Gus Nadir: Tetap Juara Ramadhan di Negeri Minoritas Muslim

BeritaGus Nadir: Tetap Juara Ramadhan di Negeri Minoritas Muslim

Beribadah di tengah mayoritas non Muslim bukan sesuatu yang mudah, terlebih saat momentum puasa. Tak ada perbedaan aktivitas saat Ramadhan ataupun tidak, terkadang cuaca musim panas yang tidak bersahabat, waktu siang lebih panjang daripada waktu malam, dan seterusnya. Namun, ini justru menjadi tantangan rumit yang kelak dapat membuahkan pahala yang lebih besar.

Kewajiban berpuasa bagi umat Islam sebagaimana disebutkan dalam ayat, Wahai orang-orang yang beriman. Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS. Al-Baqarah: 183).

Pada ayat di atas, Gus Nadir sapaan akrab dari Nadirsyah Hosen mengatakan, dirinya merasa malu dengan sapaan mesra yang Allah berikan dengan sebutan “Wahai orang yang beriman”. Pasalnya, Allah sangat berhusnudzan terhadap hambanya dengan panggilan tersebut, meski terbenak apakah dirinya benar-benar telah diterima menjadi bagian orang beriman, Namun, tentu panggilan itu lebih baik, ketimbang disapa dengan panggilan “wahai orang yang berpura-pura beriman atau wahai orang yang seolah-olah beriman,” dan semoga kita termasuk sebagai orang beriman yang diwajibkan puasa selayaknya ayat tersebut.

Guru Besar Monash University juga menambahkan, bahwa puasa itu ibadah tradisional yang telaha ada sejak dulu sebelum Islam. Sebabnya, permasalahan yang dialami orang-orang modern di negara kosmopolitan, seperti Taiwan dan Australia sudah pasti pernah dirasakan pula orang dahulu, seperti ketentuan melihat hilal, waktu berbuka puasa atau imsak dan sebagainya.

Adapun tema yang diusungnya, terkait tetap juara adalah tetap bertakwa. Menurutnya, Tuhan memanggil hambanya dengan sebutan orang beriman, padahal sebenarnya mengetahui kita belum sepenuhnya beriman, karena diperintahkan untuk berpuasa supaya kamu bertakwa. Dengan ini kita mengenal istilah imtaq panjangan dari iman dan takwa. Konon, “imannya sudah, tetapi masih belum bertakwa”, ujar Gus Nadir dalam Kajian Islam di TVNU (01/04/2022).

Baca Juga  Gus Mus: Tampilkan Akhlak Di Media Sosial

Puasa juga merupakan ibadah yang unik karena bentuknya pasif tidak seperti ibadah lain yang jelas fisiknya. Dalam hadis kudsinya, “Puasa untukku” kata Allah. Sebagaimana shalat, jelas ada gerakannya sehingga seseorang bisa pamer dengan memelankan gerakannya, kemudian membaca al-Quran berupaya mengindahkan suara dan memanjangkan nafas. Begitu juga zakat, adanya transaksi kepada manusia dan pengumuman nominal siapa yang lebih banyak sumbangannya, termasuk haji yang dilakukan berulang-ulang. Pencitraan ibadahnya tampak jelas, meski tidak bermaksud demikian. Oleh karena itu, puasa menjadi ibadah istimewa yang pahalanya bentul-betul langsung dari Allah SWT.

Tak ketinggalan, Gus Nadir kerap membesarkan hati teman-temannya di Australia yang tinggal di negeri minoritas Muslim. Saat bulan puasa jatuh di musim panas, jam 9 malam waktu maghrib baru tiba, kemudian pada jam 11 malam baru selesai shalat tarawih, nanti jam 2  sudah kembali sahur. Waktu malam yang singkat dan siang yang lebih panjang. Kendati demikian harus bersabar.

“Semakin banyak godaan, semakin banyak pahalanya. Jadi semakin nyaman kehidupan kita, maka pahala yang diperoleh juga standar. Semakin banyak ujian mudah-mudahan pahalanya juga lebih banyak, karena kalkulasi dari Allah tidak pernah melesat,” ungkapnya.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.