Nuzulul Quran, Kebangkitan Spirit Literasi

KolomNuzulul Quran, Kebangkitan Spirit Literasi

Saat ini kita sudah memasuki pertengahan Ramadhan. Satu hal paling istimewa dari pertengahan bulan Ramadhan adalah peristiwa turunnya wahyu pertama al-Quran kepada Nabi SAW. Turunnya QS. Al-’Alaq 1-5 sebagai wahyu pertama pada malam Nuzulul Quran tersebut, memancarkan perhatian yang besar terhadap pendidikan manusia dan pembangunan peradaban. Sejak malam Nuzulul Qur’an-lah, cahaya peradaban menyala dari padang pasir ke penjuru bumi.

Al-Alaq yang merupakan nama surat yang mengacu pada asal usul pembentukan manusia pada tahap embriogenesis. Dalam konteks ini, wahyu pertama memberikan kita pemahaman bahwa pertumbuhan fisik seseorang erat kaitannya dengan pertumbuhan intelektual dan potensinya. Untuk itu, perkembangan fisik kita harus selalu diiringi oleh perkembangan pengetahuan dan intelektualitas.

Luasnya spirit literasi dalam wahyu-wahyu yang turun pada permulaan masa kerasulan Nabi SAW, pernah dikupas oleh Dr Sutejo, dalam artikelnya yang berjudul  Literasi Itu Jendela Peradaban. Perintah membaca, metafora dari ‘belajar’,  yang muncul pada ayat pertama dan ketiga dari wahyu pertama Nabi SAW merupakan ruh perubahan dan penyadaran yang diinginkan Tuhan kepada umat manusia. Sebagaimana dijelaskan Dr. Sutejo, membaca dan menulis merupakan intisari dari kerasulan Nabi SAW. (Nalar Kritis Keberagamaan: 2021, h.52-53)

Tidak hanya membaca, pesan utama dari wahyu pertama Nabi SAW adalah dorongan literasi secara utuh melalui proses membaca, menulis, dan menghafal. Membaca jelas merupakan perintah yang konkrit di dalam al-Quran, terutama di dalam wahyu pertama. Wahyu yang turun pada permulaan kerasulan Nabi SAW  juga melibatkan kata ‘Qalam’, bahkan secara spesifik, ‘allama bil qalam, yang erat kaitannya dengan kegiatan tulis-menulis. Dan secara praktik, Nabi Muhammad SAW diajarkan melalui transmisi lisan, dan beliau menghafalkan ayat demi ayat al-Quran untuk kemudian diajarkan kepada umatnya. Oleh karena itu, ayat-ayat yang turun pertama kali tersebut menekankan pentingnya pertumbuhan pribadi manusia dalam memperoleh pengetahuan dan mentransmisikannya di masyarakat.

Baca Juga  Menghargai Kebaikan Tanpa Pandang Iman

Aktivitas literasi memiliki dampak dan pengaruh yang besar pada pikiran, perasaan, iman dan keyakinan seseorang. Masyarakat yang literat akan dapat memahami pesan Allah, apa yang dilarang dan apa yang dibolehkan, dan secara umum mencari petunjuk di jalan yang benar. Tidak salah lagi, literasi merupakan modal utama pembangunan peradaban Islam, karena masyarakat Islam hanya dapat dipertahankan dan dikembangkan melalui iman, pengetahuan dan pendidikan.

Tidak dipungkiri lagi, literasi adalah poros peradaban umat Islam. Wahyu pertama Al-Quran memberikan dasar rasional bagi setiap manusia untuk menemukan kebenaran melalui proses literasi, yang berfungsi sebagai pedoman dan mengarahkan seluruh umat manusia. Ringkasnya, sejak turunnya wahyu pertama hingga hari ini, membaca, menulis, dan menghafal selalu menjadi metode yang signifikan untuk belajar, mengajar, dan memperoleh pengetahuan. 

Kesimpulannya, wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi SAW memberikan isyarat tajam kepada manusia tentang pentingnya gerakan literasi yang meliputi aktivitas membaca, menulis, dan menghafal. Penciptaan manusia sangat erat kaitannya dengan pemberian ilmu dan pengajaran. Belajar dan mengajar adalah kebutuhan alami manusia untuk mengembangkan diri secara intelektual, yang mengiringi perkembangan fisiknya. Spirit literasi dalam wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi SAW merupakan modal utama dalam pembangunan masyarakat.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.