Akhlak merupakan esensi dari ajaran Islam. Tanpanya, dunia ini hanya akan dipenuhi dengan persaingan yang tak berhati nurani. Di sisi lain, adanya akhlak menjadi amalan untuk menyenangkan hati manusia dan bersambung pada rahmat Allah SWT. Oleh karena itu, akhlak menjadi hal yang tak bisa terlewatkan ketika hendak melakukan atau mempertimbangkan segala sesuatu peran akhlak senantiasa diikutsertakan.
Untuk melihat kesempurnaan dalam Islam Allah SWT berfirman, sesungguhnya telah ada pada diri Rasul itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan ia banyak menyebut Allah (QS. Al-Ahzab: 21).Kemudian pada gilirannya Rasulullah SAW juga bersabda, sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sempurna (HR. Ahmad). Kedua sumber tersebut sangat kuat, bagaimana keduanya saling menguatkan peran Rasulullah SAW dan yang menjembataninya adalah akhlak.
Quraish Shihab menjelaskan, ada hal menarik dalam hadis tersebut, yang artinya bahwa akhlak yang diajarkan Nabi SAW itu lebih luhur, lebih sesuai, lebih mulia, lebih hebat daripada yang diajarkan Nabi-nabi sebelumnya. Misalnya, dalam ajaran agama Kristen disebutkan, siapa yang menampar pipi kirimu serahkan pipi kananmu. Hal tersebut menurutnya bukan akhlak yang sempurna, karena tidak sesuai dengan kemanusiaan. Kemudian Nabi SAW datang dan berkata, siapa yang menamparmu kamu boleh tampar, tetapi akan lebih baik kalau kamu maafkan.
Pada lain kisah, di kala Nabi-nabi terdahulu berdoa agar diberi pelajaran oleh Allah kepada umatnya yang tidak mau beriman atau meninggalkan umatnya di tengah-tengah kekafirannya, karena bagaimanapun para Nabi itu manusia. Namun, Nabi Muhammad SAW sebagai penyempurna akhlak tidak melakukan demikian.
Ketika Malaikat Jibril menawarkan kepada beliau agar penduduk Taif ditimpakan azab karena perlakuan mereka yang menyakiti Nabi SAW, hingga darah segar mengalir dari tubuh sucinya. Meski begitu, justru beliau menolak tawaran tersebut. Dengan harapan kelak keturunan penduduk Taif akan menyembah Allah dan beribadah pada-Nya. Syahdan, Nabi SAW berdoa, Ya Allah berikanlah petunjuk untuk kaumku, sesungguhnya mereka tidak tahu (HR. Bukhari). Ada banyak kisah lain yang menunjukkan betapa agungnya akhlak yang menghiasi diri Rasulullah, baik dalam kebijakan pada ranah personal maupun ranah sosial di dunia perpolitikan, keberagamaan, dan lainnya.
Demikian yang menjadi salah satu kesempurnaan akhlak Rasulullah SAW. Mengedepankan sifat kasih sayang lebih diprioritaskan, ketimbang membalas kemurkaan dengan kemurkaan. Kendati membalas keburukan dengan kebaikan atau tidak berbalik membalas keburukannya itu tidak mudah, tetapi patut diusahakan. Semoga kita bisa menghiasi diri dengan akhlak yang bisa menyenangkan dan bermanfaat bagi manusia.