Mari Kelola Keberagaman Muslim

KhazanahMari Kelola Keberagaman Muslim

Agama Islam memang satu, namun ekspresi keagamaannya Muslim memiliki warna dan bentuk yang dapat berbeda-beda. Hal demikian merupakan kekhasan Islam sebagai agama yang luas dan sangat manusiawi. Berbagai kelompok dan aliran terbentuk untuk memfasilitasi kenyamanan mereka dalam menyembah Tuhan dan mengikuti Nabi Muhammad SAW. Islam membuka kesempatan untuk memanfaatkan perbedaan, sebagai kekuatan konstruktif, bukan destruktif. Kita harus pandai mengelola keberagaman internal kaum Muslim. Khususnya, di negeri kita sendiri yang tidah hanya menjadi rumah sekian banyak kaum Muslim Sunni, namun juga sekelompok kecil Syiah dan Ahmadiyah.

Pada dasarnya di dalam Islam, ruang untuk menerima perbedaan itu sangat luas. Ketiadaan otoritas tertinggi ulama menyebabkan dogma ortodoks tunggal sulit terbentuk. Dengan demikian, kondisi alamiah Islam adalah keragaman. Aliran dan sekte-sekte dalam Islam telah ada sejak lama, bahkan di masa yang paling awal. Syiah, Khawarij, Murji’ah, Qadariyah, Jabariyah, Mu’tazilah, Asy’ariyah, dan Maturidiyah merupakan beberapa sekte yang lahir dari sejarah peradaban Islam.

Meskipun tidak luput dari pertentangan yang sengit, nyatanya, sikap penerimaan antar keyakinan dan praktik Islam yang hidup berdampingan, telah menjadi elemen penting yang menonjol dari peradaban Islam. Misalnya, banyak pejabat tinggi kekhalifahan Abbasiyah dulu adalah orang Syi’ah. Masyarakat Muslim zaman sekarang mungkin sulit mengingat ukhuwah itu. 

Dalam sejarah, kekuatan konstruktif dari perbedaan, telah membangkitkan kesadaran untuk menghasilkan vitalitas intelektual. Tradisi ulama mengajarkan, kita dapat mengambil apa yang bermanfaat dari orang lain dan meninggalkan yang tidak bermanfaat. Hal ini merupakan warisan penting yang terlupakan di dunia modern saat ini. Tidak setuju dengan pandangan lain itu sah-sah saja, tetapi tidak perlu sampai mendiskreditkan kebaikan yang datang dari orang atau kelompok yang menganut pandangan tersebut. Dengan kearifan inilah, pada dasarnya, seluruh bidang ilmu dan kebudayaan Islam mencapai perkembangan besar.

Baca Juga  Ibnu Athaillah: Karakteristik yang Pantas Disebut Sahabat

Dalam artikel ilmiah yang berjudul Difference of Opinion, Dr. Nazir Khan merangkum beberapa catatan sejarah bahwa perbedaan mazhab teologis tidak mebatasi seseorang untuk saling berkontribusi pada peradaban intelektual Islam. Imam al-Bukhari misalnya, meriwayatkan hadits dari ʿImran ibn Hithan yang merupakan salah satu pemimpin Khawarij. Ia juga meriwayatkan hadis dari ʿAbbad ibn Yaʿqub dan ʿUbaydullah ibn Musa dari kalangan Syiah, serta dari Abu Yaḥya al-Ḥimmani dari kalangan Murjiʾah.

Kalangan MuÊ¿tazilah juga membuat kontribusi penting dalam bidang Ushul Fiqh bagi kalangan Sunni. Di antaranya melalui  Qadi Ê¿Abd al-Jabbar, Abu al-Husain al-Bashri, serta Abu Bakr al-Jassash yang karyanya al-Fusul fi al-Ushul menjadi karya komprehensif pertama di bidang ushul al-fiqh  Mazhab Hanafi. Teolog MuÊ¿tazili Abu Ê¿Utsman al-Jaḥiẓ memberikan kontribusi besar dalam retorika bahasa Arab, zoologi, dan matematika.

Dengan demikian, penerimaan yang baik terhadap perbedaan, berkontribusi langsung pada kemajuan dan kekayaan intelektual Islam. Manfaat ini dapat kita raih dengan menerima kelompok Syiah dan Ahmadiyah sebagai bagian dari masyarakat Muslim negeri ini. 

Dalam konteks ini, saya lebih tertarik pada hubungan penerimaan, dibanding hubungan toleransi. Sebab, toleransi mengasumsikan supremasi salah satu pihak di atas pihak lain, dengan membiarkan pihak lain tetap eksis atas izinnya. Sedangkan, penerimaan berarti suatu sikap permanen, menyiratkan pengakuan dan ruang yang sah bagi kelompok agama serta doktrin lain.

Jadi, sudah selayaknya kita mengarahkan perhatian pada pentingnya mengelola keberagaman Muslim, dan menjaga tradisi kelonggaran dalam keragaman Umat Islam. Meningkatkan elastisitas alamiah umat Islam mampu mengikis masalah sosial yang seringkali dipicu oleh ketegangan sektarian. Saya percaya, bahwa keragaman dapat menjadi kekuatan konstruktif yang tidak terduga.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.