Hubungan Konsumsi dan Kesalehan

KhazanahHikmahHubungan Konsumsi dan Kesalehan

Kehidupan postmodern menciptakan pola-pola konsumsi baru. Kompleksitas kegiatan ekonomi saat ini, membuat apa yang kita makan dan pakai sehari-hari, dapat berdampak pada hal-hal besar, mulai dari keseharan, kerusakan lingkungan, hingga geopolitik. Bagaimanapun, sebagai Muslim, kita diajarkan untuk selalu memperhatikan dampak dari pola konsumsi kita, baik secara spiritual maupun sosial.

Kita harus menyadari bahwa ada hubungan integral antara kesalehan dan dimensi spiritual, dengan perilaku konsumsi kita. Kita diajarkan untuk mempergunakan barang-barang yang benar, baik dari segi zat, cara memproduksi, maupun tujuan dari mengkonsumsi tersebut. Karena berhubungan langsung dengan dimensi spiritual kita, maka penting sekali mempertimbangkan kebiasaan dan pilihan konsumsi kita.  

Muslim berulang kali diingatkan bahwa setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas semua rezeki yang mereka nikmati sepanjang hidupnya. Maka dari itu, kita harus memastikan harta atau rezeki yang kita nikmati tidak melanggengkan kejahatan dan dampak yang buruk bagi diri sendiri maupun orang lain.

Pentingnya bagi umat Islam untuk waspada terhadap apa yang dikonsumsinya, sebelum menjadi perhatian serius di Hari Perhitungan kelak. Peringatan ini muncul berulang-ulang di dalam Al-Quran. Salah satu contohnya adalah dalam surat al-Balad, ketika berbicara tentang umat manusia, Allah SWT berfirman, Apakah manusia itu mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang berkuasa atasnya? Dia mengatakan, “Aku telah menghabiskan harta yang banyak”. Apakah dia mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang melihatnya? (QS. Al-Balad: 5-7)

Kewajiban bagi umat Islam untuk menggunakan kekayaan yang dimilikinya untuk kebaikan dan bukan kejahatan, telah membentuk salah satu inti spiritual rukun Islam, yaitu zakat. Selain berfungsi sebagai mekanisme redistribusi masyarakat, di bidang spiritual, pembayaran zakat adalah sarana untuk mensucikan kekayaan seorang Muslim. 

Baca Juga  Tiga Makna Berkurban Menurut Cak Nur

Oleh karena itu, akan menjadi paradoks bagi seorang Muslim yang berjuang untuk mensucikan kekayaannya seperti yang diperintahkan oleh Allah SWT, tetapi kemudian membelanjakan hartanya yang telah dimurnikan untuk mengkonsumsi hal-hal yang berdampak tidak baik bagi tubuh, psikologis, maupun kehidupan sosial lainnya.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.