Blame The Women Syndrom, Bagaimana Islam Menanggapi?

KolomBlame The Women Syndrom, Bagaimana Islam Menanggapi?

Putri Cendrawati dalam kasus Sambo dan Agnes dalam kasus Dandy Rubicon, merupakan dua perempuan yang terjerat kassus kriminal serius dan disorot semua media. Tidak disangkal bahwa keduanya terlibat perbuatan keji dan pantas dihukum untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun ada saja yang mengolah peristiwa ini dengan menjadi narasi untuk memperkuat stigma ‘pempuan sebagai sumber kejahatan laki-laki’. Sehingga kutipan pemahaman misoginis terhadap hadis yang menyinggung perempuan sebagai sumber fitnah pun kembali berseliweran.

Apa yang disebut-sebut sebagai blame the women syndrome semakin memenuhi laman media sosial belakangan ini. Perempuan dianggap satu-satunya sumber permasalahan dalam suatu kasus kejahatan. Kita tentu tidak membela perempuan yang terlibat aksi kriminal. Yang perlu dikritisi ialah anggapan bahwa laki-laki melakukan kejahatan karena perempuan, sehingga semua kesalahan ditimpakan kepada oknum perempuan. Hal ini amat bertentangan dengan konsep keadilan dan nilai kemanusiaan, serta menjalar menjadi stigma pada perempuan.

Amat disayangkan jika tabiat untuk menyalahkan perempuan atas kejahatan laki-laki malah bersumber dari pemahaman kelitu terhadap hadis Nabi SAW. Banyak hadits yang secara literal memang mengesankan bahwa perempuan sebagai sumber fitnah. Dimana hadits tersebut, diriwayatkan oleh perawi hadits seperti Bukhori Muslim, Nasai, Tirmidzi, Ibnu Majjah. Sehingga kualitas haditsnya mayoritas shohih.

Salah satunya yang berbunyi bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, Setelahku nanti, tidak ada fitnah paling berbahaya bagi laki laki daripada wanita

Hadis ini perlu dipahami, bukan ditelan mentah-mentah begitu saja. Guru Besar Ilmu Hadits IAIN Kudus Jawa Tengah, Prof. Dr. Umma Farida, Lc., MA dalam serial ngaji KGI regular ke 34 pada Jumat, 3 Maret 2023 menuturkan tentang pentingnya mencari hadits pembanding dengan tema yang sama sebelum memaknai sebuah hadits.

Proses ini amat diperlukan, karena posisi hadits adalah sebagai bayan (penjelasan) dari hukum yang tertulis dalam al-Quran. Selain itu, hadits juga berposisi sebagai penjelas bagi hadits lainnya. Menyandingkan hadits dengan tema serupa, akan melahirkan pemahaman yang komprehensif.

Adapun beberapa hadits yang memiliki tema yang sama dengan hadits perempuan sebagai sumber fitnah berbunyi, Sesungguhnya setiap ummat itu memiliki fitnah dan fitnah ummatku adalah harta. (HR. Ahmad)

Baca Juga  Kisah Putri Syaikh Arsyad Al-Banjari Dinikahkan oleh Dua Wali

Dari hadits diatas, bisa dipahami bahwa perempuan sebagai sumber fitnah tidak bersifat mutlak. Karena ada hadist lain menyatakan bahwa harta juga merupakan sumber fitnah. Kedua hadits tersebut memiliki level yang sama sebagai hadits shahih.

Selain perempuan dan harta, dalam hadis lain disebutkan bahwa kuda juga berpotensi menjadi fitnah. Nabi SAW bersabda, Sesungguhnya sumber kesialan itu adalah tiga hal ;kuda, perempuan, rumah. (HR. Bukhori)

Hadits ini juga berposisi sebagai penjelas dari QS Anbiya ayat 35 yang menyatakan bahwa fitnah bersifat netral, bisa berkaitan dengan hal baik dan buruk dan terjadi pada laki-laki dan perempuan. Hadits yang diriwatkan Imam Bukhori diatas, dan juga QS Anbiya ayat 35 memaknai fitnah dengan posisi resiprokal.

Ada banyak fitnah, namun kenapa perempuan sebagai sumber fitnah paling banyak dikutib?

Di sesi ngaji KGI yang sama, Nyai Nur Rofiah menjelaskan kapan kata fitnah dalam al-Quran disebutkan. Beberapa ayat al-Quran menggunakan diksi fitnah dalam konteks kemusyrikan, cobaan dan ujian, kebinasaan, siksa dan adzab.

Dosen PTIQ Jakarta tersebut juga menambahkan bahwa pemikiran yang “male perspektif” masih mengakar pada masyarakat Indonesia yang patriarkis. Apalagi, selama berabad-abad lamanya, perempuan diposisikan sebagai masyarakat kelas dua. Sehingga masih banyak pihak yang menormalisasi pelekatan stigma negative terhadap perempuan. Perempuan dianggap sebagai fitnah dan posisi tersebut adalah kodrat yang harus ditanggung perempuan.

Seperti dalam dua kasus yang viral belakangan ini. Meskipun mungkin saja anak dan harta yang menjadi sumber fitnah, namun perempuan sebagai sumber fitnah lebih banyak dikutib. Perempuan dianggap fitnah karena jenis kelaminnya seorang perempuan. Dan narasi ini terus diproduksi oleh pemikiran yang diskriminatif.

Oleh karena itu, penting untuk menyandingkan hadits dengan tema serupa dan harus merujuk pada nash al-Quran. Dengan menyandingkan hadits tentang fitnah sebagaimana dipaparkan diatas, bisa disimpulkan bahwa substansi inti dari hadits tentang fitnah adalah sebuah peringatan. Peringatan bagi laki-laki maupun perempuan untuk mewapadai fitnah yang bisa mencelakakan seseorang. Fitnah laki-laki bagi perempuan, fitnah perempuan bagi laki-laki, fitnah harta, fitnah anak, dan fitnah apapun yang merugikan manusia.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.