Mendayagunakan Akal Benteng dari Godaan Setan

RecommendedMendayagunakan Akal Benteng dari Godaan Setan

Maksiat yang dilakukan manusia dan bisikan setan adalah dua hal yang lekat. Sebab, memang sudah komitmen bangsa setan untuk menggoda umat manusia, bertugas menanggapi sisi nafsu yang dipunyai manusia agar terarah menuju kesesatan dan terasah untuk bermaksiat. Dengan kata lain, tidak tepat jika keburukan yang kita lakukan adalah salah setan. Karena manusia diberi kuasa untuk mengambil sikap terhadap provokasi setan untuk bermaksiat. Selagi hidup, manusia akan selalu terlibat dialektika yang tak pernah usai dengan setan. Untuk itu semua, Allah membekali kita akal budi sebagai perangkat membentengi diri dari bujukan mereka.

Posisi akal sebagai senjata melawan tipu daya setan dijelaskan oleh Allah dalam surat Yasin ayat 62.

 وَلَقَدْ أَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيرًا أَفَلَمْ تَكُونُوا تَعْقِلُونَ

Dan sungguh, ia (setan itu) telah menyesatkan sebagian besar di antara kamu. Maka apakah kamu tidak memikirkan? 

Melalui ayat ini, Allah seperti sedang menyatakan kelangkaan berpikir manusia yang membuat kebanyakan mereka tersesat, hingga menciptakan maraknya tragedi keburukan, fenomena kejahatan, dan berbagai bentuk maksiat manusia yang amat variatif dan terekam jejaknya sepanjang sejarah. 

Sedemikian menakjubkan perilaku keji manusia, sering kemudian kita dengar seloroh bahwa manusia kini jauh lebih mengerikan daripada setan, manusia sudah lebih setan dari setan yang kodratnya ingkar dan menyesatkan itu. Mereka pun konon mulai bosan mengganggu manusia, barangkali setan-setan tersebut ingin pensiun dini karena manusia sekarang lebih inovatif dan progresif dalam mengembangkan kejahatan. Bangsa setan benar-benar sukses dalam merealisasikan misinya dan meninggalkan legasi di muka bumi ini. Manusia berjiwa setani terlahir.

Usai menyatakan tentang kawanan besar manusia yang berhasil disesatkan setan, Allah SWT kemudian mengajukan pertanyaan tegas bernada menyindir umat manusia. Mengapa kiranya anugerah akal budi tak dipergunakan sebagaimana mestinya untuk menolak akal bulus setan?! Lalai pikir tersebut menyebabkan manusia berbelok dari jalan selamat Allah menuju jalan salah yang gelap. 

Dalam Tafsir Al Azhar, Buya Hamka menerangkan bahwa di penghujung ayat tersebut Allah seolah ingin berkata, “Pernahkah kamu pikirkan bahwa perbuatanmu itu salah? Allah yang memberimu makan, lalu setan yang kamu sembah? Allah yang menunjuki kamu jalan yang lurus, lengkap dengan ratusan rasul yang sama nada seruannya dan ribuan nabi yang sama kesucian yang mereka bawa, lalu kamu tinggalkan jalan itu dan kamu pergi ke jalan masuk semak, rimba raya, gelap gulita tidak tentu arah dan hala? Tidakkah kamu pikirkan bahwa seruan Tuhan adalah untuk keselamatan kamu, sedang ajakan setan semata-mata untuk menyesatkan kamu? Tidakkah kamu renungkan bahwa Allah menyediakan dua tempat, yaitu surga dan neraka; lalu Allah selalu memanggil kamu supaya masuk ke dalam surga itu dan menjauhi neraka.” (Tafsir Al Azhar, Juz XXIII-XXIV, 2005, hlm. 60-61).

Baca Juga  Hidup Islami dengan Ramah Lingkungan

Menurut Quraish Shihab sebagaimana dikutip laman tafsiralquran.id (13/2/2021), kata “ta’qilun” dari ayat tersebut berasal dari kata “‘aqala” yang bermakna mengikat serta ‘iqal yang artinya tali. Akal dinamakan dengan akal sebab memiliki potensi mengikat serta menghalangi manusia dari berbuat hal yang buruk atau salah. Sebab itu, mendayagunakan akal menjadi sangat mendesak untuk tiap detik hidup yang kita lalui, mengarahkan diri menuju takwa pada Tuhan.

Tafsiran Buya Hamka di atas menyentil kesadaran dasar kehambaan kita. Kita diingatkan untuk selalu menguji dan mempertanyakan kesesuaian sikap diri dengan aturan serta petunjuk Tuhan. Akal yang didayagunakan untuk berpikir, beserta iman yang dijaga hidup akan membimbing manusia untuk mampu membedakan mana perkara benar dan mana yang salah, mana kebaikan dan mana keburukan. Tujuannya agar kita bisa berlabuh di jalan keselamatan. 

Setan adalah makhluk dengan tekad kuat. Visi misinya jelas untuk menyeret umat manusia menuju lubang hitam keburukan. Kiprahnya pun telah terbukti menakjubkan. Komitmen untuk melawan mereka pun dengan demikian harus sama tangguhnya, bahkan lebih. Jika tidak berupaya kuat menjaga diri dari godaan musuh yang nyata tersebut, manusia akan terseret menuju barisan setan dan menjadi sekutu mereka. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.