Zuhairi Misrawi dari NU untuk Arab Saudi

BeritaZuhairi Misrawi dari NU untuk Arab Saudi

Intelektual muda NU, Zuhairi Misrawi dikabarkan akan dilantik menjadi Duta Besar Arab Saudi. Ini kabar baik bagi kita semua. Mengingat konsistensi Zuhairi Misrawi sebagai analis, pemikir, dan politik di Timur-Tengah merupakan pertimbangan tepat atas kelayakannya menjadi Duta Besar yang secara luas mengetahui seluk-beluk yang terjadi di Arab Saudi. Selain itu, representasinya sebagai kader NU tentu menjadi jembatan harmonisasi NU dengan Arab Saudi dalam mengenalkan Islam yang moderat.

Bagi warga Nahdliyin, nama Zuhairi Misrawi atau yang akrab disapa Gus Mis tentu tidak asing didengar, karena kiprahnya sebagai aktivis NU sudah tidak diragukan lagi. Sejak di Mesir, ia aktif di Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) yang kemudian bermetamorfosa menjadi Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU-Mesir). Setelah pulang dari kuliahnya di Mesir pada tahun 2000, Gus Mis langsung aktif di Lembaga Kajian dan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) sebagai Koordinator Kajian dan Penelitian, lantas menjadi redaktur dan penulis tetap Jurnal pemikiran Tashwirul Afkar. Ia menulis di jurnal prestisius itu sejak usia 22 tahun.

Gus Mis yang dikenal kritis dan tajam dalam pemikirannya kerap merespons keras Islam radikal yang dinilai mengancam persatuan bangsa Indonesia. Jiwa kemanusiaannya pun senantiasa terpanggil untuk menolong kelompok minoritas dari ketertindasan dan memerjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM), sebagaimana salah satu tokoh yang menginspirasinya Gus Dur yang membela kaum pinggiran, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, Bung Karno, dan sebagainya dalam moderasi beragama, keumatan dan kebangsaan.

Konon, diketahui dalam jangka lama Arab Saudi yang sinis dengan NU. Sebab NU yang memang dibangun untuk Islam Wasathi dan menangkal paham konservatif, sementara Kerajaan Arab Saudi sendiri kental dengan Wahabisme. Keduanya jelas memiliki paham yang cukup bertolak belakang. Namun, situasi ini tampaknya sudah tidak lagi berlaku, karena Arab Saudi kini mengakui keberadaan NU. Pada November 2017, setelah Muhammad bin Salman (MbS) naik tahta, ia mendeklarasikan akan kembali pada kondisi sebelumnya, yakni negara Islam moderat yang egaliter untuk semua agama dan dunia (24/10/2017).

Kiranya pernyataan MbS ini cukup serius. Pasalnya, pemerintah Kerajaan Arab Saudi memerintah Dubes Arab Saudi untuk Indonesia Esam. A Abid Althagafi mengunjungi pimpinan PBNU, KH. Said Aqil Siradj untuk berdialog menegaskan komitmen Kerajaan Arab Saudi yang ingin mengembangkan Islam moderat (2/7/2019). Hal tersebut membuktikan, Gus Mis sebagai intelektual representasi NU, tentu dengan senang hati akan membantu Arab Saudi mewujudkan impiannya menjadi negara Islam moderat.

Mengenalkan Islam moderat bagi Gus Mis bukan sesuatu yang sulit. khazanah keislaman Gus Mis tentang Islam moderat sangat mumpuni. Dalam salah satu karyanya, ia melahirkan buku yang berjudul Pandangan Muslim Moderat: Toleransi, Terorisme, dan Oase Perdamaian (2010). Di antara beberapa karyanya yang lain juga memang konsen mengarah pada pengembangan moderasi Islam.

Baca Juga  Terorisme Keluarga, PR Kita Bersama

Menurut Gus Mis, seperti yang dikatakan dalam bukunya, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari (2010), Muslim Indonesia harus diakui mempunyai keunikan tersendiri. Para pendiri bangsa (founding fathers) bisa mengawinkan antara keislaman dan kemodernan, keislaman dan kebangsaan, keislaman dan demokrasi. Di tengah terseok-seoknya dunia Islam memersandingkan dengan demokrasi, Indonesia dengan keragamannya mampu menoreh prestasi penting, yakni transformasi keislaman menuju kebangsaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, Gus Mis sebagai analis pemikir dan politik Timur-Tengah memahami betul yang menjadi problem keambiguan dunia Islam untuk melakukan perubahan dalam rangka meneguhkan kemodernan. Hal ini nampaknya, bersinggungan erat dengan Timur-Tengah yang mayoritas diduduki umat Islam, termasuk Arab Saudi.

Tak ayal, jika banyak tokoh Islam, seperti KH. Said Aqil Siradj, Buya Syafii Maarif, Haedar Nashir, dan lainnya mendukung Gus Mis menjadi Duta Besar untuk Arab Saudi dengan asa perubahan, karena ia terbiasa bersinggung dengan gagasan besar keislaman dalam ranah sejarah, politik, akidah, dan sebagainya.

Salah satu momentum penting hubungan Arab Saudi dengan ulama Indonesia, yakni pada 31 Januari 1926 dibentuknya Komite Hijaz yang menjadi cikal bakal lahirnya NU mengajukan permohonan untuk bertemu secara formal kepada Raja Saud yang hendak membongkar makam Rasulullah SAW dan tempat bersejarah lainnya. Komite Hijaz mengirimkan delegasinya, hingga terjadi beberapa kesepakatan. Lantaran kegigihan para kiai yang tergabung dalam Komite Hijaz,  alhasil aspirasi yang disampaikan ulama berhaluan Ahlussunnah wal jam’ah diterima Raja Saud. Keberadaan NU dengan Arab Saudi sudah lama terhubung, jauh sebelum Indonesia menjadi negara yang berdaulat.  

Oleh karena itu, kehadiran intelektual muda NU, yaitu Gus Mis di Arab Saudi menjadi gayung bersambut untuk kembali berkolaborasi dalam memberikan pandangan keagamaan yang moderat. Secara independen Gus Mis akan mentransformasikan NU terlihat kian besar di mata negara penguasa kilang minyak, meski tak luput nama negara turut berada di pundaknya.

Kendati demikian, NU bukan organisasi yang silau dengan popularitas, melainkan upaya menyebarkan gagasan Islam rahmatan lil ‘alamin dan adagium fenomenalnya, yaitu hubbul wathan minal iman, mencintai Tanah Air adalah bagian dari imanKiranya prinsip cinta Tanah Air tersebut dapat menjadi inspirasi kancah global, khususnya umat Islam agar masing-masing bangsa dapat mencintai negaranya dengan semangat keimanan.

Mengharumkan NU sama halnya mengharumkan nama Indonesia. Ini realita yang tak bisa dipungkiri jika loyalitas NU terhadap negaranya begitu tinggi. Untuk itu, dilantiknya Zuhairi Misrawi menjadi harapan besar, bukan hanya bagi warga Nahdliyin, bangsa Indonesia, tetapi pengaruh positifnya akan berdampak juga bagi Arab Saudi. Semoga dengan tersemainya Islam yang moderat di pelosok negeri, seluruh umat manusia bisa ikut merasakan sentuhan agama Islam rahmatan lil ‘alamin.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.