Indahnya Pahala Kedermawanan

KhazanahHikmahIndahnya Pahala Kedermawanan

Pandemi merupakan waktu untuk meningkatkan amal baik dan kedermawanan untuk saling membantu dan menyelamatkan sesama. Di tengah Pandemi, banyak orang yang tulus mendermakan hartanya untuk membantu penanggulangan wabah Covid-19 di negeri ini, yang tersorot maupun yang tidak. Laporan terbaru dari Charity Aid Foundation (CAF) World Giving Index (WGI) 2021 yang rilis pada Juni 2021 lalu menyebutkan bahwa selama pandemi, Indonesia telah menjadi negara paling dermawan di seluruh dunia. 

Berdonasi kepada yang membutuhkan merupakan cara paling mulia dalam menyisihkan kekayaan demi Allah SWT, yang harus menjadi praktik umum setiap Muslim. Dalam dimensi etika spiritual Islam, menyumbang bukan hanya merupakan metode pemurnian spiritual, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun keberlanjutan sosial-ekonomi dan reformasi sosial, yang menghasilkan kesejahteraan individu dan masyarakat di dunia dan akhirat. 

Menyumbang atau bersedekah merupakan metode yang efektif untuk mencapai kesejahteraan sosial. Hal ini dikarenakan sifatnya yang akan berkembang,  al-Quran memberikan perumpamaan yang sangat indah bagi tindakan kedermawanan, dalam Surat Al-Baqarah, kedermawanan disebut secara metaforis sebagai benih yang terus berkembang berlipat ganda.

Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui (QS. Al-Baqarah: 261)

Dalam ayat ini Allah SWT menggambarkan kedermawanan seperti benih yang tumbuh berkembang biak dari benih yang kecil menjadi tujuh tangkai yang yang masing-masing berisi seratus butir. Al-Maraghi dalam tafsirnya tentang ayat ini menjelaskan bahwa sekelompok peneliti pernah melakukan percobaan pada tahun 1942, untuk membuktikan perbanyakan biji gandum yang ditaburkan seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an. Hasilnya, mereka menemukan bahwa satu tangkai menghasilkan 107 biji.

Hal ini membuktikan kebenaran ayat ini, dan fakta bahwa suatu tindakan amal dapat memicu dampak positif kepada masyarakat yang diperkirakan hingga 700 kali lipat. 

Selain itu, analogi ini juga mengacu pada pahala yang dijanjikan Allah SWT kepada orang-orang mendermakan hartanya, Allah SWT akan membalas perbuatan kedermawanan dengan ratusan kali lipat pahala yang terus berkembang dan bertambah banyak. Bayangkan, betapa banyak hasilnya apabila benih kedermawanan yang ditanamnya itu lebih dari sebutir.

Berdasarkan perspektif al-Quran tersebut, kedermawanan yang dilakukan orang-orang yang menyumbang untuk meringankan beban pandemi, menciptakan efek berantai dan manfaat yang berkembang. Di dalam Tafsir Al-Munir (2: 44-55), Wahbah al-Zuhaili menyimpulkan bahwa amal memberikan dampak yang berlipat ganda baik bagi pelaku maupun masyarakat. 

Baca Juga  Kezuhudan Sufi yang Disalahpahami

Manfaat yang semakin besar tersebut tergambar ketika seorang donatur memainkan peran ekonominya dalam memberikan sedekah kepada penerimanya, maka dampak positifnya akan dirasakan oleh bangsa, karena mengurangi biaya pengelolaan dalam banyak hal. Dampak positif yang diterima oleh bangsa ini kemudian diwujudkan melalui pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat termasuk para donatur. Sehingga kesejahteraan orang-orang akan meningkat, dan mereka akan memainkan peran kedermawanan pula.

Dari sebutir benih, kedermawanan akan tumbuh berkembang menjadi sebuah taman dan kebun kebaikan. Pada ayat 265 dari surah yang sama, dampak kedermawanan digambarkan dengan indah sebagai sebuah ‘kebun di dataran tinggi’, yang tetap subur di kala hujan deras dan hujan ringan. Dan perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari ridha Allah dan untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun pun memadai. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 265)

Hal ini menunjukkan bahwa kedermawanan yang ikhlas, kebaikannya tumbuh berkembang indah dan tidak akan tandus. Selain itu, juga mengandung makna bahwa Allah kan menerima dan memperbanyak pahala dan dampak positif amalan tersebut. Wahbah al-Zuhaili lebih lanjut menguraikan maknanya dengan menjelaskan bahwa, amal ikhlas memberi membuahkan hasil baik yang melimpah, berkesinambungan dan berkelanjutan. 

Allah mengumpamakan spirit kedermawanan seperti kebun yang subur di tempat tertinggi dengan banyak air dan matahari, yang menghasilkan banyak manfaat secara konsisten, dan terus memberikan apapun yang dapat dihasilkannya selama masa sulit. Kita tentu amat tergugah untuk segera menyemai benih-benih kedermawanan akan suatu saat berkembang menjadi sebuah taman yang indah. 

Kekuatan kita dapat dicapai dengan menyalurkan amal dan donasi, untuk membekali masyarakat dalam menghadapi cobaan yang datang. Kedermawanan, berdasarkan ayat-ayat Al-Quran di atas, menggambarkan tumbuhnya kebaikan yang bermanfaat bagi pemberi, penerima, dan masyarakat secara keseluruhan dan berkelanjutan. Mari tanamkan benih-benih kedermawanan kita untuk membantu sesama dalam menghadapi wabah Covid-19 ini, inilah lahan yang subur untuk kita mulai mengembangkan kebun dan taman kedermawanan kita masing-masing.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait