Kehidupan Manusia Mesti Dipelihara

RecommendedKehidupan Manusia Mesti Dipelihara

Tidak satu kali kita diperlihatkan bagaimana nyawa manusia disia-siakan oleh sesamanya. Nyawa-nyawa tak bersalah menjadi tumbal peperangan di banyak lokasi, menjadi korban ketidakbijakan pemerintahan yang lalim, dan semisalnya. Baru-baru ini kita dikejutkan oleh kasus pembunuhan berencana yang dilakukan oleh aparat kepolisian. Sebuah pelecehan besar pada kehidupan. Orang dengan penuh kesadaran, tanpa ragu melakukan penghakiman pada hak hidup manusia, bahkan diselenggarakan secara sistematis dan terukur. Sekali seseorang menghabisi satu nyawa orang lain secara zalim, sama halnya ia telah membunuh keseluruhan manusia.

Hidup manusia adalah kehormatan yang wajib dipelihara. Dalam surat al-Maidah ayat 32 akan didapati bahwa menjaga jiwa merupakan tugas wajib manusia. Allah berfirman, Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh seluruh umat manusia. Tapi barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan segenap umat manusia.

Ayat ini memuat khazanah mendalam tentang ajaran nirkekerasan dalam Islam. Rangkaian ayat mulai dari 27 sampai 32 dari surat al-Maidah mengisahkan tentang kejahatan pertama di muka bumi yang dilakukan Qabil terhadap saudaranya, Habil. Manakala Habil diancam hendak dibunuh oleh Qabil, Habil tak berniat membalas saudaranya dengan aksi pembunuhan serupa. Habil pun akhirnya terbunuh, dan al-Quran tak serta-merta menjatuhkan hukuman mati bagi pelaku. Nampak di sini bagaimana persoalan pembunuhan dalam Islam itu kompleks dan ditangani secara hati-hati. Sebab nilai nyawa begitu berarti.

Jika Habil sampai menumpahkan darah Qabil sebagai balasan, maka keduanya menjadi sama merugi dan tercela. Rasulullah SAW pernah mengabarkan, Jika dua orang Muslim berkelahi, masing-masing dengan pedangnya kemudian yang seorang membunuh yang lain, maka keduanya, baik yang membunuh maupun yang dibunuh masuk neraka. Ada yang kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah, yang membunuh ini telah jelas (hukumnya), tapi bagaimana yang dibunuh?” Nabi menjawab, “(Masuk neraka pula) karena ia pun berupaya keras untuk membunuh temannya” (HR. Ahmad, Bukhari, Hakim, dan Baihaqi). 

Baru kemudian di ayat 32 Allah menguraikan dua kondisi yang memungkinkan seseorang dikenai hukuman mati, yakni hanya jika orang itu telah melakukan pembunuhan atau berbuat kerusakan di muka bumi. Dua syarat ini menyangkut dua dosa terberat dalam Islam. Masih di ayat yang sama, Allah tidak berbelit-belit menggambarkan kekejian taraf tinggi seorang yang mengalirkan darah manusia tanpa alasan yang dapat dibenarkan, sebagai pembunuh manusia menyeluruh. Serentak dengan itu, orang yang memelihara satu kehidupan disebut setara dengan menyelamatkan hidup segenap manusia.

Baca Juga  Sunnah Sahur

Qabil memang tak dihukum bunuh, namun ia menderita batin. Qabil kehilangan jiwanya akibat aksi pembunuhan yang dia perbuat. Chaiwat Satha Anand, seorang pemikir dan aktivis perdamaian Muslim, memberikan uraian menarik seputar al-Maidah ayat 32 ini dalam bukunya “Barangsiapa Memelihara Kehidupan…”: Esai-esai tentang Nirkekerasan dan Kewajiban Islam. Ia menggarisbawahi pada kata “membunuh manusia” (qatala nafsan) dan “memelihara kehidupan” (ahyaha/ahya  al-nas) dalam Bahasa Arab. 

Kata “nafs” dan “nas” mengandung makna yang berbeda, di mana “nafs” merujuk pada jiwa atau hasrat manusia, sedangkan “nas” lebih mengarah pada jasmani manusia. Anand menegaskan, apabila dikaitkan dengan kisah Habil dan Qabil di ayat-ayat sebelumnya, maka saat al-Quran menyebut Qabil, si eksekutor nyawa, telah kalah dan kehilangan semuanya akibat membunuh, saat itu juga jiwa Qabil terenggut meski jasadnya masih hidup. Qabil sejatinya telah mati meski masih bernapas, karena beban dosa yang menggelisahkan. Sebab itu, menurut Anand, si pembunuh karena telah kehilangan jiwanya tak perlu lagi dibunuh.

Sebelum tragedi pembunuhan itu terjadi, Habil telah memperingatkan, Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuhku) dan dosamu sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka, dan itulah balasan bagi orang yang zalim (QS. Al-Maidah: 29). Habil pribadi memilih berserah diri, karena enggan terjerumus pada maksiat pembunuhan yang dibenci Allah.

Lebih dari itu, narasi perbandingan yang menyetarakan satu nyawa manusia dengan segenap jiwa manusia menunjukkan konsep kuantifikasi luar biasa dalam satu nyawa anak Adam. Artinya, seorang manusia dipandang sebagai suatu dunia itu tersendiri. Dalam ungkapan Anand, siapapun hampir mustahil mengambil satu nyawa manusia kecuali dengan itu ia siap menghabisi seluruh manusia. 

Ketika berani merendahkan martabat atau menghilangkan nyawa seseorang, maka harus sanggup pula menanggung kutukan segenap manusia. Hal ini bisa kita cermati dari fenomena cancel culture di tengah masyarakat. Di mana orang-orang beramai-ramai mendelegitimasi, mengucilkan seseorang yang dianggap bermasalah, amoral, atau berperilaku rendahan. ‘Pengadilan sipil’ semacam itu, meski tak bisa dibenarkan seutuhnya, setidaknya memperlihatkan suara naluri manusia yang membenci kejahatan.


Satu sama lain dari kita di dunia ini saling terhubung dalam sebuah jejaring relasi. Dari sini bisa dipahami pula, mengapa kemudian menyelamatkan satu orang sama halnya dengan menyelamatkan semua nyawa umat manusia. Islam sedemikian rupa menjaga keberlangsungan hidup seorang insan. Karenanya, berpikir dan bertindak untuk menjaga nyawa manusia merupakan kewajiban primer semua umat. Demi keteraturan dan suasana hidup yang damai. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.