Pesan Optimisme di Bulan Nabi

KhazanahPesan Optimisme di Bulan Nabi

Rabiul Awal menjadi bulan istimewa karena manusia paling utama terlahir di dalamnya. Nabi Muhammad SAW memberi sentuhan keberkahan pada apapun yang terkait dengan beliau. Cahaya petunjuk, syafaat, keberkahan, suka cita, semuanya datang melingkupi alam semesta bersamaan dengan tarikan napas pertama Rasulullah al-Musthafa. Di tengah masyarakat gurun yang gemar berperang, yang memiliki rasa kesukuan tinggi, yang mengubur bayi perempuan mereka hidup-hidup, yang elitenya mempraktikkan monopoli ekonomi, Allah menurunkan utusan-Nya untuk merobohkan bangunan realitas dan sistem yang zalim tersebut. Kelahiran Nabi Muhammad menjadi harapan baru bagi tertatanya peradaban manusia. Rasulullah merupakan reformis yang menawarkan optimisme.

Rabi’’” adalah bahasa Arab yang berarti musim semi, sedangkan “Awal” artinya yang pertama. Musim semi menandai awal yang indah, mengarah pada sesuatu yang cerah, hangat, serta membahagiakan. Demikianlah kelahiran Rasulullah. Maulid Nabi menunjukkan optimisme tinggi untuk masa depan kehidupan manusia melalui misi profetik dalam ajaran Islam yang dibawanya. Di bulan Nabi ini adalah kesempatan kita untuk mendulang keutamaan dari Rasulullah. Nabi adalah gelas yang penuh. Maka dari itu, mengingat sosok beliau, mendaras sejarah hidupnya, menyebut namanya, bukan menambah kemuliaan Nabi, tapi justru kita yang terpapar asap keharuman beliau dan menjadi terhormat karena menautkan diri dengan segala hal tentang Nabi.

Kerangka kelahiran Nabi di musim semi semakin menguatkan bahwa beliau dan ajarannya adalah definisi kasih sayang. Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (Al-Anbiya’ [21]: 107). Artinya, tidak ada dari ajaran Nabi yang bertentangan dengan motif cinta. Baik itu proses penerimaan wahyu, transfer ajaran kepada umat manusia, hingga jika terpaksa harus berperang pun pasti didasari ruh kasih sayang.

Memperingati maulid Nabi dapat dimaknai sebagai menyegarkan semangat optimisme. Sebab hidup manusia adalah semacam siklus naik turunnya keyakinan. Putus asa kerap menjadi pilihan yang membayangi seseorang ketika usaha berulang telah dilakukan tapi tak kunjung disambut jawaban. Namun bukan sikap menyerah yang direstui Tuhan, melainkan optimisme. Orang yang optimis memiliki pandangan serta pengharapan baik dalam menyikapi segala hal, termasuk dalam arti ini adalah berprasangka baik terhadap ketentuan Allah. Di antara ciri seorang beriman adalah meyakini skenario Allah adalah yang terbaik, di mana keinginan seorang hamba pasti diwujudkan di masa yang paling tepat untuknya.

Baca Juga  Ngaji Maraqi Al-‘Ubudiyah: Menjaga Lisan Dari Perkataan Dusta (Bagian 2)

Optimisme meniscayakan upaya kembali mencoba meski menemui pahit kegagalan. Orang yang berpengharapan baik akan menyediakan ruang tersendiri dalam dirinya untuk menata pelajaran dan hikmah dari setiap kegagalan yang dialami. Sikap optimis menunjukkan karakter kuat dari yang bersangkutan. Dan mukmin yang kuat lebih disukai ketimbang seorang mukmin yang lemah.

Optimisme merupakan kebaikan. “Dari Abu Hurairah RA, dia berkata; Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada rasa tiyasah (firasat buruk dan kesialan), dan yang lebih baik dari itu adalah rasa optimis. Maka ditanyakanlah kepada beliau: Apa yang dimaksud dengan rasa optimis? Beliau bersabda: Yaitu kalimat baik yang sering didengar oleh salah seorang dari kalian.” (H.R. Ahmad).

Sementara itu, orang pesimis akan menumpuk mental negatif lanjutan. Penuh keraguan, memundurkan diri karena tak bergerak mencoba, hingga timbulnya rasa iri kepada orang lain karena ia memilih mengembangkan energi negatif dalam dirinya. Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang beriman (Ali Imran [3]: 139).

Hidup berputar dan musim berganti. Demikian halnya nasib seseorang tentu akan berubah selagi disertai gerak, upaya, dan optimisme. Bahkan bulan lahir Nabi menyisipkan makna berkah berupa pesan-pesan optimisme. Kelahiran Nabi menyuntikkan energi untuk terus mencoba yakin atas harapan dan berprasangka baik pada Tuhan dengan raut berseri. Mari rayakan kelahiran Rasulullah. Semoga semerbak wangi bunga musim semi maulid Nabi menyapa dan terjaga dalam diri kita. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.