Miftah F. Rakhmat: Hayatan Thayyiban, Ciri Peradaban Islami

BeritaMiftah F. Rakhmat: Hayatan Thayyiban, Ciri Peradaban Islami

Dalam webinar peringatan malam Nuzulul Quran bersama IslamRamah.co (17/04) yang disiarkan secara Live di kanal YouTube Islam Ramah TV, KH. Miftah Fauzi Rakhmat hadir bersama narasumber lainnya hadir untuk memberikan materi ceramah bertema “Nuzulul Quran, Kelahiran Peradaban Islam”. Dalam sesi webinar ini, KH. Miftah berbicara mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan peradaban yang Islami. Baginya, turunnya al-Quran bertujuan untuk membangun peradaban yang mengantarkan manusia pada hayatan thayyibah atau kehidupan yang baik yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Peradaban yang hayatan thayyiban itulah yang menurut Kiai Miftah merupakan ciri peradaban Islami.

KH. Miftah mengawali pembahasannya dengan pertanyaan kritis tentang kehidupan seperti apakah  yang dapat disebut sebagai peradaban yang islami? Ia menerangkan bahwa peradaban adalah satu set struktur nilai, norma, sudut pandang, tata cara menjalani hidup, dan nilai-nilai yang universal yang sebetulnya dibagi bersama oleh keyakinan agama-agama yang lain. Nilai-nilai keadilan, kebenaran, menyelamatkan kaum tertindas tertanam dalam nilai-nilai keberagamaan dari agama-agama yang ada. “Yang mana yang secara khusus kita sebutkan peradaban yang islami itu?” ucapnya.

Kiai muda yang merupakan putra tokoh cendekiawan KH. Jalaluddin Rahkmat ini, menerangkan lebih lanjut bahwa sebetulnya peradaban Islami identik dengan nilai-nilai universal agama-agama yang dikompilasi di dalam al-Quran sebagai petunjuk bagi seluruh manusia. KH. Miftah mengatakan, “Maka, yang disebut peradaban yang islami adalah segala nilai-nilai universal yang terkandung dalam setiap ajaran. Karena al-Quran adalah huda linnas

Dalam menerangkan keterkaitan turunnya al-Quran dengan kelahiran peradaban Islam, KH. Miftah mengutip dan membacakan Ayat 97 dari surat an-Nahl yang berbunyi, Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik… (QS. an-Nahl: 97). KH. Miftah menggarisbawahi kalimat hayatan thayyibah (kehidupan yang baik) dan menerangkan filosofi dari sifat thayyib (baik) dalam kalimat tersebut, yang berbeda dari sifat baik lainnyan seperti, ma’ruf, birr, dan hasanah. Ia mengatakan, “Dalam sebagian tafsir, yang dimaksudkan sebagai hayatan thayyibah ini di hari akhirat nanti. Sebetulnya, ada juga tafsir yang memaknai hayatan thayyibah itu di dunia sekarang ini.”

Baca Juga  Mengenal Fiqih Peradaban Nahdlatul Ulama

Berdasarkan ayat ini, KH. Miftah memberi kesimpulan bahwa turunnya al-Quran bermaksud membangun kehidupan yang baik dan sesuai dengan fitrah kemanusiaan, dan memberikan ajaran ruhaniah yang menghidupkan ruh setiap orang. “Jadi, peradaban yang dihadirkan oleh al-Quran adalah peradaban yang mengantarkan kita pada hayatan thayyiban. Dan pengertian thoyyib adalah sesuatu yang baik yang sesuai dengan default penciptaan kita” jelasnya. lalu Ia juga memambahkan bahwa agama, terutama al-quran, hadir untuk membimbing an-nas, manusia seluruhnya, menuju kehidupan yang baik (hayatan thayyiban).

“Satu di antara ciri hayatan thayyibah itu adalah karena ia sesuai dengan fithriyah manusia, sesuai dengan kebutuhan alamiah manusia, untuk itu al-Quran hadir dengan nilai-nilai universalnya. Maka yang disyaratkan dari hayatan thoyyibah ini ialah kehidupan yang baik bagi dirinya dan bagi orang-orang yang disekitarnya” terang Kiai Miftah yang juga merupakan cendekiawan IJABI ini.

Terakhir, KH. Miftah mengingatkan tentang dua hadis yang menjadi perinsip dalam membangun kehidupan yang baik. Yakni, afdholul a’mal idkhalus surur (Seutama-utama amalan memasukkan kebahagiaan dalam diri seorang), Khairunnas anfauhum lin nas (sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain). “itu yang menurut saya peradaban islami, yaitu yang mendatangkan sebanyak mungkin manfaat kepada sesama dan memasukkan rasa Bahagia kepada siapapun juga” pungkasnya.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.