Buya Arrazy Hasyim: Lima Ciri Orang yang Tersadar Hatinya

BeritaBuya Arrazy Hasyim: Lima Ciri Orang yang Tersadar Hatinya

Manusia adalah makhluk yang tidak tetap. Di mana kondisi hatinya selalu berubah-ubah. Ada kalanya kita lalai hingga bolak-balik berurusan dengan dosa. Namun pada waktu tertentu, manusia pun dapat menyadari kesalahannya lalu bertobat. Kesadaran ini penting untuk menjaga seseorang melaju pada konsep dan peta jalan kebaikan yang ditunjukkan Tuhan. Kesadaran merupakan kunci untuk menjalani hidup yang berarti.

Mesti ada gerak diri dan upaya untuk mendapatkan kesadaran. Karena prinsip dasar dari sadar itu mengetahui dan merasa, maka belajar adalah langkah pokok untuk membangun kesadaran. Dikatakan bahwa, siapa yang sering memerhatikan gejala-gejala alam atau gejala-gejala diri, dia akan sadar. Artinya, proses menelaah segala bentuk ayat Allah di muka bumi ini akan menghasilkan pemahaman dan kesadaran diri.

Menukil dari uraian Abu Yazid, Buya Arrazy Hasyim menjelaskan dalam ceramahnya, bahwa “Ciri-ciri orang yang sadar itu ada lima. Pertama, jika dia ingat tentang keadaan dirinya yang kotor, dirinya yang rusak, ia merasa memerlukan bantuan Allah. Kedua, kalau ingat akan dosanya dia beristighfar. Kalau ia sadar dosa tapi kemudian putus asa, maka sejatinya ia belum sadar. Ketiga, apabila ingat dunia ia mengambil i’tibar (pelajaran). Keempat, jika ingat akhirat dia merasa gembira. Kelima, jika dia ingat Allah, maka merindinglah sekujur tubuhnya karena di dalamnya bergetar. Sebagaimana penggalan ayat Apabila disebut nama Allah gemetar hatinya.” Ciri kelima menandakan kesadaran yang paripurna. “Ketika unsur ini didapat, selesai sudah ciri-ciri sebelumnya”, imbuh Buya.

Sadar itu awal dari mendapat kebaikan. Karena seorang yang sadar ia dianugerahi Allah kemampuan untuk mulai memahami arah. Ketika kesadaran datang, ada usaha untuk bangun, lalu mencari jalan kebenaran. Kenapa ia mencoba menemukan jalan yang benar, karena ia tersadar sedang meniti jalur yang salah. Di momen inilah kemudian dirinya bertobat kepada Allah. Pendek kata, sadar adalah mukadimah dari tobat, dan dalam sadar itu ada usaha.

Baca Juga  Menghidupkan Spirit Ekologis Gus Dur

Dikatakan bahwa ahwal (kondisi jiwa) terbaik adalah sadar dan mengambil pelajaran. Kalaupun seorang yang telah sadar kemudian terjerumus dosa lagi, ia bisa kembali sadar, tobat, dan mengambil pelajaran dari kesalahannya. Demikian seterusnya, walaupun terjatuh seribu kali, potensi sadar dan pintu ampunan selalu ada. “Ini bukan berarti menyuruh bermaksiat, tapi membangun harapan kepada Allah sebab, tak ada jaminan esok hari kita tak bermaksiat”, lanjut Buya.

Sadar adalah teringat akan jalan (yang semestinya ditapaki) setelah diperlihatkan jalan kebaikan atau keselamatan. Kita seakan sedang memanggil kembali memori kebaikan yang sebelumnya tertutup. Hakikatnya, seseorang yang sadar adalah orang yang hatinya mendapat percikan cahaya dari Allah ta’ala. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.