Pancasila Ngga Lumpuh Guys!

KolomPancasila Ngga Lumpuh Guys!

Ingin hidup dengan sejahtera dan aman, dengan Ketuhanan yang luas dan sempurna (Bung Karno).

1 Juni 2021 adalah hari yang bahagia dan ceria bagi warga bangsa, peringatan hari lahir Pancasila. Pancasila sebagai working ideology mesti diamalkan dalam keseharian kita semua, baik hubungan persahabatan, beragama, maupun berbangsa. Bahkan dalam pergaulan antar bangsa bangsa di dunia.

You ingat kan? Pidato Bung Karno dalam Sidang Umum PBB di New York thn 1960. Betrand Russel, filsuf besar Inggris pernah memuji Bung Karno sebagai great thinker in the East. Mengapa? Katanya, Bung Karno mampu memberikan pilihan ketiga antara ideologi Kapitalis Barat dan Ideologi Komunis. Memang top dan keren Bung Karno dan para perumus dasar negara kita.

Sekali lagi, Bung Karno, Bung Hatta, Kiai Wahid Hasyim dan perumus Pancasila memang top dan keren. Apa jadinya bangsa yang pusparagam budaya, suku, agama dan lainnya tak berdasarkan Pancasila. Sebuah titik temu, sebuah konsensus dan kesepakatan semua anak Bangsa yang pernah berjuang dan bergerak melahirkan bayi Republik Bernama Indonesia.

Tantangan saat ini memang ngeri sebagaimana tulisan Buya Syafi’i Maarif berjudul Lumpuhnya Pancasila. Nangis bacanya bro. Kemudian, ancaman serbuan ideologi Khilafah, serbuan kebudayaan asing, serbuan hoax di medsos dan lumpuhnya jiwa raga elit politik dari kenyataan rakyat sehari-hari. Korupsi yang menjadi-jadi. Itulah krisis kebangsaan, krisis zaman modern kita, the crisis of our modern time.

Saat ini, bangsa tercinta menjalani pelbagai masalah yaitu kobaran api kebencian, pembelahan sosial, pertikaian yang tak kunjung selesai. Hikmah sejarah para pendiri bangsa memberikan pelajaran untuk kita hendaknya tetap bertahan dengan kepala dingin dalam memberesi krisis kebangsaan. Jika mata dibayar dengan mata, dunia yang kita tinggali akan mengalami kegelapan.

Dalam gejolak kebangsaan, yang dibutuhkan bukan mengeraskan ucapan kita, melainkan meninggikan kemuliaan kata-kata. Sebagaimana pitutur sang sufi Jalaluddin Rumi, hujanlah yang menumbuhkan bunga-bunga, bukan gemuruh petir.

Tentunya, Bangsa ini jangan sampai sempal dan terbakar seperti negara negara di jazirah Arabia. Perkembangan bangsa ini tidak bisa bergerak mundur, evolusi regresif.

Dalam Peringatan hari lahir Pancasila, waktunya sudah tiba melakukan amaliyah nyata dalam keseharian, untuk orang terdekat, tercinta, tetangga dan lainnya. Jarak radius yang ngga terlalu jauh. Berdo’a kepada sesama anak Bangsa yang sedang sakit semoga disembuhkan, dimudahkan kesulitannya, sehat wal afiat bagi semua warga negara dari Sabang sampai Merauke. Mantap Bang Jago!

Alhamdulillah, kita hidup berbangsa memegang sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa dan diakhiri Khairunnas Anfa’ahum Linnas, sila kelima Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila sangat sesuai dengan ajaran Islam dan nilai universal agama-agama lainnya di bumi Nusantara.”Pancasila bukan hanya sejalan dengan ajaran Islam, melainkan justru dipandang sebagai esensi nilai-nilai ajaran Islam. Nilai-nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, prinsip musyawarah dan keadilan sosial adalah intisari ajaran Islam,” ucap Syekh Ahmad Thayyeb, Grand Syekh Al-Azhar, Mesir.

Baca Juga  Bolehkah Berkurban Secara Online?

Sebuah negara seperti Indonesia tidak hanya membutuhkan perubahan struktur kebangsaan, tetapi juga memerlukan transformasi spiritual yang jadi bintang penuntun warga bangsa dalam meniti hari demi hari. Sifat kebaikan, toleransi, cinta sesama, dan welas asih adalah ajaran agama yang harus diamalkan. Dalam transformasi ini, seperti disampaikan Karen Armstrong dalam The Great Transformation (2006), urusan agama atau Ketuhanan tidak berhenti pada apa yang kita percayai guys, tetapi terutama pada apa yang kita perbuat dalam kehidupan masyarakat.

Ketuhanan atau spiritualitas adalah basis nilai kemajuan sebuah bangsa. Arnold Toynbee, sejarawan kondang Inggris dalam A Study of History, pernah melakukan riset terhadap faktor kebangkitan dan kejatuhan sekitar dua puluh peradaban dunia. Jatuhnya peradaban disebabkan karena proses melemahnya semangat spiritualitas atau beragama peradaban tersebut. Riset Toynbee memberikan keterangan bahwa ada hubungan erat antara nilai spiritualitas keagamaan dan kemajuan bangsa serta peradaban.

Samuel Hungtington dalam Who Are We?, memaparkan hal yang sama dan menarik perihal keberlanjutan Amerika Serikat sebagai negara adikuasa, dibandingkan Rusia. Katanya,” di AS, agama telah dan masih merupakan sesuatu yang sentral, dan barangkali identitas yang paling sentral bagi Amerika. Serta geografi peradaban yang mampu bertahan adalah geografi yang berbasis Ketuhanan.

Berdasarkan hal di atas, Pancasila sebagai panduan etis yang berasal dari nilai-nilai agama wajib kita amalkan dalam tindakan nyata. Konsekuensi logisnya, semua pengamal Pancasila layak mendapatkan label religious man yakni manusia yang disayang Tuhan dan manusia. Ngeri dan keren!

Akhirul Kalam
Ala kulli hal, pointnya adalah kesadaran dan kehendak kuat utk pembumian Pancasila dalam hidup sehari-hari baik di kota dan langit desa-desa. Pancasila bukan hanya sebagai retorika intelektualisme, wacana hampa dan webinar yang melangit. Sesuatu yang ngga bisa dijangkau oleh tukang becak, penjual soto, petani, nelayan dan lainnya. Percaya dech, Pancasila ngga akan lumpuh, jika semua sila-sila diamalkan oleh penyelenggara negara khususnya dan kita semua. Kecuali yang mendustakan Pancasila di hatinya.

Kita harus sadar bahwa dasar negara kita adalah Pancasila, yang berketuhanan, bukan atheis dan sekuler. Kelima sila Pancasila sudah tercakup dalam tugas hidup kita yakni sebagai Khalifatullah di muka bumi. Bukan sebagai Khalifah Iblis. Yang parah, semoga bukan sebagai perampok di jalan Tuhan.

Dengan demikian guys, Pancasila menjadi inspirasi bagi amaliyah agama di ruang publik, di mana setiap umat beragama membumikan ajaran agamanya demi kejayan bangsa di masa kini dan masa depan.

Dengan pembumian Pancasila, bangsa ini ngga akan pernah lumpuh kok! Keunggulan Pancasila teruji saat setiap sila-silanya bisa dibumikan dalam kenyataan. Marilah kita rayakan peringatan hari lahir Pancasila dengan secangkir kopi bersama yang tercinta dan tersayang. Mensyukuri nikmat-nikmat Tuhan. Asyik!
“Hirup teh sing cageur bageur bari mayeng eling ka Gusti Nu Maha Suci”.

Salam ngopi, sehat wal afiat bagi semua anak bangsa.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.