Membentuk Resiliensi dengan Sabar dan Shalat

RecommendedMembentuk Resiliensi dengan Sabar dan Shalat

Kehadiran masalah dalam hidup telah menjadi kesepahaman bersama umat manusia. Memiliki pengetahuan tentang ini tetap saja tidak secara otomatis membuat seseorang hafal cara penyelesaian perkara dan tangguh saat berjibaku dengan berbagai persoalan. Skill menghadapi masalah perlu diasah agar individu terhindar dari tekanan atau depresi berkepanjangan, tapi mampu untuk bertahan (resilient). Sejumlah penelitian menuturkan, spiritualitas serta religious coping memengaruhi kemampuan bertahan individu dan kesejahteraan psikologisnya dalam matriks yang positif.

Kemampuan bertahan selalu dibutuhkan di tengah kehidupan yang pasti berubah dan bermasalah. Apalagi setelah terjadi pembalikan besar-besar dalam skala global dan multi sektor akibat pandemi, skill menghadapi masalah dan beradaptasi kian terasa pentingnya. Resiliensi secara sederhana merujuk pada kemampuan seseorang untuk menghadapi situasi sulit ataupun trauma dengan cara yang konstruktif. Menjadi resilient membutuhkan proses dan kombinasi banyak faktor tentunya. Di antara yang asasi dan pokok dalam menyikapi masalah, dapat diupayakan dengan melatihan kesabaran diri serta memelihara ibadah shalat.

Ada perihal luar biasa dalam sabar dan shalat sehingga disuratkan sebagai sarana konkret untuk mencari pertolongan Allah yang berarti penyelesaian masalah. Al-Quran menyuruh manusia memfungsikan sabar serta shalat sebagai medium untuk mendapat pertolongan Allah dalam menyikapi lintas kesulitan hidup. Tersebut dalam penggalan surat al-Baqarah ayat 45, Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan  shalat.

Sabar merupakan unsur penting dalam spiritualitas Islam. Sabar itu memberi jeda. Kita terlebih dahulu mengatur ritme pikiran dan emosi diri saat masalah tiba-tiba menghadang. Secara lebih elaboratif, sabar mencerminkan perasaan hati-hati, menghindari ketergesaan. Dalam sabar tersimpan ketekunan, usaha berdaya tahan, dan selanjutnya mencoba mencari jalan keluar yang sistematis. Sabar merupakan perlawanan pada nafsu terburu-buru yang orientasinya merusak jalan penyelesaian, meski tawaran nafsu itu  di muka terlihat memuaskan.

Dalam kitab Tafsir al-Jalalain, Imam Jalaluddin menerangkan bahwa sabar bermakna menahan diri dari segala yang tidak diridhai. Karena di balik hal-hal yang tak diperkenankan itu adalah kerugian. Orang yang tak sabar pada ujungnya sering diterpa penyesalan dan beragam situasi tak enak. Bersabar dalam kisaran terminologi Islam melibatkan keyakinan akan petunjuk dan pertolongan Allah. Memerankan spiritualitas dalam upaya menghimpun kekuatan jiwa untuk melawan ratapan dan segala emosi dangkal. Yakin atas arahan Allah akan menghadirkan ketenangan, berangsur membentuk cara berpikir positif yang membantu meningkatkan kapasitas dalam mengatasi masalah.

Baca Juga  Memaknai Perintah Belajar ke Negeri Cina

Sementara shalat adalah pilar pelipur duka. Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya bahwa Hudzaifah berkisah, Apabila Rasulullah SAW mendapati suatu kesulitan (ditimpa kepanikan), maka beliau bersegera mengerjakan shalat. Riwayat ini adalah saran dan kiat jitu yang dicontohkan Nabi ketika dirundung kepahitan masalah.

Dalam shalat ada rehat maknawi, karena saat dijalani dengan seksama batin akan menjadi lebih teduh. Peran penting shalat terhadap kesehatan psikologis benar adanya. Ashy (1999) sebagaimana dikutip (Qurotul Uyun & Rumiani, 2012) mengatakan, shalat lima waktu membantu mengurangi tekanan psikologis, memelihara keteraturan serta kedisplinan dalam kehidupan seseorang.

Setali bahwa hakikat shalat adalah doa, maka dalam shalat kita berkesempatan mengungkapkan harapan, perasaan, persoalan hidup, hingga meminta segala kebutuhan kita. Ketertiban dalam shalat baik bacaan maupun gerakan, dan perintah untuk berpindah gerak dengan tenang adalah gambaran jelas tentang efek relaksasi dan ketenangan dari shalat. Dalam temuan Sharp (2010) yang juga dikutip oleh (Qurotul Uyun & Rumiani, 2012), dinyatakan bahwa seseorang yang berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa akan membantu mengelola emosi negatif. Doa yang merupakan esensi shalat adalah terapi alternatif yang efektif mengurangi tekanan.

Dalam perilaku sabar dan shalat terhimpun energi penguat diri yang memberikan pencerahan dan formula kebijaksanaan saat dirundung problematika. Keduanya perlu dilatih dan dibarengi dengan pengembangan sisi-sisi lain diri, mulai dari segi wawasan, intelegensi, hingga kemampuan berkomunikasi agar terbentuk resiliensi yang optimal sebagai sistem pertahanan diri dalam menyongsong laju kehidupan.

Bersabar adalah tanda mata keimanan, sebagaimana disebutkan dala Ihya’ bahwa sabar ialah separuh iman. Sebagian besar keutamaan dimiliki oleh kesabaran, di mana keluhuran itu ada karena kuatnya kemauan serta pengendalian jiwa dari memanjakan hawa nafsu. Demikian halnya shalat, ia menjadi barometer keimanan dan takwa. Allah jadikan syariat shalat menjadi kewajiban harian sebagai ujian sekaligus wahana penyedia tenang, pertolongan, dan kebahagiaan. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.