Buya Arrazy Hasyim: Bagaimana Manusia Mati Saat Hidup

BeritaBuya Arrazy Hasyim: Bagaimana Manusia Mati Saat Hidup

Bagi kebanyakan orang, mati adalah hal yang menakutkan. Kematian menjadi semacam situasi asing yang selalu berusaha disangkal atau dihindari pembahasannya. Lain halnya dengan para ulama tasawuf yang justru menaruh perhatian pada hal itu. Memahami kematian menjadi pengingat agar kita tidak terdikte oleh kenikmatan dunia yang sementara. Para ulama tasawuf kerap memberikan nasihat agar kita selalu ingat terhadap kematian. Bahkan, salah satu jargon petuah yang sering mereka kemukakan adalah “Matilah Engkau Sebelum Mati”.

Jika “mati” di sini hanya ditelaah dengan terminologi medis, ungkapan tersebut tentu membingungkan. Melalui kajian kitab ‘Awarifu al-Ma’arif dalam kanal Youtube Ribath Nouraniyah, Buya Arrazy memberikan penjelasan atas kalimat tersebut. “Matilah sebelum mati adalah riwayat dari Sayyidina Umar, kualitasnya hasan dan boleh dipakai. Namun, jangan katakan ini sebagai hadis Nabi. Walapun, sebenarnya kalam itu dari sir-nya (rahasianya) Nabi SAW”, tutur Buya di awal penjelasannya.

Buya yang mendalami tasawuf ini melanjutkan, bahwa mati yang dimaksud adalah ketika seseorang sadar bahwa dia punya kehidupan lain. Ia sadar ada kehidupan selanjutnya setelah kehidupan dunia. Jadi, saat kita belajar, mau mengakui, dan tidak menolak ada sisi lain dari diri kita, hal tersebut adalah proses dari mati sebelum kematian sesungguhnya. Dengan ini, secara keilmuan kita sudah memiliki kesadaran kalau ada kehidupan lain yang akan kita hadapi.

Kita diperintah untuk mati dari hawa nafsu, dari tabiat buruk, dari pengharapan pada selain Allah. Mematikan jiwa dari hal-hal tersebut akan membuat kita sadar atas fananya kehidupan dunia sekaligus bersiap untuk menghadapi kematian hakiki. Mengenal dan menyadari pentingnya kehidupan akhirat, akan menyurutkan (mematikan) rasa gandrung pada dunia.

Baca Juga  Kang Jalal Sang Pakar Komunikasi Kebebasan

“Beberapa orang yang berzikir bisa merasa lebur dan hilang dalam zikirnya, masuk dalam kondisi trans”, sambung Buya memberikan gambaran. Mereka putus hubungan dengan sekelilingnya dan hanya fokus pada Allah. Seolah mati, tapi pezikir itu masih hidup. Mereka telah mati sebelum mati.

Sederhananya, mati dalam ungkapan tadi adalah perintah agar kita dominan merawat dan memperhatikan sisi rohani, lalu sisi zahir pun akan terlindungi oleh sisi batin tadi. Demikianlah bagaimana mati sebelum mati. “Dengan jargon itu, para ulama ahlullah mengenalkan dan mengantarkan kita pada Allah”, tutup Buya. Wallahu a’lam.[]

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.