Toleransi, Citra Muslim Sejati

KhazanahHikmahToleransi, Citra Muslim Sejati

Cukup mengherankan jika ada tidak sedikit Muslim yang sulit memahami bahwa inti ajaran Islam adalah kedamaian dan kasih sayang kepada seluruh umat manusia, bukan ekspansi kekuasaan atau dominasi politik. Terkadang, sebagian masyarakat Muslim bahkan membentuk kelompok, hanya untuk memperburuk citra Islam dan menjauhkannya dari karakter ‘rahmatan lil alamin’. Yang terburuk, Islam dilegitimasi sebagai dogma intoleransi dan kebencian oleh praktik-praktik Islam yang ‘keliru’.

Misalnya saja, beberapa kelompok ormas Islam yang kerap melakukan aksi-aksi yang mendefinisikan Islam sebagai energi kekerasan, arogansi, dan teror. Meskipun telah resmi dilarang dan dibubarkan, kelompok-kelompok semacam ini memiliki pengikut yang tidak sedikit. Pembubaran kelompok militan seperti itu tentu menjadi hantaman keras bagi para mantan anggotanya. Sebagian mungkin sadar dan memoderasi diri, namun ada kemungkinan pula, sebagian lainnya ‘gegar otak’ sehingga menjadi lebih fanatik dan ekstrem.

Bagaimanapun, pembubaran wujud fisik dari sebuah kelompok, tidak serta merta menghapus ideologiya. Maka dari itu, penting untuk mengarahkan perhatian kita pada proses perbaikan kedepan, meluruskan kebengkokan pemahaman agama yang selama ini meracuni pengikut kelompok Islam garis keras yang telah berkembang sejak era reformasi. Jauh-jauh hari, Gus Dur berpesan bahwa, cara paling efektif untuk mengatasi ekstrimisme Islam adalah dengan menjelaskan apa sebenarnya Islam itu. Hal itu dituangkannya dalam sebuah artikelnya yang menginspirasi tulisan saya hari ini, Right Islam vs. Wrong Islam, terbit di The Wall Street Journal tahun 2005.

Masyarakat Muslim memang sepatutnya memiliki pengetahuan untuk dapat membedakan Islam yang ‘benar’ dan Islam yang ‘kelir’. Saya pikir, seharusnya tidak begitu sulit untuk mengartikan bahwa, berbagai macam alasan kebencian dan kekerasan yang dibubuhi simbol-simbol Islam adalah kekeliruan dan penyelewengan. Segala praktik kehidupan yang menghalalkan kekerasan, kekasaran, dan kebrutalan atas nama Islam itu tidak sah, kita harus mengakui ekstremisme dan fanatisme sebagai sebagai Islam yang ‘salah’.

Baca Juga  Politik Adalah Wasilah Mewujudkan Kemaslahatan

Kita meyakini bahwa ajaran Islam yang asli semuanya benar dan baik, apa yang didefinisikan sebagai Islam yang ‘keliru’ disini ialah ideologi ganas yang mendasari kekerasan fundamentalis yang selama ini dipromosikan atas nama ajaran Islam untuk meradikalisasi Muslim. Gus Dur, melalui kehidupan sehari-harinya sendiri, selalu menunjukkan pentingnya seorang muslim berperan aktif dalam menyebarkan pemahaman tentang Islam yang sejati, menerangi hati dan pikiran umat manusia, dan menawarkan visi alternatif yang menarik tentang Islam.  

Islam mengajarkan seseorang untuk bersikap lunak terhadap orang lain, serta memahami sistem nilai mereka. Hal demikian diajarkan oleh Islam sebagai sebuah agama. Gus Dur  inti dari Islam terangkum dalam kata-kata al-Quran, “Untukmu agamamu, dan untukku agamaku (QS. Al-Kafirun: 6). Inilah kunci kedamaian kita yang dapat menjadi tolak ukur ajaran Islam ‘benar’ yang kita anut, yakni sikap toleran.

Pada prinsipnya, setelah Iman dan Islam, unsur agama kita yang tertinggi ialah ihsan, yaitu kebajikan atau keindahan jiwa yang menjadika manusia untuk hidup dalam kesempurnaan etika yang sesuai dengan Kehendak Allah. Seyyed Hossen Nasr (2003:8) mengartikan praktik Ihsan seorang Muslim bermakna sebagai hidup sesuai dengan Kehendak Allah, hidup dalam kebajikan sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang dijelaskan dalam al-Quran dan hadis yang Mulia, serta hidup dalam kesadaran atas Keesaan Allah yang tercermin dalam ciptaan-Nya.

Dengan demikian, menunjukkan praktik ajaran Islam yang sebenarnya mencerminkan kedamaian dan toleransi, merupakan cara-cara halus sekaligus efektif untuk melawan, mengisolasi, dan mendiskreditkan ideologi ekstremis yang berkembang demikian pesat. Menghayati dan mempraktekkan ajaran Islam yang ‘benar’ berimplikasi pada keshalihan sehari-hari, sekaligus menjadi perjuangan global bagi jiwa Islam. Keindahan diri, kedamaian, dan toleransi bagi sesama umat manusia adalah kehidupan masyarakat Muslim yang otentik, yang terbentuk dari praktik Islam sejati.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.