Al-Quran Mengecam Pencemaran Reputasi Perempuan

KolomAl-Quran Mengecam Pencemaran Reputasi Perempuan

Meragukan integritas dan kompetensi seseorang hanya karena karakter perempuan yang melekat pada dirinya, merupakan bagian dari kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan. Di tempat kerja, misalnya, wanita yang mendapat pujian, penghargaan, atau jabatan dari atasan, kerap kali dianggap memperoleh prestasi hanya karena kecantikannya, bahkan lebih buruk, karena memikat hati atasannya. Pembuatan semacam itu berakibat pada delegitimasi atas prestasi, kemajuan, kinerja dan kerja keras perempuan. 

Memang amat disayangkan, wanita yang berperan secara publik rentan terhadap perusakan reputasi atau pembunuhan karakter semacam itu. Menyebarkan gosip, rumor, fitnah, atau manipulasi fakta untuk memberikan citra tidak benar tentang seorang perempuan adalah tindakan pencemaran nama baik yang sangat merugikan. Tindakan pembunuhan karakter tersebut tidak hanya mencoreng reputasi sosial orang yang bersangkutan, namun juga menyerang kesejahteraan psikologis korban, bahkan menghasilkan dampak sosial jangka panjang secara luas. 

Al-Quran secara tegas melawan pembunuhan karakter, terutama terhadap perempuan dan pihak yang rentan. Sejumlah ayat turun untuk membela perempuan ketika martabatnya direndahkan. Di antaranya mengacu pada insiden Ifki, yaitu ketika Aisyah RA, istri nabi, diserang dengan tuduhan palsu. Aisyah RA dituduh berselingkuh oleh komunitasnya. 

Fitnah dan berita bohong terhadap perempuan yang menjaga diri bukan hanya krisis domestik, tetapi juga mengarah pada krisis sosial. Dalam insiden Ifki, fitnah itu amat mempengaruhi kehidupan sosial Aisyah RA sebagai seorang perempuan lurus, terutama hubungannya dengan suaminya, Nabi SAW yang mulia. Orang tuanya pun bingung bagaimana membelanya. Korbannya disini bukan hanya Aisyah RA, tetapi juga keluarganya dan masyarakat Muslim secara umum. Fitnah memang ampuh untuk sabotase sosial dan politik. Merusak martabat seorang wanita berdampak pada penghancuran martabat seluruh keluarga. Sebab, perempuan adalah basis keluarga, dan keluarga adalah unit terkecil dari kehidupan sosial. 

Dalam rentang waktu satu bulan, al-Quran membelanya sebagai orang yang jujur ​​dan tidak bersalah, dengan menurunkan setidaknya 9 ayat, yakni QS. An-Nur ayat 11-20, untuk menetapkan standar keadilan komunal normatif, bahwa ‘menuduh wanita berbuat tidak senonoh adalah dosa besar’. Pencemaran nama baik dan gosip yang tidak berdasar terhadap seorang wanita yang menjaga diri adalah perbuatan yang di kutuk di dalam al-Quran (QS. An-Nur:12–16). Membuat dan menyebarkan rumor atau asumsi tidak berdasar yang dapat mencoreng nama baik seseorang sama sekali tidak dapat dianggap remeh karena dampaknya yang luar biasa, sebagai mana firman-Nya, kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar (QS. An-Nur: 15)

Jelas sekali, ayat-ayat ini berhubungan dengan subjek pembunuhan karakter dan sexual slander terhadap wanita. Intervensi Allah, sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat tersebut, bukanlah bukan hanya untuk Aisyah saja, melainkan pesan Allah tentang pentingnya melindungi martabat semua wanita yang lurus dan menjaga diri. Allah SWT berfirman, Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali mengulangi seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang beriman (QS. An-Nur: 17)

Baca Juga  Meneladani Anti-Rasisme ala Nabi

Bagaimanapun, pembunuhan karakter adalah masalah sosial yang serius dengan konsekuensi yang sangat serius pula yang terus terjadi di sepanjang zaman. Tindakan ini mengacaukan pikiran orang-orang dan menyebabkan kerusakan sosial. Oleh karena itu, dalam konteks membela wanita dari tuduhan palsu, Allah SWT tidak hanya mengecam mereka yang terlibat dalam penyebaran rumor dan fitnah, tetapi juga telah memberikan instruksi untuk melindungi martabat wanita. Dengan demikian ayat-ayat yang turun dalam konteks ini turut meletakkan prinsip penting untuk menjaga masyarakat dari kekacauan sosial.

Berdasarkan hasil penelitian Muhammad Rashid dan Nouman Ahmed Ansari, yang berjudul Dignity of Women Through The Lens of Quran (2021), ayat-ayat yang turun berkaitan dengan peristiwa Ifki tersebut, menawarkan pendekatan proaktif untuk menghadapi kekacauan informasi pada tingkat individu maupun kolektif. Al-Quran, melalui ayat-ayatnya ini, mengajarkan kepada kita bagaimana agar tidak ikut terpengaruh rumor dan fitnah.

Ada beberapa strategi ketahanan psikologis terhadap gangguan informasi yang diisyaratkan surat an-Nur ayat 11-19. Seperti pentingnya meningkatkan kekebalan terhadap bahaya disinformasi dengan “berbaik sangka terhadap orang-orang” (QS. An-Nur: 12). Mengandalkan diam dan membedakan antara sumber dan pembawa informasi “Tidak pantas bagi kita membicarakan ini” (QS. An-Nur: 16). Memperbanyak bukti yang dapat dipercaya,seperti “datang membawa empat saksi” (QS. An-Nur: 13). Tetap optimis di tengah beredarnya rumor, “Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu” (QS. An-Nur: 11). Melakukan edukasi terhadap masyarakat untuk meningkatkan literasi medianya, Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga)” (QS. An-Nur: 11). Serta tidak mempublikasikan perbuatan tidak bermoral, Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat” (QS. an-Nur: 19). Budaya seperti itu harus kita kembangkan dalam kehidupan sehari-hari agar kita terhindar dari bahaya hoax dan disinformasi. 

Singkatnya, ayat-ayat al-Quran telah meletakkan prinsip untuk perlindungan bagi martabat perempuan. Menyebarkan rumor, gosip, atau fitnah untuk mencoreng reputasi dan mendelegitimasi prestasi dan kerja keras perempuan adalah perbuatan tercela yang dikecam di dalam al-Quran. Dengan merenungkan peristiwa Ifki dan ayat-ayat yang turun untuk meresponsnya, kita semestinya terdorong untuk menangani masalah penyalahgunaan informasi yang dapat merugikan banyak pihak. Kita harus peka terhadap isu pembunuhan karakter yang kerap terjadi pada perempuan di sekitar kita, karena al-Quran membela perempuan dan melawan aksi pencemaran reputasi perempuan.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.