Puasa itu Sehat

KolomPuasa itu Sehat

Puasa Ramadhan kali ini, sudah beranjak pada hari ketiga. Tentunya, di hari ketiga banyak sekali cobaan yang menghampiri kita, khususnya terhadap hawa nafsu, baik itu nafsu batin maupun raga. Cobaannya beragam, seperti di siang terik kita merasakan haus dan lapar. Namun, demikianlah hakikat puasa, bahwa setiap orang yang beriman diwajibkan untuk berpuasa semata-mata hanya untuk bertakwa pada Allah. Di samping atas nama ketakwaan, banyak yang tidak diketahui oleh kita, jika puasa juga merupakan infrastruktur menuju sehat.

Puasa diartikan sebagai ibadah menahan diri atau berpantang makan, minum, dan segala hal yang membatalkannya, dimulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Dalam Islam, dikenal dua jenis puasa, yaitu puasa wajib (puasa Ramadhan) dan puasa sunnah. Dan tentu, puasa dalam maksud ini adalah puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan merupakan ibadah wajib bagi seluruh pemeluk agama Islam, akil baligh, dan sehat. Pengalaman berpuasa, mengajarkan setiap Muslim tentang kedisiplinan, pengendalian diri, dan mendidik kepedulian pada mereka yang tidak mampu.

Sejatinya, puasa tidak dimaksudkan untuk menyulitkan dan mencelakakan individu muslim. Secara tegas, dalam al-Quran dijelaskan bahwa berpuasa tidak diwajibkan pada anak-anak, perempuan dalam masa menstruasi, orang sakit, orang yang dalam perjalanan, perempuan hamil dan menyusui. Meskipun wajib, puasa memiliki rukhsah (keringanan), yakni dapat dibatalkan misalnya pada kondisi-kondisi yang dapat membahayakan keselamatan jiwa atau kesehatan jika puasa diteruskan.

Puasa Ramadhan sebulan penuh merupakan kewajiban bagi seluruh Muslim dewasa dan sehat. Banyak penelitian di seluruh dunia mengkaji hubungan puasa Ramadhan dengan implikasi kesehatan. Di Indonesia belum banyak penelitian yang mengkaji puasa Ramadhan dan aspek-aspek medis terkait. Dokter dan tenaga kesehatan yang bertugas di negara-negara muslim diharapkan lebih dapat mengenali perubahan-perubahan fi siologis selama Ramadhan dan pengaruh puasa Ramadhan pada beberapa penyakit yang kerap dijumpai dalam praktik sehari-hari.

Menarik sekali, karena akhir-akhir ini banyak sekali penelitian-penelitian berbasis ilmu pengetahuan menjelaskan bahwa  ibadah puasa memiliki manfaat yang sangat besar dalam kesehatan. Salah satunya adalah meningkatkankan daya tahan tubuh atau sitem imun. Artinya, Allah SWT tidak akan mewajibkan sesuatu perkara kecuali ada manfaat yang besar.

Baca Juga  Istiqlal dan Katedral, Simbol Kerukunan Umat Beragama

Uniknya, fakta ilmu pengetahuan tentang manfaat puasa terhadap kesehatan juga sudah dikonfirmasi oleh al-Quran dan Hadis jauh-jauh hari. Seperti dalam kitab Syarah al-Yaqut al-Nafis fi Mazhab Ibn Idris karya Syekh al-Habib Muhammad bin Ahmad al-Syathiri diterangkan, bahwa faedah puasa adalah ia memberikan kesehatan kepada pelaksananya, karena puasa berpengaruh besar terhadap pencernaan makanan. “Dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 5).

Selama 12 bulan manusia selalu menikmati bermacam hal yang bersifat syahwat, mengisi dan memenuhi perutnya dengan berbagai macam makanan dan minuman. Dan tatkala seseorang berpuasa, berarti ia sedang mengistirahatkan fungsi atau peran dalam tubuhnya untuk sementara waktu seperti pencernaan dan semacamnya.

Hal ini tentu berguna bagi kesehatan secara umumnya. Hal tersebut senada dengan hadits Nabi Muhammad SAW, “tiadalah wadah yang dipenuhi oleh manusia lebih buruk melebihi perutnya, cukup bagi manusia beberapa suapan yang menegakkan tulang punggungnya, bila tidak bisa maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga untuk nafasnya.” (HR. Tirmidzi).

Sekali lagi, puasa ternyata memang dapat berdampak bagi kesehatan fisik kita. Merujuk pendapat Alexis Karl, seorang doktor ahli bedah dan psikiater asal Amerika, bahwa “puasa memiliki dampak yang jauh lebih berfaedah daripada kelemahan fisik, yaitu menormalkan denyut jantung, membakar lemak yang ada di bawah kulit, memfungsikan cadangan protein, mengurangi intensitas kerja hati, dan melestarikan keseimbangan organ-organ dalam dan kesehatan jantung.”

Akhirnya, dengan mengetahui hikmah kesehatan fisik dari berpuasa di atas, sudah seharusnya kita dapat menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan dengan penuh keikhlasan. Hanya dengan keikhlasan yang tinggi, seluruh amalan kita di bulan Ramadan (juga kehidupan kita) dapat diterima oleh-Nya. Karena itu, sia-sialah jika kita berpuasa hanya merasakan lapar dan dahaga semata. Apalagi, jika itu semata-mata dianggap sekadar menggugurkan kewajiban belaka. Sebab, puasa itu menyehatkan, bukan menyakitkan.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.