Buya Arrazy Hasyim: Inti Surat al-Kahfi adalah Tauhid dan Beramal Saleh

KhazanahHikmahBuya Arrazy Hasyim: Inti Surat al-Kahfi adalah Tauhid dan Beramal Saleh

Al-Kahfi adalah surat yang memiliki banyak keutamaan saat dibaca, terutama di hari Jumat. Surat yang terdiri dari 110 ayat tersebut memuat beragam kisah penuh hikmah. Di antaranya adalah cerita tentang para pemuda beriman Ashabul Kahfi, kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir, serta kisah Dzul Qarnain. Secara garis besar, kisah-kisah tersebut berbicara tentang keimanan dan tauhid. Lebih dari itu, masih banyak pelajaran yang dikandung oleh surat ke-18 ini.

Dari sekian banyak pelajaran dalam surat al-Kahfi, sejatinya inti dari surat tersebut terletak pada ayat terakhirnya. Demikian tutur Buya Arrazy dalam kajian kitab al-Hikam tempo hari. Ayat terakhir tersebut membahas tentang perintah bertauhid dan beramal saleh bagi yang mengharap pertemuan dengan Tuhannya. “Memang ada hadis yang secara spesifik menyebut keutamaan 10 ayat pertama surat al-Kahfi. Akan tetapi, inti utamanya terdapat pada ayat yang terakhir” jelas Buya.

Bunyi ayat tersebut yaitu:

قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahuyukan kepadaku, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa”. Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan dengan sesuatu apapun dalam beribadah kepada Tuhannya.

Dapat bertemu dengan Allah adalah karunia yang amat besar. Perjumpaan dengan Tuhan bisa dibilang merupakan harapan tertinggi setiap hamba. Dan mentauhidkan Allah serta melanggengkan amal saleh adalah prasyarat untuk mendapatkan karunia pertemuan dengan Tuhan.

Ayat tersebut melarang keras perbuatan syirik dalam beribadah. Allah sangat tak suka jika Dia disekutukan. Artinya, ibadah yang kita lakukan semata-mata harus ditujukan untuk Allah. Bukan demi hal selain-Nya, bukan pula agar dilihat atau dipuji orang. Ibadah yang dilakukan karena riya’ atau pamer adalah bentuk dari syirik tersembunyi, karena yang diharap dari ibadahnya adalah sanjungan orang. Perbuatan demikian biasanya dibarengi dengan perasaan sombong, dan selendang kesombongan tak layak dimiliki oleh seorang makhluk.

Baca Juga  Mush’ab bin Umair, Inspirasi Pemuda Berpendirian Kuat

Turunnya ayat itu pun dilatari oleh kisah seorang sahabat yang bertanya kepada Rasulullah, bahwa ia beramal banyak karena menginginkan pahala Allah. Akan tetapi ia juga senang ketika ibadahnya dilihat orang lain. Mendengar itu, Nabi tak menjawab apapun hingga kemudian turun firman Allah QS. Al-Kahfi [18]: 110 tersebut.

Imam Fakhruddin al-Razi dalam tafsirnya Mafatih al-Ghaib mengatakan, bagi yang mengharapkan pertemuan dengan Allah, maka sibukkanlah diri dengan amal saleh. Kemudian Buya menjelaskan, bahwa maksud dari amal saleh adalah berbuat kebajikan sesuai dengan kapasitas kita dan sesuai dengan situasi zaman. Dengan kata lain, melakukan kebaikan harus juga mempertimbangkan kemaslahatan umat. Jangan sampai niat baik atau perbuatan yang kita anggap baik justru merugikan pihak lain karena tak mempertimbangkan maslahat umum.

Beberapa kali al-Quran menyebutkan tentang balasan pahala serta peluang selamatnya seseorang apabila dia mengimani Allah serta berbuat kebajikan. Sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Baqarah [2]: 62, 112, dan an-Nisa [4]: 125. Akhir surat al-Kahfi tersebut pun kian menegaskan pentingnya seorang hamba untuk ikhlas beribadah karena Allah semata dan dorongan untuk giat beramal saleh. Hal ini menunjukkan, bahwa Islam tidak hanya menyoal hubungan seseorang dengan Tuhan saja, tapi juga menekankan aspek sosial kemanusiaan dengan berbuat baik pada seluruh makhluk sebagai jalan menuju Tuhan. Singkatnya, harapan berjumpa dengan Allah harus diupayakan dengan kebersihan tauhid, ibadah yang ikhlas untuk Allah, serta perbuatan baik pada semua makhluk. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.