mirip dengan Rasulullah SAW seperti halnya Fatimah. Jika dia datang kepada Nabi, maka beliau akan berdiri menyambutnya, mencium serta memeluknya. Lalu Nabi memegang tangannya dan mendudukkannya di sisinya.” (HR. Ibnu Hibban).

Di samping memerintahkan umatnya untuk mencintai dan merawat anak dengan baik, Nabi sekaligus mencontohkannya secara langsung. Manakala sang putri mendatanginya, Nabi selalu menyambut dengan kelembutan dan menampilkannya secara terbuka. Nabi biasa mencium, memeluk, ataupun sekadar duduk bersisian dengan sang putri seperti yang dikisahkan dalam hadis Aisyah tadi. Tak sedikit yang terkejut melihat perlakuan Nabi pada putrinya tersebut, sebab tidak biasanya anak perempuan diperlakukan demikian dalam kultur masyarakat Arab ketika itu. Bahkan budaya Arab jahiliah menganggap anak perempuan sebagai aib, hingga ada kultur mengubur bayi perempuan hidup-hidup.

Dalam suatu riwayat yang disampaikan oleh Abu Hurairah, diceritakan bahwa Nabi sedang mencium cucunya, Sayyidina Hasan. Kemudian seorang yang duduk di samping Nabi bernama al-Arqa’ bin Habis al-Taimi mengatakan, “Aku punya 10 anak laki-laki, tapi aku tidak pernah mencium satu pun dari mereka”. Nabi memandangnya lalu berkata, “Barangsiapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari-Muslim). Terlihat bagaimana Nabi mengelaborasi makna menyayangi anak tidak sebatas pada pemberian nafkah materi, tapi penting juga untuk membangun interaksi dan kedekatan dengannya, baik secara fisik maupun emosional.

Baca Juga  Peran Non-Arab Bagi Kemajuan Islam

Seiring dewasa, Sayyidah Fatimah menjadi mitra yang membersamai dakwah Nabi, sekaligus meriwayatkan hadis pula dari beliau. Dalam hal ini Nabi menunjukkan pengakuan terhadap kapasitas putrinya. Nabi adalah ayah yang demokratis dan menghargai keputusan sang anak. Ketika Sayyidina Ali mendatangi Nabi untuk melamar Sayyidah Fatimah, sebagai seorang wali Nabi tidak serta menjawab pinangan itu tanpa mempertimbangkan kehendak putrinya. Nabi mendatangi sang putri dan menanyakan jawaban atas pinangan Sayyidina Ali.

Suatu ketika Nabi pernah berkata kepada Sayyidina Ali, bahwa “Fatimah adalah bagian dariku, siapa yang menyakitinya berarti menyakitiku, siapa yang membuatnya gembira, maka ia telah membahagiakanku”. Hal ini disampaikan Nabi sehubungan dengan seorang tokoh Quraish yang ingin menikahkan putrinya dengan Sayyidina Ali, alias menjadi madu bagi putri Nabi. Sebagai figur ayah, Rasulullah secara elegan dan tegas berdiri melindungi kesejahteraan emosional anaknya. Sebab tidak ada perempuan yang tak sakit hati jika diduakan. Nabi tidak sekonyong-konyong melarang Sayyidina Ali menikah lagi. Namun, diplomasi Nabi secara tak langsung tidak memberi menantunya pilihan selain memadu Sayyidah Fatimah atau sama halnya menyakiti Nabi.

Nabi dengan Sayyidah Fatimah tampak memiliki komunikasi yang dialogis dan terbuka. Acap kali sang putri mendapati suatu persoalan, Nabi menyelipkan pengajaran kepadanya. Misalkan saat Sayyidah Fatimah mendatangi Nabi dan mendiskusikan keinginannya untuk punya pembantu. Beliau tidak selalu menuruti keinginan putri, dan mempertimbangkan untuk memberinya nasihat. Kita diperlihatkan bagaimana komunikasi dua arah Nabi dengan putrinya yang terus terjalin bahkan setelah ia menikah dengan Sayyidina Ali.

Ayah memiliki peran yang sama pentingnya dengan ibu dalam proses pengasuhan anak. Absennya ayah dari keterlibatan pengasuhan dapat berdampak terutama pada aspek psikologis anak. Ia bisa tumbuh menjadi anak yang rendah diri, merasa kehilangan dan terabaikan, mengalami kebingungan identitas, mengalami gangguan emosional, hingga memiliki hubungan yang rumit dengan pasangan di kemudian hari.

Sayyidah Fatimah tumbuh menjadi figur anak yang patuh, menaruh hormat dan cinta yang besar pada orang tuanya. Secara personal dia adalah perempuan yang tangguh, sederhana, berwawasan, berani mengambil sikap, dermawan, seolah ia adalah cetak biru dari Nabi Muhammad SAW. Warisan karakteristik adiluhung itu merupakan buah dari keterlibatan aktif Nabi dalam mendidik dan mengasuh sang putri yang didasarkan pada pondasi cinta kasih yang patut diteladani. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.