Judul Buku : Ketawa Sehat Bareng Para Ahli Fikih
Penulis : Khaeron Sirin
Penerbit : Pustaka IIMan
Tahun Terbit : Cetakan I, September 2016
Tebal Buku : 368 halaman
Selama ini, para ahli fikih (hukum Islam) kerap dikesankan sebagai sosok yang kaku dan angker. Tak lain karena mereka berkecimpung di dunia hukum yang wataknya serius. Sebab itu, ahli fikih seolah tak bisa bercanda dan berjarak dengan tawa. Namun, faktanya tak selalu demikian. Dalam menghadapi masalah hukum, tidak jarang mereka bisa mengemasnya dengan humor yang sehat nan mencerdaskan. Bermodal sense of humor dan wawasan yang luas, persoalan fikih yang rumit dapat terurai secara menggelitik dan masuk akal.
Melalui buku ini, Khaeron Sirin mengajak kita untuk menengok sisi lain para ahli fikih yang ternyata bisa menyelipkan canda saat mengedukasi masyarakat. Selain terhibur, tiap yang mendengarnya pun dapat lebih mudah menangkap pesannya. Di samping itu, potret humor sehat dan berkelas dari para ahli fikih ini, ia tujukan untuk mendekonstruksi humor yang kini sering dikaitkan dengan hal berbau porno, diskriminatif, dan ketololan yang jauh dari mencerdaskan. Tanpa disadari, corak humor seperti itu ternormalisasi dan cenderung berdampak kontraproduktif bagi masyarakat.
Latar belakang keilmuan hukum Islam yang disandang Khaeron Sirin, ia artikulasikan menjadi sebuah karya bernuansa hukum yang asik dan berbeda. Buku ini sebenarnya berisi ajaran-ajaran serius terkait aspek akhlak, hukum, ibadah, serta kehidupan sosial. Mulai dari kisah kiai kampung, hakim, ulama, hingga riwayat hadis Nabi mengisi lembar demi lembar buku ini. Namun, penulis menyajikannya dengan bahasa yang rileks dan mudah dicerna. Judul-judul ceritanya kerap memantik rasa penasaran, sehingga kita terdorong untuk menuntaskan kisah yang tengah dibaca.
Terdapat setidaknya 372 cerita ringkas, memuat keteladanan-keteladanan hukum yang segar dan bijak. Dengan format demikian, maka kita bisa membaca buku ini secara acak tanpa khawatir mengurangi substansi atau alur menjadi rancu. Buku ini adalah bukti sekaligus contoh bahwa ajaran atau hukum Islam bisa disampaikan secara hangat. Jauh dari kesan mengancam dan membebani umat, sebagaimana yang dilakukan sejumlah pendakwah saat ini.
Saya ketengahkan satu kisah yang berjudul “Tangan Aisyah Tidak Sedang Menstruasi”. Dalam riwayat tersebut, suatu ketika Nabi meminta Aisyah untuk mengambilkan sajadah. Kemudian Aisyah menjawab bahwa dirinya sedang haid. Mendengar jawaban itu Rasulullah pun tersenyum dan mencandai istrinya dengan menimpali balik, “Tapi tanganmu nggak menstruasi, kan?” Aisyah pun tersipu malu mendengarnya sembari mengiyakan ucapan Nabi dalam hati, bahwa tangannya tidak sedang menstruasi.
Dari cerita ini, terlihat bagaimana Rasulullah SAW mengatasi persoalan hukum dengan penuh canda tanpa menghilangkan substansi. Dalam situasi itu, Aisyah mengira bahwa tangannya juga najis karena ia sedang menstruasi. Namun riwayat ini menegaskan, bahwa badan perempuan haid tidaklah najis, sehingga apapun yang disentuhnya juga tidak akan menjadi najis.
Pada kisah tertentu, terkadang saya perlu lebih dari satu kali membacanya. Namun demikian, apa yang saya harus ulang tersebut, belum tentu demikian bagi pembaca lain. Maka dari itu, ketimbang menganggapnya sebagai kekurangan, saya rasa ini adalah tantangan bagi pembaca untuk sesekali mengasah kejelian menangkap pelajaran yang tersirat.
Dengan muatan keislaman yang tak terkesan berat dan terlalu ilmiah, saya rasa buku ini cocok untuk karakter pembaca hari ini yang umumnya cenderung memilih bacaan ringan nan asik. Siapapun bisa menikmati karya ini. Satu dua menit membaca, kita akan tersenyum dan menganggukkan kepala. Pertanda ada pelajaran dan pencerahan yang didapatkan. Kumpulan kisah menarik berisi penyelesaian masalah yang jitu dari para pakar hukum yang diramu dalam buku ini, juga cocok menjadi referensi bagi pendakwah atau siapapun yang terjun di masyarakat.
Ringkasnya, Khaeron Sirin mencoba mengajak kita untuk lebih mengakrabi para ulama fikih, dengan mengenal sisi lain mereka yang humanis dan memiliki selera humor memadai. Dengan demikian, proses penyampaian suatu ajaran pun akan terasa lebih luwes, tidak tegang dan membosankan. Selain itu, teladan humor ulama yang sehat serta cerdas ini diharapkan dapat menggeser cara bercanda masyarakat yang diskriminatif dan menyakitkan. Terakhir, melalui buku ini penulis berupaya memberikan wawasan keislaman yang menghibur serta mencerahkan. Wallahu a’lam. []