Optimalkan Ikhtiar sebelum Tawakal

KhazanahHikmahOptimalkan Ikhtiar sebelum Tawakal

Untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan, manusia harus melakukan ikhtiar sebelum pada akhirnya berpasrah. Ikhtiar itu bagian dari proses kehidupan, tanpa ada usaha apa yang diimpi-impikannya hanya halusinasi yang tak akan pernah menjadi nyata. Rasulullah SAW mencontohkan etos kerja yang baik terhadap umatnya, dan beliau adalah sebaik-baiknya hamba yang berserah diri pada Tuhan.

Memang adakalanya apa yang diikhtiarkan, kendati sudah semaksimal tetap tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Namun, itu bukan dalih untuk berhenti berusaha lantas hanya ingin berpasrah. Boleh jadi, hal yang diikhtiarkan tersebut bukan jodohnya, sehingga Allah memberikan alternatif untuk berikhtiar di tempat lain untuk menemukan jalannya.

Adapun yang dimaksud ikhtiar yang optimal belum tidak semerta-merta harus terealisasi dengan yang kita kehendaki. Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hambanya, kelak akan ada hikmah lain dari buah kepasrahan.

Allah SWT berfirman dalam al-Quran, Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (QS. Ar-Ra’d: 11).

Sebagaimana dalam mencari pekerjaan misalnya, jangan putus asa meski belum diterima dan sudah mencarinya kesana kemari. Evaluasi apa yang kurang atau menambah penilaian dan berupaya mencari cara kreatif lainnya untuk menempuh jalan yang berbeda serta lebih berani dalam mengambil tantangan.

Dalam hadis diriwayatkan, jika Rasulullah SAW menegur seorang pemuda yang meninggalkan untanya di depan masjid tanpa diikat lantaran alasan tawakal kepada pada Allah. Mendengar hal tersebut, beliau menasihati agar untanya diikat. Lalu sahabat itu menurutinya. Anjuran berikhtiar ini penting sebelum bertawakal.

Tak bisa dikatakan berikhtiar jika yang dikeluhkannya lebih besar ketimbang yang diusahakan. Sejatinya, mereka yang maksimal dalam berusaha jarang mengeluh, sebab untuk mencapai suatu hal dibutuhkan banyak pengorbanan jiwa yang tangguh, badan yang kuat, dan optimis yang tinggi. Kendati demikian, saat apa yang diusahakan terus mengalami kegagalan lantas kecewa dengan nasib sendiri itu hal yang wajar. Di sini diperlukannya tawakal, sikap berserah diri dengan beristirahat sejenak dari pergulatan obsesi mencapai suatu impian.

Baca Juga  Doa Keselamatan Sepanjang Hari

Sikap optimis itu perlu untuk menunjukkan sejauh mana kita serius berusaha mengejar cita-cita. Tentu selama berproses juga ada banyak tantangan yang ditemui, itu sangat membantu untuk mengasah mental dan pengalaman menjadi lebih baik. Sementara tawakal diperlukan untuk mengimbangi kendati sekeras apapun usaha kita, apabila Allah tidak menghendaki itu tidak akan terjadi. Bertawakal juga mengurangi tekanan risiko penyebab depresi. Tawakal mengajarkan manusia untuk melakukan penerimaan terhadap diri sendiri.

Nyaris semua orang pernah dalam titik, bahwa dirinya tidak sanggup menghadapi ujian kehidupan. Namun, faktanya dari mereka pula masih banyak yang bertahan dan kuat, bahkan mampu melewati ujian tersebut.

Mungkin benar adanya yang dikatakan oleh Dian Sastrowardoyo, ia seorang public figure dan akademisi yang baik. Ia mengatakan kalimat yang sangat menginspirasi, “Saat ada hal berat yang sedang dijalanin, tidak apa-apa. Itu bukan akhir dari dunia. Tanpa kamu ketahui, kamu lebih kuat dari yang kamu pikirkan, karena kamu lebih berani dari yang kamu pikir, kamu juga sebenarnya lebih cerdas dari yang kamu pikir, dan lebih baik dari yang kamu pikir. Jadi jangan berpikir problem itu lebih besar daripada kamu. Kamu itu lebih besar dari problem yang menurutmu besar yang kamu hadapi itu. Apalagi dengan usaha, keajaiban akan terjadi.”

Itu sebabnya, manusia itu terbatas dalam pemikirannya, sehingga tidak bisa memikirkan Allah SWT yang tak pernah berbatas, baik dari kejadian alam semesta, wujud Allah, dan segala kehendaknya. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan dan manusia sangat terbatas dalam hal itu.

Sikap optimis itu sangat dianjurkan dalam Islam, karena Allah menyebut orang-orang yang berputus asa mereka sebagai orang yang kufur. Ikhtiar mencerminkan sikap optimis seorang Mukmin sekaligus tawakal mencerminkan, bahwa manusia selalu dalam kendali Allah SWT. Peru dicatat pula, betapa banyak orang yang berhasil menembus keterbatasan hidupnya, karena rasa optimis yang dimilikinya. Tetap semangat berikhtiar menjemput hari yang lebih baik dan selebihnya pasrahkan pada Allah yang Maha Mengetahui kebaikan apa yang dikehendaki untuk diberikan pada hambanya. 

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.