Senandung John Lennon untuk Perdamaian Dunia

KolomSenandung John Lennon untuk Perdamaian Dunia

Siapa tak kenal John Lennon. Dia adalah legenda musik dunia. Lennon merupakan pentolan The Beatles, sebuah band beraliran rock papan atas asal Inggris, yang potret para personelnya saat menyebrangi zebra cross di tempat yang disebut Abbey Road sangatlah ikonik hingga kini. Selepas Lennon hengkang dari kelompok musik ini pada tahun 1968, ia pun memutuskan untuk bersolo karir. “Give Peace a Chance” dan “Imagine” yang masing-masing rilis pada tahun 1969 dan 1971 adalah di antara single dalam sejarah karir solonya yang sangat berpengaruh, bahkan “Imagine” dinilai kontroversial. Lagu ini semacam ‘pemberontakan’ Lennon atas kondisi dunia yang diliputi agenda perang. Lennon berkomunikasi melalui musiknya, ia mengajak kita menuju satu suara padu untuk mewujudkan dan menghargai perdamaian.

21 September kemarin diperingati sebagai Hari Perdamaian Internasional. Abad modern sayangnya tak hanya berhias perkembangan teknologi, tapi nyatanya juga dikepung tragedi dan konflik berdarah. Intelegensia unggul manusia masa kini nampaknya bukan jaminan menjadikannya lebih beradab. Perang Rusia-Ukraina, penjajahan Israel atas Palestina, negara-negara Timur Tengah yang tak hentinya membara karena teror serta konfliknya yang amat kompleks. Deret prahara ini menunjukkan kesenjangan yang menganga antara cita-cita perdamaian dunia dan kondisi obyektif dunia kita. Damai bukan semata-mata ketiadaan perang, namun juga hadirnya keadilan dan ketenangan di tengah kehidupan bersama.

Selain dikenal sebagai seniman, Lennon bersama istrinya, Yoko Ono, merupakan aktivis anti-perang yang memanfaatkan lagu sekaligus posisi tawarnya sebagai musisi papan atas dunia untuk mengumandangkan ajakan perdamaian kepada masyarakat luas. Dalam sejarahnya, kedua lagu tadi, “Give Peace a Chance” dan “Imagine” ditulis untuk merespons keterlibatan Amerika Serikat pada Perang Vietnam. Lennon menjadi tokoh yang terbilang sentral menyuarakan gerakan anti perang.

Lagu-lagunya mampu memobilisasi opini publik, menjadi anthem (himne) dalam berbagai aksi protes dan demonstrasi untuk mengadvokasi perdamaian. Ia menjadi oposisi pemerintah AS yang kala itu dipimpin oleh Presiden Nixon. Pengaruh Lennon yang mampu menggerakkan gelombang protes ribuan masyarakat Amerika menentang ‘kebijakan’ Perang Vietnam itu, bahkan membuat pemerintah AS gerah dan khawatir. Tren pendukung kebijakan luar negeri AS menyangkut perang Vietnam bahkan menurun usai lagu anti perangnya, “Give Peace a Chance” keluar. Komposisi lirik dan nada yang digubah Lennon menjadi getaran yang menggerakkan jiwa-jiwa menuju naluri damai.

“Give Peace a Chance” mendendang penuh nuansa semangat. Tipikal lagu yang menemani gelaran perjuangan warga di jalan-jalan untuk memompa gelora dan solidaritas mereka. Liriknya lugas dan terbuka. Makna dan pesannya terdengar lebih gamblang serta eksplisit. Komposisi lirik dan musiknya terdengar sederhana, namun memperlihatkan suara protes tajam terhadap aktor-aktor pemicu konflik. Melalui lagu ini, Lennon pernah menggelar kampanye perdamaian yang eksentrik dan menggemparkan pada 1969, bertajuk Bed in for Peace.

Lennon dan istrinya, Ono, menggunakan momen bulan madu mereka untuk menggelar kampanye perdamaian. Undangan yang berisi “Come to John and Yoko’s Honeymoon: a Bed-In, Amsterdam Hotel” dikirimkan ke para awak media agar datang ke kamar hotel yang mereka pesan. Ekspektasi untuk meliput romansa pasangan seniman kontroversial itu pupus, sebab mereka diundang guna meliput pemikiran-pemikiran anti perang dan ajakan perdamaian dari keduanya. Bersama-sama dengan Lennon dan Ono yang berkostum piyama dan duduk di atas ranjang, lengkap dengan pesan-pesan perdamaian yang ditempatkan sebagai ornamen, mereka sekalian menyanyikan lagu “Give Peace a Chance”. Selama sepekan para wartawan itu diundang dari jam 9 pagi hingga 9 malam untuk melangsungkan aksi damai menolak peperangan.

Keduanya ingin menyampaikan, bahwa masih lebih baik berdiam diri di atas kasur daripada berperang. Mereka membayangkan jika para komandan perang dunia berbaring di ranjang masing-masing, ketegangan tak akan terjadi. Kita diajak untuk berpikir bahwa perdamaian mesti diberi kesempatan. Seturut dengan itu maka peperangan harus dihentikan. Pengaruh aktivisme Lennon dan istrinya terbukti, manakala gelombang demonstrasi masif di Washington D.C yang mengkritisi ‘kebijakan’ Perang Vietnam mengemuka tak lama setelah “Give Peace a Chance” mengudara.

Baca Juga  Menata Cara Pandang terhadap Bencana Alam

All we are saying is give peace a chance, all we are saying is give peace a chance”. Bait ini merupakan pesan utama yang disenandungkan berulang-ulang oleh Lennon. Ini adalah seruan agar perdamaian diberi kesempatan untuk hidup. Bahwa kita sekalian harus menuntut dan memperjuangkannya. Melalui lagu ini, Lennon sekaligus menyindir stereotip, prasangka, dan diskriminasi berbasis tampilan fisik. Di mana seseorang tak bisa dinilai atau dihakimi berdasar jenis kelamin, warna kulit, usia, pakaian, etnis, maupun atribut luaran lainnya. Sindiran ini ditampilkan lewat Bagism, merujuk pada aksi membungkus dirinya dan sang istri dalam tas untuk menutup tubuh mereka. Lennon juga menegaskan ketidaksepakatan pada pihak-pihak yang terlibat dan saling berhubungan satu sama lain dalam meletusnya Perang Vietnam. Mereka divonis sebagai pendosa.

Sementara itu, “Imagine” mengajak pendengarnya untuk berimajinasi, atau lebih tepatnya berefleksi, merenungi situasi panas dunia beserta sumber konflik yang melatarinya. Bait demi baitnya adalah cermin kegelisahan dan harapan Lennon pada tatanan dunia. Tema serba putih yang diusung dalam video klipnya menunjukkan harapan dunia yang terang, jauh dari kelam konflik. Di permulaan bait, Lennon membayangkan ketiadaan surga neraka, dan manusia yang cukup fokus hidup untuk hari ini. “Imagine there’s no heaven, It’s easy if you try, No hell below us, Above us only sky, Imagine all the people living for today”. Lennon terlihat menyoroti kelakuan umat beragama yang kerap bertikai atas nama agama, rela saling serang demi klaim kepemilikan mutlak kapling surga. Coba saja manusia hanya fokus beramal untuk menghidupi kehidupannya hari ini, mereka tak akan saling adu ambisi untuk menguasai proyeksi kenikmatan hidup di surga pasca kematian kelak.

Bait kedua berbunyi, “Imagine there’s no countries, It isn’t hard to do, Nothing to kill or die for And no religion too, Imagine all the people living life in peace”. Penggalan ini sepertinya yang membuat Lennon kerap dianggap komunis sekaligus ateis. Ketika negara-negara saling berperang demi kekuasaan dan kejayaan, dengan ongkos kemanusiaan yang amat besar, maka Lennon dengan berani membayangkan tiadanya institusi negara pula agama, supaya tak lagi ada nyawa yang terbunuh sia-sia dan manusia bisa hidup dalam damai bersama tanpa mempersoalkan identitas satu sama lain.

Penulis teringat pernah membaca salah satu harian nasional dan menemukan potongan testimoni, bahwa “Imagine” merupakan suatu manifesto paling ‘subversif’ tentang dunia yang bersatu, berbagi, serta damai sejahtera. Lagu ini memang pernyataan terbuka sekaligus ajakan si penulis untuk mendukung gerakan perdamaian. Kesan ‘subversif’ boleh jadi muncul dari potongan liriknya yang membayangkan ketiadaan negara. Sementara menurut penulis, kesan ‘subversif’ ini kiranya merujuk pada keinginan kuat dan menggebu Lennon agar sesegera mungkin damai di dunia ini tercipta.

Dalam bait ketiga, musisi kelahiran Liverpool ini menempatkan dirinya sebagai pendamba masa depan dunia yang indah. Memperlihatkan Lennon sebagai sosok yang idealis. Pun demikian, ada optimisme serta sisipan harapan agar orang lain turut serta menjadi sekutunya untuk mendukung terwujudnya dunia damai milik bersama. “You may say I’m a dreamer, But I’m not the only one, I hope someday you’ll join us, And the world will be as one”, tulisnya.

Meskipun mendamba perdamaian mutlak tanpa adanya konflik sama sekali adalah utopia, namun mengusahakan kehidupan dunia yang damai tidak sama dengan mengejar impian kosong. Mengupayakan perdamaian dunia menyangkut pula kesediaan bekerja sama mengelola konflik yang hampir pasti ada di tengah aneka ragam manusia yang masing-masing dibekali takdir kehendak untuk menguasai yang lain. Di luar hal-hal yang bisa dikritisi dari “Imagine”, bagi penulis Lennon menularkan semangat luar biasa sebagai titik pangkal untuk berefleksi. Optimismenya harus dijaga. Dan mari bersama-sama menjawab ajakan Lennon untuk bergabung ke dalam barisannya menggalang perdamaian guna menjadikan dunia ini sebagai tempat yang lebih baik untuk hidup. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.