Pelajaran Berharga dari Isra’ Mi’raj

KhazanahHikmahPelajaran Berharga dari Isra’ Mi’raj

Isra’ Mi’raj merupakan peristiwa luar biasa yang dialami Nabi Muhammad SAW. Dengan kecepatan yang dahsyat, Nabi SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem (Isra’), kemudian naik melewati tujuh lapisan langit sampai mencapai perbatasan menuju surga yang disebut Sidratul Muntaha. Umat Islam selalu mengingat dan menghayati peristiwa ajaib ini setiap tanggal 27 Rajab, atau yang tahun ini bertepatan dengan tanggal 28 Februari. Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj, selain mendapat perintah shalat yang membentuk rukun Islam, ada beberapa pelajaran berharga lainnya yang dapat kita pelajari dari peristiwa penting dalam tradisi Islam ini. 

Pertama, Isra’ Mi’raj mengajarkan kita untuk percaya pada kemungkinan di tengah ketidakmungkinan. Isra’ dan Mi’raj adalah perjalanan spiritual yang membuat kita percaya pada kontrol dari Allah SWT atas apa yang di luar kendali kita. Peristiwa Isra’ Mi’raj sendiri mustahil secara fisik, dan sangat jauh dari imajinasi orang-orang pada waktu itu, bahkan saat ini. Makanya, Kisah Isra’ Mi’raj mungkin terdengar fiktif. Namun, setiap Musim diajarkan untuk meyakini kebenaran peristiwa tersebut sebagai bagian dari tanda-tanda ke-maha-an Allah SWT, yang tertulis di dalam Al-Qur’an (QS. Al-Isra’: 1)

Faktanya,tidak semua hal berada pada kendali kita sendiri, tidak semua hal dapat dikontrol oleh kemampuan kita. Kesadaran ini membawa kita untuk fokus pada hal-hal yang dapat kita kontrol dan berusaha sebaik-baiknya mengendalikan apa yang kita bisa. Hal-hal di luar kendali kita sering membuat kita berpikir tentang ketidakmungkinan. Namun sebagaimana pelajaran yang kita ambil dari Isra’ Mi’raj, kita dapat ‘percaya pada kemungkinan dan peluang’. Hal itu akan menjadi dorongan besar bagi kita untuk berusaha keras lewat hal-hal yang dapat kita lakukan. 

Kedua, Isra’ Mi’raj juga mengajarkan optimisme, tentang adanya kemudahan bagi setiap kesulitan. Perjalanan Isra’ dan Mi’raj terjadi setelah periode waktu yang disebut ‘Tahun Kesedihan’ Nabi SAW. Pada tahun itu, Nabi Muhammad SAW melihat dua sosok penting dalam hidupnya, paman Abu Thalib dan Khadijah RA istri tercinta, meninggal dunia. Pada tahun itu pula Nabi Muhammad SAW ditolak dan dianiaya oleh orang-orang Thaif ketika beliau berdakwah ke sana. 

Dalam keadaan Lelah, ditinggalkan, duka, dan terluka secara fisik maupun batin, Nabi Muhammad SAW tidak pernah goyah, meski tantangannya tak tertahankan. Perjalanan Isra’ Mi’raj mengajarkan dengan indah bahwa setelah kesulitan itu ada kemudahan, ada jalan keluar, ada keberhasilan. Seperti yang disebutkan dalam al-Quran, “Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6)

Baca Juga  Rasulullah pun Berolahraga

Allah swt mengangkat Nabi Muhammad SAW ke hadirat-Nya untuk menguatkan dan mempersiapkannya menghadapi fase kenabiannya yang semakin menantang. Allah swt menunjukkan Nabi Muhammad SAW tentang kekuasaan dan perintah-Nya, setelah itu Nabi Muhammad SAW kembali ke negerinya dengan lebih tenang dan bahkan lebih kuat. Peristiwa Isra’ Mi’raj mengajarkan kita untuk lebih optimis dan tidak menyerah dalam menghadapi tantangan hidup.

Ketiga, Isra’ Mi’raj juga mengajarkan kepada kita tentang pentingnya kepercayaan seorang teman. Pada hari setelah Isra’ dan Mi’raj, Nabi Muhammad saw menceritakan kisah itu kepada sebagian kaumnya di Mekkah, Orang-orang kaget dan tidak percaya dengan ceritanya. Beberapa dari mereka pergi ke rumah Abu Bakar RA. Mereka menceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW mengklaim bahwa beliau telah pergi ke Masjid Al-Aqsa dan melakukan shalat di sana, lalu ke langit, dan kembali ke Mekah dalam satu malam. Orang-orang berasumsi bahwa Abu Bakar ra akan memberikan reaksi yang sama dan meninggalkan Nabi SAW.

Namun, setelah mendengar itu, Abu Bakar ra langsung berkata, “Saya percaya”. Dia tidak sedikitpun mempertanyakan Nabi Muhammad SAW atau meragukan apakah beliau mengatakan yang sebenarnya. Abu Bakar ra mengetahui kepribadian dan karakter Nabi saw yang sebenarnya sebagai Al-Amin, Yang Dapat Dipercaya. Betapa indahnya persahabatan mereka. Abu Bakar menunjukkan kepada kita apa artinya menjadi teman sejati. Ia juga menjadi contoh keyakinan  kepada Allah dan Rasul-Nya, bahkan hanya dari kata-kata, tanpa menyaksikannya dengan mata.

Singkatnya, perjalanan Isra’ Mi’raj yang luar biasa memang memiliki pelajaran penting yang relevan dan tepat waktu untuk kita internalisasi dan amalkan. Pelajaran juga menunjukkan kemurahan hati dan kasih sayang Allah yang tak terbatas kepada semua ciptaan-Nya. Allah menghendaki bagi kita kemudahan dan bukan kesulitan. Semoga Allah memberikan kita sifat istiqamah dan menuntun kita dari dosa menuju ampunan, dari kegelapan menuju cahaya, dari ketakutan menuju amanah, dan dari kebencian menuju cinta. 

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.