Mengatasi Rasa Takut Kematian ala Raghib Al-Ishfahani

KhazanahHikmahMengatasi Rasa Takut Kematian ala Raghib Al-Ishfahani

Takut kematian adalah hal yang pasti dirasakan setiap orang. Hanya saja, kecemasan yang meningkat dari takut mati, juga dapat menyebabkan rasa putus asa dan pesimisme. Hal itu bertentangan dengan perspektif Islam tentang harapan akan takdir dan rahmat Allah SWT di masa depan kita. Sebenarnya, emosi takut memiliki peran positif, asalkan dikendalikan dengan baik. Emosi yang ekstrim dan berlebihan tentu tidak sehat secara psikologis. Tetapi jika dimoderasi dan selaras dengan rasa takut akan keadilan ilahi, emosi akan bermanfaat secara spiritual. 

Petunjuk Allah SWT atau Syariah yang sebenarnya dapat memandu dan menyehatkan jiwa kita, tidak turun seperti panduan psikologi siap pakai. Tetapi, berupa sumber referensi bagi berbagai penyembuh, pelipur lara, dan transformasi diri yang abstrak. Salah satu Ulama yang menggali sumber tuntunan Syariat untuk menyembuhkan jiwa dari emosi yang tidak wajar, ialah Raghib al-Ishfahani.

Al-Ishfahani (w. 1040) adalah seorang ulama besar abad ke-11 dari Persia. Beliau juga tercatat sebagai penulis Muslim generasi awal di bidang agama dan filsafat. Al-Isfahani sangat dihormati di kalangan intelektual dari karya kamus al-Qurannya yang berjudul Al-Mufradat fi Gharib al-Quran. Namun, buah pemikiraannya yang berkaitan dengan metode self-healing atau penyembuhan psikologis manusia, dapat kita petik dari kitabnya yang berjudul al-Dzari’ah Ila Makarim al-Syariah (sarana menuju kemuliaan syariat). 

Di dalam kitab tersebut, juga ditemukan cara mengatasi rasa takut kematian. Pertama-tama, beliau menjelaskan, orang yang cemas terhadap kematian, sebenarnya bukan karena kematian itu sendiri, tetapi karena kesedihan atas kehilangan dunia ini atau karena konsekuensi yang harus mereka hadapi jika mereka mati. Al-Ishfahani menuliskan, “berkenaan dengan kecemasan atas kematian, rasa itu sebenarnya ditarik dari empat arah, yakni nafsu dan syahwat yang akan hilang, atau kekayaan seseorang akan ditinggalkan, atau karena ketidaktahuan tentang takdir setelah kematian, atau seseorang takut memperoleh akibat dari dosa-dosanya di masa lalu. ” (h. 334).

Baca Juga  Mengenal Tuan Guru Bengkel: Karya dan Kontribusi Keilmuan (Bagian IV)

Solusinya cukup sederhana, menurut al-Ishfahani, jika seseorang khawatir tentang kehidupan setelah kematian, maka ia harus mencari pengetahuan tentang kematian itu sendiri, yang sebenarnya diajarkan secara positif dalam Islam. Jika orang-orang tertekan karena dosa kepada Tuhan, ia dapat memperbaiki kesalahannya dan menyembuhkan kecemasannya melalui taubat. Bertobat dan mencari pengampunan Tuhan secara tulus tulus akan membuahkan tindakan yang positif, ketenangan, dan pahala ilahi yang besar.

Pada dasarnya, dengan mengetahui filosofi yang benar tentang kematian, kita akan paham bahwa kematian adalah proses natural dari perpindahan saja. Dunia yang kita tinggalkan ini tidaklah berarti apa-apa dibanding alam selanjutnya yang akan kita tinggali. Menurut al-Ishfahani, “orang-orang saleh akan memelihara jiwanya dengan ilmu dan amal saleh. Mereka tidak merindukan dunia ini, dan tidak akan segan meninggalkannya, seperti bayi yang keluar dari rahim ibunya” (h. 336). 

Al-Ishfahani menganjurkan agar setiap orang beriman memandang kematian secara positif. Ia menuliskan, “kematian adalah jalan keluar menuju kesempurnaan manusia dan siapa pun yang menolaknya telah kehilangan jiwanya. Orang yang rasional sadar akan kematian dan tidak perlu takut selama dia ridha, bertobat, dan taat dalam beribadah” (h.338). Jadi, agar tidak tenggelam dalam ketakutan yang justru membuat kita putus asa, kita mestinya lebih fokus untuk mempelajari dan melakukan hal-hal yang dapat menunjang kehidupan kita setelah kematian.

Bagaimanapun, kita perlu menyeimbangkan rasa takut kematian dengan harapan pada rahmat dan ampunan Allah SWT. ketakutan berlebihan terhadap hukuman akhirat dapat menyebabkan keputusasaan. Para nabi dan wali selalu menggabungkan rasa cemas dan harapan secara seimbang, sebagaimana dinyatakan al-Quran, …mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka orang-orang yang khusyuk kepada Kami (QS. Al-Anbiya: 90). Maka dari itu, kekhawatiran tentang kematian mesti dikelola dengan baik, agar menggerakan kita untuk lebih aktif bertaubat dan menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait