Tebarkan Pesan Anti-Rasisme

KhazanahTebarkan Pesan Anti-Rasisme

Dalam sepekan belakangan ini, terlihat insiden terkait rasisme yang menjadi viral di media sosial. Yaitu video Ibu Megawati, mantan presiden ke-5 yang melontarkan komentar berbau rasisme terhadap kelompok ras dan etnis Papua. Insiden tersebut memicu perdebatan di antara warga Indonesia tentang realitas hubungan antar etnis di Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika.

Sebagai seorang Muslim, penting untuk berkontribusi secara konstruktif pada perdebatan tentang keyakinan, identitas, dan rasisme. Islam menentang segala bentuk keyakinan yang menganggap beberapa ras lebih baik daripada yang lain, atau perlakuan tidak adil terhadap seseorang karena identitas rasanya. 

Dan Nabi SAW menegaskan bahwa keutamaan seseorang tidak dinilai berdasarkan garis keturunan dan warna kulitnya. Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits, Seorang Arab tidak memiliki keunggulan atas non-Arab, atau non-Arab memiliki keunggulan atas orang Arab. Juga seorang Putih tidak memiliki keunggulan atas seorang Hitam atau seorang Hitam tidak pula memiliki keunggulan atas seorang Putih. Kecuali dengan ketakwaan dan perbuatan baik (HR. Ahmad). 

Hal ini didukung oleh fakta bahwa Nabi tidak pernah melarang para sahabatnya menggunakan nama suku di belakang nama mereka, seperti yang biasa dilakukan oleh orang-orang Arab sebelum Islam. Contohnya, Abu Musa Al-Asy’ari dari suku Asy`ar, Salman Al-Farisi dari Persia, Suhaib Al-Rumi dari Romawi dan Abu Dzar Al-Ghifari dari suku Ghifar. Banyak cendekiawan Muslim besar juga membawa nama etnik sebagai identitas yang tidak terlepaskan dari dirinya. Beberapanya bahkan lebih dikenal dengan nama kota kelahiran mereka daripada nama sebenarnya seperti Imam Al-Bukhari (Bukhara) dan Imam Al-Qurthubi (Cordova).

Rasisme, dapat dipastikan, selalu membawa arogansi dan supremasi yang amat dilarang dalam Islam. Rasisme dan arogansi itulah yang menjadi ciri Iblis ketika ia menolak perintah Allah SWT untuk bersujud kepada Adam, Iblis berkata Aku lebih baik dari dia, Engkau menciptakan aku dari api dan dia dari tanah liat.” (QS. Sad: 76)

Sebaliknya, Islam menolak segala tindakan yang merendahkan pihak lain atas identitas alami yang telah Allah ciptakan padanya. Setiap manusia tidak akan dinilai berdasarkan suku atau rasnya. Al-Qur’an menganggap Takwa, yakni kesadaran tentang Tuhan, sebagai dasar nilai seseorang (QS. Al-Hujurat: 13). Al-Quran juga melarang memandang rendah dan menghina kelompok lain (QS. Al-Hujurat: 11) 

Baca Juga  Matangkan Rencana Hidup Sebelum Berkepala Empat

Bagaimanapun, memiliki identitas kolektif yaitu keterikatan pada kelompok etnis adalah bagian dari rencana ilahi umat manusia. Ada bukti dari kitab suci bahwa Islam mengakomodasi kebutuhan seseorang akan identitas. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Al-Hujurat:13).

Tuhan mengizinkan identitas etnis, suku, dan komunitas yang beragam untuk ada pada saat yang sama untuk alasan yang positif, “agar kalian bisa saling mengenal”. yang berarti saling belajar dan menjalin kerja sama yang saling menguntungkan untuk kemajuan umat manusia. Kompleksitas identitas tersebut ada atas rencana Tuhan dan untuk kepentingan umat manusia. Identitas adalah karakteristik yang menjadi bagian penting dari diri seseorang, seperti suku, bahasa, gender, agama, dan kewarganegaraan.

Setiap orang tidak terdiri dari identitas tunggal yang monolitik. Sebaliknya, seseorang  menavigasi banyak identitas secara bersamaan dalam kehidupan, meskipun tidak selalu memiliki tingkat kepentingan yang sama. Karena itulah, Islam tidak mendorong umat Islam untuk memiliki satu identitas saja yaitu menjadi Muslim, dan menghapus identitasnya yang lain. Islam mengakui kebutuhan untuk memiliki keterikatan psikologis dengan keluarga, dengan kelompok etnis dan ras dan menganggapnya sebagai cara alami untuk menjadi seorang Muslim. 

Dengan demikian, Islam adalah agama yang mendidik pengikutnya untuk bersifat humanis dan berperikemanusiaan. Umat Islam harus menghindari rasisme karena bertentangan dengan prinsip Islam. Tradisi iman kita mengajarkan kita untuk menghargai dan menghormati orang lain. Mari kita terus membangun masyarakat yang damai, mengharmonisasikan berbagai ras, etnis, budaya, dan latar belakang agama agar hidup berdampingan.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.