Standar Minimum Adab Muslim

KhazanahHikmahStandar Minimum Adab Muslim

Adab atau budi pekerti yang luhur merupakan atribut utama bagi seorang Muslim. Orang beriman semestinya dapat mudah dikenali dengan berbagai karakter baik yang melekat dalam dirinya. Membangun karakter mulia adalah proyek besar yang tidak instan, dan dapat dikatakan tidak mudah. Namun setiap orang selalu dapat memulai dari hal termudah dan minimum. Yang terpenting adalah memulai mengembangkan adab dalam interaksi harian kita dengan sesama manusia sekarang juga.

Kita dapat mengikuti rumusan Yahya bin Mu’adz tentang standar minimum adab seorang Muslim, ia berkata:

ليَكُنْ حَظُّ الْمُؤمِنِ مِنْكَ ثَلَاثةٌ: إِنْ لَمْ تَنْفَعْهُ فَلَا تَضُرَّهُ، وَإِنْ لَمْ تُفْرِحْهُ فَلَا تَغُمَّهُ، وَإِنْ لَمْ تَمْدَحْهُ فَلَا تَذُمَّهُ

“Hendaklah hubunganmu dengan mukmin lain ada tiga jenis. Jika kamu tidak dapat memberi manfaat baginya, jangan menyakitinya. Jika kamu tidak bisa membuatnya senang, jangan membuatnya sedih. Jika kamu tidak dapat berbicara baik tentang dia, jangan berbicara buruk tentang dia.” (Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, 2:283)

Yang paling utama bagi landasan adab dan perilaku kita ialah ketulusan hati. Seorang Muslim yang memiliki ambisi spiritual dan keinginan untuk menjadi orang yang shaleh dan berakhlak, harus memegang teguh perinsip untuk mengabdikan diri dengan tulus kepada Allah SWT, serta mengabdikan diri di tengah masyarakat demi melayani sesama manusia dengan tulus pula. Untuk mencapai cita-cita mulia tersebut, kita patut merenungkan standar kunci dari Syaikh Abdul Qodir al-Jailani berikut ini:

كُنْ مَعَ الْحَقِّ بِلا خَلْقٍ وَ مَعَ الْخَلْقِ بِلا نَفْس

“Bersama Tuhan tanpa manusia, dan bersama manusia tanpa ego”

(Madarij al-Salikin, 3: 107)

Kedua hal tersebut merupakan prinsip utama dalam membangun hubungan kita dengan Allah SWT (Hablun min Allah), dan hubungan sesama manusia (Hablun min an-nas). Tidak ada yang pantas menjadi motivasi kita dalam beribadah dan menyembah Allah selain karena cinta kepada Allah itu sendiri. Begitu pula, tidak ada alasan untuk menolong manusia selain karena ketulusan hati.

Baca Juga  Meneladani Khilafah Ahmadiyah

Intinya, setiap Muslim harus senantiasa menampilkan adabnya, meskipun dengan standar minimum. Kunci dari setiap perilaku dan perbuatan Muslim ialah ketulusan dan keindahan hati, yang bersumber dari spiritualitasnya dalam menyembah Allah SWT. Dalam menjalin hubungan antar sesama manusia, kita tidak boleh jatuh di bawah standar adab seorang Muslim.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.