Lailatul Qadar, Malam Perbaikan Nasib

KhazanahHikmahLailatul Qadar, Malam Perbaikan Nasib

Lailatul Qadar adalah malam yang paling mulia untuk beribadah. Pada malam ini pulalah nasib tahunan kita difinalisasi. Dapat dikatakan, Lailatul Qadar adalah malam ketika nasib setiap orang ‘didownload‘ dari Lauhul Mahfudz. Kita dianjurkan untuk menghabiskan malam-malam ini dengan beribadah sebaik mungkin, berdoa dengan khusyuk pada saat keputusan nasib akan diputuskan. Satu malam istimewa ini merupakan kesempatan terbaik untuk memanjatkan doa dan permohonan demi terwujudnya mimpi dan impian kita, serta untuk mencegah mimpi buruk menjadi nyata. 

Beberapa ulama mendefinisikan ‘Qadar‘ dalam konteks malam suci ini sebagai ‘takdir atau ketetapan’. Jadi, Lailatul Qadar akan menjadi malam di mana rezeki, umur, dan hal-hal penting yang berhubungan dengan nasib seseorang disahkan untuk setahun mendatang. Pandangan ini mengacu pada pendapat salah satu sahabat Nabi SAW, Abdullah ibn Abbas yang berkata, “Ditulis dalam Umm al-Kitab selama Lailatul Qadar apa yang akan terjadi selama setahun kedepan, kebaikan dan keburukan, rezeki, dan umur. Bahkan orang yang akan naik haji (akan diputuskan). Akan dikatakan ‘fulan akan menunaikan haji’ (pada malam ini).” (Tafsir al-Baghawi, Vol. 7, h. 227-228)

Di dalam al-Quran, Allah SWT berfirman, Demi Kitab yang jelas (al-Quran), sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan. Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan dari sisi Kami… (QS. Ad-Dukhan: 2-5)

Ayat ini menegaskan keistimewaan Lailatul Qadar sebagai malam di mana takdir dan ketetapan diturunkan untuk setahun kedepan. Mufassir Al-Quran ternama, Abu al-Thana’ al-Alusi, mencatat dalam tafsirnya bahwa ketika Tuhan berfirman, Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, hal itu mengandung pengertian bahwa “ketetapan ini tidak dapat diubah setelah turun, berbeda dengan sebelum turunnya” (Tafsir Ruh al-Ma’ani QS. Ad-Dukhan: 4). Jadi, kita memiliki kesempatan untuk memohon dan meminta takdir yang baik dengan berdoa dan beribadah kepada Allah sebelum ketetapan takdir itu diturunkan kepada kita.

Maka dari itu, momen malam Lailatul Qadar kerap dikatakan sebagai kesempatan untuk mengubah nasib atau takdir masa depan. Takdir kita ada yang tidak bisa diubah dan ada yang bisa diubah. Ulama hadis, Ibnu Hajar al-’Asqalani mencatat dua macam takdir, yaitu takdir Mubram dan Mu’allaq. Takdir Mubram adalah ketentuan mutlak dari Allah SWT, sedangkan takdir Mu’allaq yaitu ketentuan Allah SWT yang melibatkan peran usaha dan ikhtiar manusia. (Fath al-Bari, vol. 10, h. 430)

Baca Juga  Ganyang Rezim Apartheid Israel

Kita harus memfokuskan ikhtiar dan usaha pada takdir Mu’allaq kita yang dapat berubah sewaktu-waktu, sebagaimana Al-Quran menyatakan “Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki” (QS. Ar-Ra’d: 39). Bahkan, Nabi Muhammad SAW juga bersabda, “Tiada yang bisa menolak takdir Allah, kecuali doa” (HR. Ibnu Majah). Dengan begitu, kita dapat memaknai malam Lailatul Qadar kita sebagai kesempatan eksklusif untuk memohon kepada Allah SWT, terutama memohon pengampunan-Nya atas dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan. Terhapusnya dosa-dosa juga akan menghapus konsekuensi dari dosa itu sehingga tidak terjadi musibah dalam nasib kita setahun mendatang. Masyarakat kita sering menyebutnya sebagai ‘tolak bala’ atau menghindari kesialan. Tidak dipungkiri lagi, memohon dan meminta ampunan merupakan cara terbaik Allah SWT bagi perbaikan nasib dan keselamatan masa depan kita di dunia dan di akhirat.

Nabi SAW menganjurkan kita mencari ampunan dari Allah SWT di malam istimewa ini. Dalam suatu riwayat hadis, Aisyah bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah! Jika saya tahu malam Lailatul Qadar, apa yang harus saya katakan selama itu?”. Dan Nabi SAW memerintahkannya untuk mengatakan, 

اللَّهُمَّ الْعَفْوَ اعْفُ

Ya Allah! Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau suka memaafkan. Jadi maafkan aku. (HR. At-Tirmidzi)

Kita meyakini bahwa akan ada balasan atas dosa dan kesalahan yang pernah kita lakukan. Untuk itu, kita sangat membutuhkan ampunan Allah SWT yang akan menghapus dosa dan konsekuensinya sehingga balassan musibah tidak terjadi. Al-Quran menyatakan bahwa ‘afuw akan membatalkan musibah yang akan menimpa kita akibat dosa-dosa. Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (kesalahan-kesalahanmu) (QS. Asy-Syura: 30)

Dengan demikian, beribadah dengan sungguh-sungguh di malam Lailatul Qadar dapat menjadi sarana kita untuk memperbaiki nasib dan takdir kita kedepannya. Terutama dengan memohon kepada Allah SWT agar dosa-dosa kita diampuni sehingga kita terbebas dari beban konsekuensinya. Doa, shalat dan dzikir, pada malam ini memiliki kekuatan terbesar untuk mengubah ketetapan, oleh karena itulah malam itu adalah Malam Kuasa dan Malam Ketetapan yang disebut dengan istilah Lailatul Qadar. Jadi, mari kita persiapkan diri untuk beribadah dengan lebih khusyuk bagi 10 malam terakhir bulan Ramadhan dan meraih keberkahan Lailatul Qadar.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.