Habib Ali al-Jufri: Tunaikan Shalat dengan Kegembiraan

KhazanahHabib Ali al-Jufri: Tunaikan Shalat dengan Kegembiraan

Siapa yang tak gembira ketika hendak berjumpa dengan kekasih. Ini yang seharusnya senantiasa kita tumbuhkan apabila waktu shalat telah tiba. Yakni, menanamkan kebahagiaan shalat dimulai sejak dikumandangkannya azan. Hal tersebut akan lebih menyadarkan, bahwa kebahagiaan shalat kita bukan seperti orang yang dikejar utang, hati baru bisa merasa tenang setelah dilunasi. Padahal, yang dituntut oleh kita adalah kegembiraan sebelum memasuki waktu dan ketenangan saat menunaikan shalat.

Sebenarnya, kita sering menjadi orang yang terlambat berbahagia. Terlambat sebab perasaan tenang  atau bahagia baru muncul usai ditunaikannya shalat. Menurut Habib Ali al-Jufri dalam buku Wahai Murid Menuju Dunia yang Terhubung dengan Allah (2020), selayaknya seseorang mulai menghadirkan ketenangan dalam hati sebelum memasuki shalat walaupun baru akan menunaikannya, memikirkannya bahwa waktu shalat sudah dekat, di mana waktu shalat pada hakikatnya adalah pertemuan dengan sang kekasih.

Kekasih selalu memberikan kebahagiaan kepada yang menemuinya. Allah SWT memahami benar manusia mudah diliputi dengan masalah. Itu sebabnya, Allah menyiapkan jadwal pertemuan di waktu yang telah ditentukannya. Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang waktunya ditentukan atas orang-orang yang beriman (QS. An-Nisa: 43). Adapun setiap momen pertemuan ini bertujuan agar manusia mendapat penawar terhadap pelbagai masalah yang dihadapi. Maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong (QS. Al-Hajj: 78).

Habib Ali al-Jubfri mengkonsepkan shalat dengan pertemuan antara sang pencipta dan yang dicintainya. Di dunia nyata, kita bisa membayangkannya dengan pertemuan seorang ibu dan anak yang lama tak berjumpa, kemudian waktu berjumpa telah tiba. Bagaimana salah seorang dari kita berjumpa dengan kekasihnya? Demikian perasaan bahagia menyelimuti orang yang merindukan perjumpaan bersama kekasih.

Baca Juga  Gus Baha: Jangan Memvonis Salah Orang Lain

Apa yang menjadi keistiqomahan dalam menempuh jalan spiritual tidak akan membuat seseorang menjadi bosan. Lain halnya ketika memenuhi hawa nafsu, semakin dipenuhi justru menjenuhkan dan kepuasaan yang dirasakan hanya sesaat. Ini pentingnya bagi seorang salik agar dapat memenuhi kepuasan di jalan yang benar. Setiap shalat adalah bentuk Mi’raj kita menemui kehadirat Allah SWT.

Kemudian terkait keadaan kita dalam melaksanakan shalat ambil prinsip bersiap sebelum waktu shalat. Jangan sampai terkejut saat mendengarnya. Bagi salik atau seorang penempuh jalan Allah kondisi ini membahayakan. Bagaimana tidak, seorang yang mestinya senang bertemu dengan kekasih, justru hatinya merasa berat. Memang benar, ia akan menunaikan shalat dengan sedikit terlambat, tidak berniat meninggalkan tetapi ia mengerjakan di akhir atau waktu makruh dan lebih parahnya di luar waktu. Ini menunjukkan gejala akan berpaling dari kekasih. Maka dari itu, semampunya kita kembali pada kesadaran untuk bersiap ketika waktu shalat tiba dan azan sudah berkumandang. Bersiap bertemu dengan kekasih dengan perasaan rindu dan gembira.

Betapa bahayanya seorang yang mati rasa terhadap Allah. Padahal, manusia sangat bergantung pada Tuhan, takdir hidup dan mati kita berada dalam genggamannya. Setiap orang yang mengasihi manusia ada Tuhan di hati mereka, terkhusus mereka yang berusaha mendekatkan diri melalui shalat-shalatnya. Oleh karena itu, tunaikan shalat dengan kegembiraan sebagaimana kita merindukan setiap perjumpaan dengan kekasih. Siapa yang tidak merasa gembira hendak bertemu kekasihnya, maka hakikatnya ia sudah tidak lagi menjadi bagian dari kekasihnya. Pada akhirnya, semoga kita adalah hamba-hamba yang senantiasa merindukan kehadiran Allah SWT.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.