Dua Nasihat Singkat Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Tentang Prioritas Hidup

KhazanahHikmahDua Nasihat Singkat Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Tentang Prioritas Hidup

Manusia selalu memiliki prioritas dalam hidup. Sebagai seorang Muslim, apa prioritas hidup kita? tentu saja jawabannya menjalani kehidupan yang lurus sesuai dengan petunjuk Allah SWT. Dalam setiap rakaat shalat, kita selalu memohon petunjuk ke jalan yang lurus, Ihdinas Shiraatal Mustaqiim ‘Tunjukilah kami jalan yang lurus’ (QS. Al-Fatihah: 6). Sering sekali kita melafalkan ayat ini, namun tanpa memikirkan apa yang kita minta. 

Jalan khusus yang disebutkan dalam surat Al-Fatihah tentu adalah jalan spiritual menuju Allah SWT. Itu adalah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan kita, sampai-sampai kita perlu memintanya berulang-ulang dalam setiap shalat. Meniti dan menapaki jalan lurus menuju Allah adalah prioritas bagi setiap Muslim. Bagi manusia yang tidak tentu arah, menemukan jalan akan membawa banyak ketenangan pikiran. Jalan inilah yang diajarkan oleh salah satu sufi terbesar sepanjang zaman, Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani.

Beliau adalah salah satu wali abad ke-12 yang telah banyak memberi bimbingan ke jalan lurus bagi para pencari Tuhan. Banyak orang bertobat dan memperbaiki hidup karena tergugah oleh nasihatnya. Banyak ulama yang mengikuti jalan suluk di bawah bimbingan ilmiah dan instruksi spiritualnya. Pengaruh ajaran tasawuf Syaikh Abdul Qodirl Al-Jailani melampaui zamannya. Karomah dan keajaiban karismatik beliau sangat otentik dan dikagumi umat Islam di seluruh dunia dari generasi ke generasi.

Dalam kitab fenomenal Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani, Futuh al-Ghaib (Dar al-Maqtam 2007, h.21-22), beliau merangkum dengan singkat bagaimana memprioritaskan apa yang benar-benar penting bagi hidup kita. Yakni mengutamakan kepentingan dan kebutuhan kita terhadap jalan menuju Allah. Jadi, apa yang harus kita lakukan dalam meniti dan menavigasi jalan lurus itu?. Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani menuliskan,

Baca Juga  Meneladani Adab Nabi dalam Berkomunikasi

اتَّبِعُوا وَلَا تَبْتَدِعُوا، وَأَطِيعُوا وَلَا تَمْرُقُوا، وَوَحَدُوا وَلَا تُشْرِكُوا، وَنَزِّهُوا الْحَقَّ وَلَا تُتَّهَمُوا، وَصَدَقُوا وَلَا تَشْكُوا، وَاصْبِرُوا وَلَا تُجْزَعُوا، وَاثْبُتُوا وَلَا تَنْفِرُوا، وَاسْأَلُوا وَلَا تُسْأَمُوا، وَانْتَظِرُوا وَتَرَقَّبُوا وَلَا تَيْأَسُوا، وَتَوَاخَوْا وَلَا تَعَادُوا، وَاجْتَمَعُوا عَلَى الطَّاعَةِ وَلَا تَتَفَرَّقُوا، وَتَحَابُّوا وَلَا تَبَاغَضُوا، وَتَطَهَّرُوا عَنْ الذُّنُوبِ وَبِهَا لَا تَدْنَّسُوا وَلَا تَتَلَطَّخُوا،

“Tirulah, jangan merubah. Patuhi, jangan mengingkari. Esa-kan Allah, jangan menyekutukan. Tegakkan kebenaran, jangan meragukan. Jujurlah, jangan mengeluh. Bersabarlah, jangan khawatir. Teguh, jangan berpaling. Mintalah apa yang kamu butuhkan, jangan pernah lelah. Tunggu dan perhatikan, jangan putus asa. Jadilah saudara, bukan musuh. Bersatu dalam ketaatan, jangan terpecah belah. Saling mengasihi, jangan saling membenci. Bersihkanlah diri dari dosa, jangan dinodai”

وَبِطَاعَةِ رَبِّكُمْ فَتَزَيَّنُوا، وَعَنْ بَابِ مَوْلَاكُمْ فَلَا تَبْرَحُوا، وَعَنْ الْإِقْبَالِ عَلَيْهِ فَلَا تَتَوَلَّوْا، وَبِالتَّوْبَةِ فَلَا تَسَوَّفُوا، وَعَنْ الِاعْتِذَارِ إِلَى خَالِقِكُمْ فِي آنَاءِ اللَّيْلِ وَأَطْرَافِ النَّهَارِ فَلَا تَمْلُّوا،

“Dengan ketaatan kepada Tuhanmu, hiasilah dirimu. Dari pintu Tuanmu, jangan pergi. Dari penerimaan-Nya, jangan berpaling. Dalam pertobatan, jangan menunda. Dari permintaan maaf yang tulus kepada Pencipta mu siang dan malam, jangan pernah bosan.”

Itulah dua nasehat singkat Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani dalam membimbing kita menemukan petunjuk jalan spiritual. Dalam hidup, jalan spiritual setiap orang tentu berbeda-beda. ada yang baru memulai, ada yang sudah lebih maju. Kita semua harus berusaha untuk mengikuti jalan itu dan berjuang mempertahankan diri di jalan itu. Semoga Allah SWT membimbing dan menerangi hati kita di jalan-Nya.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.