Syekh Yusri Rusydi: Mencintai Nabi Pintu Segala Kebaikan

BeritaSyekh Yusri Rusydi: Mencintai Nabi Pintu Segala Kebaikan

Cinta pada Nabi menyimpan berbagai keberkahan. Karenanya, banyak sekali teks agama yang menyeru agar kita mendedikasikan cinta pada beliau. Bahkan, mencintai Rasulullah lebih menjadi prioritas ketimbang cinta pada orang tua ataupun diri sendiri. Kekuatan cinta pada Nabi tersebut akan kian terasa ketika mendapat ujian, seperti kisah yang dituturkan seorang ulama Mesir, Syekh Yusri Rusydi.

Dalam penuturannya yang diunggah dalam kanal YouTube Sanad Media, Syekh Yusri bersaksi bahwa cinta pada Nabi dapat menghindarkannya dari keburukan. “Dalam hatimu, jadikan Nabi sebagai yang paling utama dan lebih tinggi dari apapun. Pertama, cinta pada Nabi itu yang akan menunjukkan pada segala kebaikan”, tutur ulama yang juga seorang dokter ini.

Ia mengisahkan bagaimana ketika kuliah, dirinya dihadapkan pada gelombang pemikiran dan aliran ekstrem-takfiri. Berbagai selebaran mendatanginya, mengajak untuk bergabung pada kelompok-kelompok keras tersebut. Dan yang melindunginya dari terjerumus pada gerakan semacam itu adalah karena cinta pada Nabi (hubbun Nabi). Ideologi takfiri tidak masuk dalam pemikirannya karena berkah hubbun Nabi. Sebab secara pengetahuan, Syekh Yusri masih nihil kala itu.

Dalam pengakuannya ia berkata, “Dulu aku tidak punya pengetahuan, tidak hafal al-Quran, juga belum masuk Al-Azhar. Tidak ada apapun. Semua perlindungan padaku, ketika aku membacanya (selebaran kelompok ekstrem) adalah karena aku cinta Nabi. Sebab aku belum punya ilmu untuk membantah”, pungkas Syekh Yusri.

Secara intelektual keagamaan, Syekh Yusri boleh dibilang masih minim kala itu. Ibarat kata ia hanya tahu perihal yang membatalkan wudhu, nama orang tua Nabi, kakek Nabi, dan informasi-informasi standar tentang beliau. Namun dalam kamus pemikirannya, Rasulullah ditanamkan sebagai makhluk terbaik, sempurna, mulia, penghulu segala kebaikan. Ia tak tahu apa-apa kecuali bahwa Nabi adalah jiwanya. Maka dari itu, ketika keyakinan ini yang menjadi pegangan, berkah cinta Nabi pun menjaganya dari segala hal.

Baca Juga  Tafsir Akomodatif, Innaddina ‘Indallah al-Islam

Cinta pada Nabi, ahlul baitnya, dan al-Quran adalah perahu penyelamat. Kecintaan ini harus ditanamkan dalam diri dan keturunan kita sejak dini. “Mencintai Nabi membuat kita terjaga, bahkan saat kita tidak punya ilmu. Sebab, berkah cinta pada Nabi mengantarkan seseorang pada naluri dan menjauhkannya dari iblis”, jelasnya. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.