Kesombongan Memicu Toxic People

KhazanahKesombongan Memicu Toxic People

Setiap karunia Tuhan yang diberikan kepada hambanya adalah perkara yang harus disyukuri, bukan untuk disombongkan. Nyaris keluputan ini terjadi pada semua manusia. Hanya saja kesombongan seperti demikian dapat terkikis bagi mereka yang mau belajar rendah hati dengan cahaya ilmu dan akhlak. Tidak memandang remeh atau rendah manusia lain dan hanya dirinya yang layak ditinggikan. Sebab hakikat kesombongan atau takabbur bagian dari ketidaktahuan atau kebodohan.

Sebagaimana kisah yang terjadi di kota Taif, saat Nabi SAW mengajak penduduk Thaif untuk memeluk Islam akan tetapi mereka menolaknya dengan penuh cacian, keangkuhan dan sangat kasar, hingga badan suci beliau terlumuri darah. Sampai pada Malaikat Jibril marah dan hendak menimpakan azab, tetapi Nabi SAW menolaknya bahkan justru mendoakan mereka agar anak cucunya kelak masuk agama Islam, seraya mengatakan “Wahai Allah berikanlah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka tidak tahu”.

Dengan ini, setiap lemparan cacian, hujatan atau perlakukan tidak terhormat terhadap manusia lain merupakan cara kesombongan. Andaikata mereka dapat melihat kebenaran dengan nuraninya, niscaya perlakuan meremehkan orang lain tak hendak dilakukan. Sebab itu, menjadi kalimat penting dari doa Nabi SAW, bahwa hakikat keangkuhan bersumber dari tidak berpengetahuan pada permasalahan yang dihadapi. Enggan menyadari, menyangkal, menutupi kebenaran satu dengan hal lainnya.

Menurut Habib Ali Al-Jufri dalam buku Wahai Murid, Menuju Dunia yang Terhubung dengan Allah (2020), Ingatlah hati tidak tidak diciptakan menikmati dunia. Memang benar, makanan dinikmati oleh mulut Anda. Begitu pula minuman. Pemandangan yang indah dinikmati oleh mata. Walhasil, segala sesuatu yang dihalalkan Allah kepada Anda hanya boleh dinikmati nafsu dan anggota tubuh yang bersangkutan. Itu yang dimaksud dengan menikmati dunia. Namun, dalam semua urusan dunia hati tidak boleh bergantung kepadanya. Sadari cinta dunia biang segala kesalahan. Ajaklah hati untuk menyelesaikan masalah ini. Namun, untuk menyelesaikannya seseorang perlu meninggalkan masalah ini. Caranya kita harus berdiri di hadapan kemaksiatan-kemaksiatan dan berpikir bagaimana caranya membersihkan semua itu.

Baca Juga  Tak Ada Kontradiksi antara Al-Quran dan Pancasila

Tanpa kita sadari, tentu kita pernah dalam situasi yang menatap diri kita lebih baik ketimbang orang lain. Jika hal tersebut hanya baru terbesit dalam benak, maka masih bisa ditolerir. Namun, yang dikhawatirkan adalah ketika kesombongan sudah melekat dalam kepribadian diri, lantas keangkuhan ini terlampiaskan secara nyata. Penyakit tersebut sangat membahayakan. Dalam istilah psikologi situasi ini masuk dalam kualifikasi toxic people yang harus dijauhi. Yakni, hanya mau senangnya saja, tidak mau berempati atau bersimpati, suka mengontrol atau memanipulasi, tidak mau mengakui kesalahan atau meminta maaf, sering merendahkan atau meremehkan alias tidak apresiasi yang ditunjukkan dalam setiap perjuangan.

Akibatnya, orang yang tidak kuat mentalnya dan berada dalam lingkungan people toxic berdampak pada rasa tidak percaya pada diri sendiri, peragu, depresi, mudah dipermainkan oleh orang-orang seperti mereka. Kesehatan mental menjadi terganggu, bahkan tak ayal berefek pada ketidakprofesionalan dalam bekerja.

Seseorang boleh saja memilih untuk tetap berada lingkungan yang toxic, tapi untuk yang berada di lingkungan ini harus bermental kuat agar situasi menjadi terbalik, kita yang mengendalikan mereka bukan mereka yang mengendalikan. Untuk itu, untuk menyederhanakan cara pandang terhadap hakikat keangkuhan adalah seseorang sedang terjebak dalam kebodohan. Sebab bodoh, maka harus diberi tahu dengan cara yang baik. Kalau tidak mau tahu, tak apa biarkan saja dan berdoa agar ia mendapat petunjuk sebagaimana doa Nabi SAW. Berbuat baik tetap, tetapi tidak untuk didekati. Semoga kita semua dapat terhindar dari sifat sombong, sehingga dapat terselamatkan dari bencana kebodohan.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.