Diplomasi Kemanusiaan Paus Fransiskus dalam Menyikapi Konflik Rusia-Ukraina

BeritaDiplomasi Kemanusiaan Paus Fransiskus dalam Menyikapi Konflik Rusia-Ukraina

Ketegangan antara Rusia dan Ukraina mengundang perhatian dunia internasional. Hal ini menyusul serangan yang dilancarkan pasukan Vladimir Putin kepada Ukraina sejak 24 Februari 2022. Konflik tersebut pun tak lepas dari jangkauan perhatian Vatikan. Paus Fransiskus, selaku Pemimpin Tertinggi Umat Katolik menyatakan keprihatinan mendalam atas situasi kemanusiaan di Ukraina akibat dari peperangan. Paus menekankan pentingnya dialog dalam menyelesaikan masalah demi menghindari adanya ongkos kemanusiaan.

Dalam pernyataannya menyangkut konflik ini, Paus Fransiskus relatif berhati-hati. Ia jelas berduka atas Ukraina dan memang menyatakan negara itu tengah dilanda perang. Tapi, Paus tidak secara terbuka mengecam Rusia atau menyebut Moskwa mengagresi Ukraina. Penggalan khotbahnya pada Minggu (6/3/2022) yang menyinggung soal perang di Ukraina menyebut, “Sungai darah dan air mata mengalir di Ukraina. Ini bukan operasi militer, melainkan perang, yang menghasilkan kematian, kerusakan, dan kesedihan.”

Sekalipun tidak secara eksplisit menunjuk Rusia–setidaknya hingga Selasa (8/3/2022), Paus nampak enggan menggunakan istilah “operasi militer khusus” yang dipakai Presiden Putin untuk menyebut serbuan Rusia ke Ukraina. Menurut Putin, operasi itu adalah permintaan dari Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk yang ingin kedaulatannya sebagai negara diakui masyarakat internasional.

Jauh-jauh hari sebelum perang Ukraina pecah, Paus Fransiskus telah menyerukan untuk ambil langkah dialog internasional secara serius guna menghindari konflik bersenjata. “Senjata bukanlah jalan yang harus diambil. Semoga Natal ini membawa perdamaian bagi Ukraina”, tutur Paus. Pernyataan itu ia sampaikan di hadapan umatnya di Lapangan Santo Peter pada Minggu (12/12/2021). Peringatan dini Paus ini ada karena memang tensi ketegangan antara Rusia dan Ukraina sudah terasa sejak lama.

Yang didambakan tak lain adalah perdamaian umat manusia, sehingga negosiasi serta dialog selalu ditekankan oleh Paus. Paus Fransiskus mengedepankan isu kemanusiaan dalam merespons konflik Rusia-Ukraina daripada domain lain. Yang karena itu pula ia tidak secara terbuka menyebut “Rusia” dalam pernyataan-pernyataannya yang mengecam invasi ke Ukraina. Paus terlihat berdiplomasi dengan menghindari tudingan secara langsung agar ruang dialog tetap terjaga. Ketika dialog terbangun, misi kemanusiaan lebih mungkin dikomunikasikan dengan para aktor yang bertikai.

Baca Juga  Menjaga Keamanan Beribadah Saat Pandemi

Demi tegaknya nilai-nilai kemanusiaan, dalam audiensinya pada Rabu (23/2/2022) Paus pun mendesak para politisi untuk memeriksa nurani mereka secara seksama di hadapan Tuhan. Dengan kata lain, para pemegang kuasa itu diminta dengan sangat untuk memikirkan ulang opsi perang yang pasti akan mengakibatkan krisis kemanusiaan. Orang-orang tak berdosa akan menjadi korban, anak-anak harus kehilangan masa depan, gelombang pengungsi juga kemiskinan akan meningkat. Perdamaian harus terancam oleh kepentingan partisan. Beragam persoalan kehidupan telah siap ambil bagian usai terjadinya peperangan.

Sekompleks apapun konflik Rusia-Ukraina, Paus terfokus pada diplomasi kemanusiaan. Meminta pihak yang terlibat perang ataupun masyarakat dunia untuk peduli pada dampak yang akan ditanggung para korban perang. Semua pihak dihimbau untuk menjauhkan diri dari tindakan yang hanya akan melipatgandakan penderitaan masyarakat. Paus pun meminta agar invasi itu dihentikan.

Selain itu, dikabarkan bahwa Kepala Badan Amal Vatikan Konrad Krajewski dan Pelaksana Tugas Kepala Departemen Pembangunan Manusia Vatikan telah diutus oleh Paus ke Ukraina untuk memberikan pelayanan kemanusiaan bagi korban perang. Belum lama ini, pemimpin tertinggi agama Katolik itu juga mendesak masyarakat dunia untuk menerima pengungsi dari Ukraina. Paus juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah menggalang solidaritas kemanusiaan membantu para korban perang.

Masyarakat dunia benar-benar harus menempatkan kemanusiaan pada prioritas kesadaran, karena kita semua sama-sama manusia. Tidak ada yang mau terluka ataupun menanggung kepedihan akibat perang. Indonesia sendiri mesti terus berkomitmen pada isu kemanusiaan di samping memanfaatkan posisi tawarnya untuk mengupayakan perang segera usai. Membayangkan kita berdiri di atas ‘sepatu’ orang lain adalah dorongan sederhana untuk membangun empati dalam diri. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.