Tertawa Bersama Imam Malik dan Imam Syafi’i Membahas Rezeki

KhazanahHikmahTertawa Bersama Imam Malik dan Imam Syafi’i Membahas Rezeki

Imam Malik dan Imam Syafi’i terhubung dalam ikatan guru dan murid. Sebagai murid, bukan berarti Imam Syafi’i selalu sejalan sepemikiran dengan pandangan Imam Malik selaku gurunya. Relasi kedua imam mazhab ini hidup dan tidak monoton, dihiasi beragam perbedaan pendapat, bumbu-bumbu debat, hingga canda tawa di tengah pemikiran yang tak sama. Tidak ada cerita mereka berdebat penuh caci maki dan urat saraf yang menegang. Para ulama ini tetap menjaga adab dalam memertahankan opininya masing-masing.

Pernah dalam suatu majelis Imam Malik membahas persoalan rezeki. Berangkat dari hadis Rasulullah SAW yang menyatakan, Andai kalian bertawakal kepada Allah sebenar-benar tawakal, niscaya Allah akan berikan rezeki kepada kalian. Sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung yang pergi dalam keadaan lapar lalu pulang dalam keadaaan kenyang (HR. Al-Nasa’i dan al-Tirmidzi).

Berdasar riwayat tersebut, menurut Imam Malik rezeki itu datang tanpa sebab, sehingga seseorang cukup bertawakal dengan benar. Niscaya Allah akan memberinya rezeki. Lain halnya dengan Imam Syafi’i. Ia memiliki pandangannya tersendiri terhadap hadis tadi.

Kepada sang guru, Imam Syafi’i mengajukan pendapatnya, “Wahai Syekh, andai kata seekor burung tidak keluar dari sarangnya, bagaimana mungkin ia akan memeroleh rezeki?” Dalam kesimpulan Imam Syafi’i, untuk mendapatkan rezeki diperlukan usaha dan kerja keras. Tidak bisa dengan hanya bertawakal, karena rezeki tak akan datang dengan sendirinya.

Dua ulama besar ini teguh pada pendapatnya masing-masing. Sampailah pada suatu hari, Imam Syafi’i berjalan-jalan keluar dan melihat sekelompok petani tengah memanen buah anggur. Ia pun berinisiatif membantu pekerjaan mereka. Selepas menyelesaikan pekerjaannya, Imam Syafi’i diberi beberapa ikat anggur hasil panen sebagai upah atas jasanya.

Imam Syafi’i begitu gembira. Bukan karena memperoleh buah anggur, tapi ia merasa berhasil mengantongi bukti untuk disampaikan kepada Imam Malik yang akan mengokohkan argumennya, bahwa rezeki itu harus dicari, mesti ada unsur usaha.

Baca Juga  Empat Cara Membentuk Akhlak menurut Quraish Shihab

Saking senangnya, ia bergegas menemui sang guru yang sedang bersantai di kediamannya. Setelah menaruh seluruh ikat anggur yang diperolehnya, Imam Syafi’i antusias menceritakan kegiatannya di hari itu. “Jika saja saya tak keluar untuk membantu para petani tadi memanen, tentu buah anggur ini tak akan sampai di tangan saya”, tutur Imam Syafi’i penuh keyakinan.

Terlihat gurat senyum Imam Malik setelah mendengar penuturan muridnya. Ia pun mengambil anggur tersebut dan mencicipinya. Sejurus kemudian Imam Malik berujar lirih, “Seharian ini aku memang tak keluar pondok. Hanya menunaikan tugas mengajar sebagai guru, dan agak terbesit dalam pikiranku, alangkah nikmatnya jika di hari yang panas ini aku dapat menikmati buah anggur. Ternyata engkau tiba-tiba datang sembari membawa anggur beberapa ikat. Bukankah ini juga merupakan bagian dari rezeki tanpa sebab? Lakukan apa yang menjadi bagianmu. Selebihnya biarkan Allah yang mengurus.”

Mendengar uraian itu Imam Syafi’i langsung tertawa. Guru dan murid ini pun tertawa bersama, lebur dalam hangatnya perbedaan yang disikapi dengan santun dan indah. Bukan hanya Imam Syafi’i, saya juga otomatis tertawa ketika menangkap kecerdikan Imam Malik serta kelapangan Imam Syafi’i dalam merespons penjelasan gurunya. Demikian seharusnya silang pendapat dihadapi, dengan adab, penuh penghormatan, dan lengkap dengan nuansa humor, tanpa perlu merendahkan ataupun merasa paling benar. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.