Gus Baha: Menolak Rukhsah adalah Wujud Kesombongan

BeritaGus Baha: Menolak Rukhsah adalah Wujud Kesombongan

Dalam beribadah ada kalanya kita menemui kondisi sulit atau di luar keadaan normal. Sebab itu, dalam Islam terdapat ketentuan rukhsah (keringanan ibadah) untuk mengakomodasi kesulitan manusiawi dalam beribadah. Salah satu bentuk kemudahan yang diberikan Allah itu adalah aturan untuk mengqashar shalat yang diperkenankan bagi seorang yang sedang bepergian. Salah satu dilema yang kerap mengemuka adalah antara mengambil keringanan tersebut atau tetap shalat sempurna tanpa keringanan.

Gus Baha dalam ceramahnya yang diunggah oleh kanal Youtube Santri Gayeng dengan judul Gus Baha: Meninggalkan Rukhsah (Keringanan Ibadah) Justru itu Sombong, menerangkan di awal pembicaraan seputar perbedaan ulama tentang mana yang lebih utama antara qashar dan itmam (menyempurnakan) shalat saat di perjalanan. Kiai kelahiran tahun 1970 tersebut menjelaskan dua pandangan berbeda antara Imam Hanafi dan Imam Syafi’i. Imam Abu Hanifah berpendapat sebaiknya qashar. Sementara Imam Syafi’i menyatakan, bahwa jika tidak terlalu masyaqat (kesulitan) maka sebaiknya itmam. Sebab, qashar itu hanya jawaz (boleh), menurutnya lebih baik tetap itmam.

“Tapi meski Imam Syafii adalah pemimpin mazhab Syafi’i, tetap ditentang oleh ashabnya. Kata Imam Nawawi, jika dia (orang yang shalat itu) tipikal orang khusyuk yang tidak nyaman menerima rukhsah dari syariat, tidak suka dapat bonus, maka dia wajib qashar untuk menghilangkan keangkuhan dia”, sambung Gus Baha. Dengan kata lain, merasa sangsi dengan keringanan atau kemurahan yang disediakan Allah itu menyiratkan gurat kesombongan. Mengejar kesempurnaan di tengah situasi yang telah dilonggarkan Tuhan, boleh jadi adalah keangkuhan terselubung yang tak disadari.

Allah senang jika kemudahan yang ditawarkan-Nya itu diterima oleh hamba-hamba-Nya. Ada hadis yang berbunyi “Innallaha ta’ala an yuhibba an tu’ta rukhasuhu kama yuhibbu an tu’ta ‘azaimuhu, (Allah menyukai jika bonus-Nya (rukhsah) diterima sebagaimana kewajiban (dari) Nya juga diterima”. Gus Baha melihat Islam sebagai agama yang unik. Beliau dulu pun sempat bertanya-tanya, “Kenapa sesuatu yang sempurna justru syara’ tidak menyukainya”. Boleh jadi karena dalam sebuah asumsi kesempurnaan, manusia rentan terseret rasa angkuh karena merasa mampu melakukan. Ternyata tak hanya kewajiban yang ditunaikan yang membuat Allah berkenan, tapi pemberian bonus kemudahan yang diterima oleh hamba juga menjadikan-Nya senang.

Baca Juga  Dubes RI untuk Tunisia Lakukan Diplomasi Buku

Gus Baha memberikan sebuah ilustrasi sederhana tentang rasa kecewa. Sebagai manusia, kita biasanya akan kecewa saat perintah kita tidak dilaksanakan. Demikian halnya kita juga sering kali merasakan kekecewaan ketika pemberian kita ditolak. “Allah juga begitu. Allah kecewa bukan hanya karena perintah-Nya tidak dikerjakan, ketika memberi tidak diterima juga kecewa. Dan tentu termasuk pemberian terbesar Allah adalah tidak banyak yang diwajibkan selama di dunia. Harus kita terima dan kita nikmati”, pungkas Gus Baha.

Satu poin penutup yang disampaikan Gus Baha adalah tentang seseorang yang sudah terlanjur istikamah dalam ibadahnya. “Jika kalian tanyakan, ‘Lalu bagaimana dengan orang-orang yang sudah terlanjur istikamah, Gus?” Yang istikamah biarlah tetap istikamah. Mengerjakan ibadah sunnah itu bagus. Ya sudah. Tapi harus tetap yakin bahwa itu tidak wajib. Harus seyakin-yakinnya bahwa itu tidak wajib dan jangan memperlakukan itu seperti yang wajib.” Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.