Doa Ibu Menyembuhkan Kebutaan Imam Bukhari

KolomDoa Ibu Menyembuhkan Kebutaan Imam Bukhari

Siapa yang tak kenal dengan Imam Bukhari, seorang muhaddits yang drajat sanad periwayatnya paling shahih. Berkat karyanya, kita dapat menikmati ribuan hadis yang menjadi pedoman penting bagi umat Islam sebagai pedoman ibadah dan kehidupan. Namun, siapa sangka jika sang maestro ini pernah mengalami kebutaan pada masa kecilnya. Ibunya bersedih hati dan berdoa agar anaknya diberi kesembuhan dari kebutaannya.

Imam bukhari memiliki nama asli Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Ju’fiy Al-Bukhari. Ia lahir di Bukhara, Uzbekistan, Asia Tengah pada  hari Jumat 13 Syawal 194 H (21 Juli 210 M). Kakek Imam Bukhari seorang pemeluk agama Zoroaster asal Persi, sementara orang tuanya, Mughoeroh memutuskan untuk memeluk Islam.

Hidup Imam Bukhari saat kecil sebenarnya cukup memprihatinkan. Ia seorang anak yang ditinggal ayahnya dan mengalami kebutaan tak lama setelah kelahirannya. Suatu ketika Imam Bukhari mengalami sakit yang amat pada kedua matanya, hingga menyebabkan kebutaan.  Sebagai orang tua tunggal, sang ibu mengupayakan yang terbaik untuk kesembuhan anaknya. Sepanjang hari ibunya berdoa dan kebutaan tersebut terus berlanjut sampai Allah SWT Kembali mengembalikan penglihatannya.

Mengutip Syamsuddin Adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala, suatu malam ibunda Imam Al-Bukhari tertidur dan ia bermimpi melihat Nabi Ibrahim as. Dalam mimpinya, Nabi Ibrahim berkata, wahai perempuan sesungguhnya Allah SWT telah mengembalikan penglihatan putramu, karena banyaknya tangisan dan banyaknya doa yang kau panjatkan.

Kemudian Imam Bukhari terbangun dan bisa melihat. Ibundanya mengatakan wahai Muhammad bin Ismail, matamu bukan seperti mata anak-anak yang bermain, matamu adalah hadiah dari Allah SWT, maka aku tidak ridha kecuali engkau menggunakannya untuk mempelajari kalam-kalam cucunya Nabi Ibrahim as, yaitu Nabi Muhammad SAW. Setelah penglihatannya Muhammad bin Ismail kembali, ia dimasukkan untuk mempelajari ilmu agama lebih dalam. Lanjut menghafalkan al-Quran, lalu bergabung bertemu para guru di majelis-majelis hadis.

Dalam ungkapan Imam Bukhari, saya mendapatkan kemudahan untuk menghafal hadis saat itu saya masih di Kuttab (tempat belajar baca tulis), saat usia 10 tahun atau kurang. Kecintaan Imam Bukhari kepada ilmu hadis juga mewarisi dari ayahnya. (Bapakku) mendengar (hadis) dari Malik bin Anas (w. 179 H) melihat Hammad bin Zaid (w. 179 H) dan bermushafahah dengan Ibnu Al-Mubarak (w. 181 H) dengan kedua tangannya. Kendati sejak kecil telah yatim, Imam Bukhari tetap menjadikan ayahnya sebagai inspirasi yang gemar memelajari ilmu hadis.

Baca Juga  Ramadhan Bulan Al-Quran

Kesungguhan ibunda Imam Bukhari mengantarkan anaknya menjadi sosok yang mencintai kalam-kalam hadis tampak jelas terwujud. Pada usia 11 tahun, Muhammad bin Ismail mengoreksi salah seorang ulama hadis yang bernama Ad-Dahili saat meriwayatkan hadis. Mulanya, Ad-Dakhili marah karena hadisnya dikoreksi anak yang usia 11 tahun dan meminta ditunjukkan kesalahannya. Imam Bukhari berkata, “Coba lihatlah sumber aslinya, jika punya. Abu Zubair tidak meriwayatkan dari Ibrahim. Bukan Abu Zubair yang meriwayatkan dari Ibrahim, tetapi az-Zubair bin Adi dari Ibrahim”. Setelah diteliti, ad-Dakhili memverifikasi ulang dan membenarkan apa yang dikatakan bocah kecil tersebut (Muhammad Muhammad Abu Zahwu, al-Hadits wa al-Muhadditsun, Kairo: Dar al-Fikr).

Terhitung Imam Bukhari menjelajahi banyak wilayah yang tak terhitung jumlahnya untuk belajar dan mengajarkan hadis. Memverifikasi bahwa setiap hadis yang diriwayatkannya dapat dipastikan apakah kedudukannya shahih, hasan, mauquf, da’if.

Sosok Imam Bukhari sangat dicintai oleh masyarakat. Bukan sekadar karena kecerdasannya, melainkan ia saudagar kaya yang zuhur, tetapi sangat loyal membagikan hartanya kepada yang membutuhkan. Ia tidak hanya meriwayatkan 100.000 hadis shaih dan 200.000 hadis yang tidak shahih, tetapi mengamalkan isi sunnah ajaran Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-harinya. Nyaris tak pernah melewatkan, berwudhu dan shalat dua rakaat setiap menuliskan hadis. Maka tak ayal, betapa berkahnya karya-karya yang dihasilkan dari olah pikir tangannya, hingga memberi sumbangsih yang besar bagi umat Islam.

Namun, sebelum kewafatannya Imam Bukhari mendapat tekanan yang sangat menguji kesabarannya. Kemasyhurannya dalam ilmu hadis berimplikasi pada kedengkian ulama muhadditsin lain majelisnya sepi dari jemaah. Ia pernah dituduh berfaham, bahwa Al-Quran itu makhluk sebab perkataanya yang diplintir. Ia dikucilkan oleh masyarakat Samarkand dan Naisabur saat berkunjung ke wilayah tersebut. Melalui problem yang pelik dan berkepanjangan ini membuat hatinya merasa sesak dan jatuh sakit. Hingga suatu malam ia berdoa, Ya Allah, sesungguhnya telah sempit bagiku dunia yang sebenarnya luas. Maka ambillah nyawaku.

Imam Bukhari wafat pada usia 62 tahun saat ia hendak berhijrah dari kota Naisabur menuju kota Samarkand. Bertepatan dengan malam Idul Fitri, dimakamkan setelah zuhur pada tahun 256 hijriyah di desa Karthank, dekat Samarkand, kini Uzbekistan.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.