Teladan Keimanan Pemuda Ashabul Kahfi

KhazanahTeladan Keimanan Pemuda Ashabul Kahfi

Al-Quran selalu menampilkan kisah-kisah yang menarik. Sebagaimana kisah yang diabadikan kita suci umat Muslim tentang pemuda penghuni gua yang tertidur tiga abad lebih lamanya. Ini kisah luar biasa yang menunjukkan akan kekuasaan Allah SWT. Selain menambah keimanan, kisah tersebut menyadarkan siapa yang berjuang mempertahankan akidah kebenaran, maka ia terselamatkan dari kehidupan di dunia maupun di akhirat.

Kisah pemuda penghuni gua atau ashabul kahfi sangat popular dan sudah familiar kita dengar sejak kecil. Pasalnya, salah satu qashashul Quran ini terbilang unik karena pastinya mengajak untuk berpikir bagaimana mungkin ada orang yang tertidur dalam rentan waktu yang begitu lama dan tetap hidup. Sikap heran atau janggal ini dijawab langsung dalam al-Quran.

Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) Ar-Raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang mengherankan? (Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami” (QS. Al-Kahfi: 9-10).

Dalam tafsir Ibnu Katsir, ayat di atas merupakan informasi yang diberikan Allah SWT mengenai Ashabul Kahfi secara global dan ringkas. Tentu bagi yang Maha Besar, peristiwa tersebut bukan suatu keanehan sebagai tanda kemampuan dan kekuasaan-Nya. Adanya langit dan bumi, pergantian siang dan malam, dan hamparan alam semesta adalah bukti-bukti kekuasaan Allah ‘Azza Wajalla. Adapun Hamka menyebut yang dimaksud Ar-Raqim di samping Kahfi, karena setelah beberapa ratus tahun kemudian orang mengetahui letak gua itu nama-nama penghuni gua kemudian dipahat di batu yang ditempelkan di atas pintu gua.

Para ulama cukup masif membincangkan perihal kisah Ashabul Kahfi mengapa terlihat menarik, ketimbang penciptaan langit, bumi, dan alam semesta lainnya. Mungkin karena kisah tersebut lebih dekat dengan kehidupan kita sebagai manusia, hingga mereka mencoba meraba bagaimana jika hal itu terjadi pada dirinya yang tertidur lama. Sementara untuk penciptaan alam semesta, cukup abstrak dan tidak bisa dibayangkan kecuali dengan kekuatan keimanan.

Lantas siapakah sebenarnya pemuda yang disebut-sebut sebagai Ashabul Kahfi ini. Mereka adalah sekolompok pemuda yang beriman kepada Allah SWT yang terdiri dari tujuh orang. Konon, mereka hidup di masa raja Diqyanus di Romawi, beberapa ratus tahun sebelum diutusnya Nabi Isa As. Berdasarkan Namanya, Ashabul Kahfi sebutan bagi penghuni gua yang melarikan diri dari kejaran raja zalim yang mengaku sebagai Tuhan.

Baca Juga  NU dan Tantangan Radikalisme

Untuk menyelamatkan diri, mereka mencari tempat persembunyian hingga sampai pada mulut gua yang dipilihnya untuk beristirahat. Sebagaimana yang disebutkan Al-Quran, telinga mereka ditutup di dalam gua selama beberapa tahun. Dengan izin Allah selama 309 tahun tujuh pemuda itu ditidurkan dan kemudian dibangunkan kembali ketika masyarakat dan raja zalim itu telah berganti dengan masyarakat dan raja yang beriman.

Nama-nama pemuda Ashabul Kahfi adalah Maksamlina, Tamlikha, Yamyalkho, Martus, Kasyuthusy, Birunus, Dinumus. Sepanjang tertidur, Allah SWT menjaga utuh badan mereka tidak dimakan tanah, membusuk, pakaiannya tidak berubah, tidak dibuat terbangun, haus, ataupun lapar. Sinar terik matahari pun panasnya tak membakar jasadnya. Tak ketinggalan seekor anjing legendaris, yang dikenal qitmir menjadi penjaga saat mereka tertidur lelap.

Singkat cerita, saat Allah mengizinkan mereka terbangun, salah satu pemuda diutus untuk pergi mencari makan dengan uang peraknya. Melihat perubahan yang terjadi dalam kota, ia terkejut dan tetap melanjutkan perjalanannya di pasar. Saat memberikan uang sebagai bayarannya, pemilik toko mengira pemuda itu menyimpan harta karun karena menyimpan benda langka yang mahal nilainya. Alhasil, sang pemuda dibawa pemilik toko di hadapan sang raja.

Ketika itu, pemuda ini menceritakan apa yang terjadi dan raja yang beriman ini takjub mendengarnya. Lantas mengatakan, ini adalah kuasa Allah untuk membuktikan keagungannya. Tak lama kemudian mereka meminta pada Allah supaya segera mewafatkan, karena mereka tak ingin diagung-agungkan sebab keajaiban yang menimpanya.

Demikian keteladanan tujuh pemuda yang kisahnya diabadikan dalam al-Quran. Mereka mendapat perlindungan dari Allah SWT karena semangat memertahankan keimanan yang diyakininya. Tidak goyah beralih menyembah raja zalim, meski ia harus berlari-lari bersembunyi agar terbebas dari incaran sang raja. Bahkan saat kehidupan telah membaik, mereka berkeinginan untuk segera diwafatkan, sebab kekhawatiran orang-orang yang berlebihan mengistimewakan atas peristiwa yang menimpanya. Ini sebuah sikap orang-orang yang beriman yang hanya ingin mendapat simpati dan perlindungan dari Allah SWT.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.