Warisan Kebaikan KH Jalaluddin Rakhmat

KolomWarisan Kebaikan KH Jalaluddin Rakhmat

Meskipun KH Jalaluddin Rakhmat telah berpulang, tetapi karya-karyanya masih terus hidup sampai sekarang. Sejumlah pandangan yang dituturkannya tak lain ditujukan demi perkembangan ilmu pengetahuan di masa mendatang. Bahkan, menyelamatkan umat dari kejumudan yang tidak berkesudahan. Pemikirannya sebagai jalan keluar dari masalah kemanusiaan Tanah Air merupakan salah satu dari sekian banyak kebaikan yang diwarisinya.

Pertama, terkait solidaritas sosial yang seharusnya digalakkan sedini mungkin. Dalam bukunya, Islam Aktual, Kiai Jalal menyampaikan, membantu yang lemah sebenarnya memperkuat yang kuat. Hal itu disebut solidaritas. Bantuan yang kita berikan yang sebetulnya bukan anugerah, melainkan harga yang harus kita bayar untuk kerja sama yang saling menguntungkan.

Hal tersebut sejalan dengan perkataan Nabi Muhammad SAW dalam sebuah riwayat, serahkan sedekahmu sebelum datang suatu masa ketika engkau berkeliling menawarkan sedekahmu. Orang-orang miskin akan menolaknya seraya berkata, “hari ini kami tidak perlu bantuanmu, yang kami perlukan darahmu.”

Penolakan bantuan dari orang-orang yang lemah merupakan bumerang bagi orang-orang kuat. Penolakan tersebut bersumber dari kebiasaan buruk orang-orang yang kuat, abai terhadap penderitaan orang-orang lemah. Bahkan, penolakan tersebut menjelma menjadi pemberontakan dan pertumpahan darah.

Kemudian, Kiai Jalal menggambarkan, Ibadah qurban merupakan praktik konsep solidaritas yang dimaksud. Dalam ibadah tersebut, orang-orang yang kaya bersedia memakan daging yang sama dengan fakir miskin. Solidaritas berpangkal dari persepsi, bahwa membantu yang lemaah sebenarnya memperkuat diri kita sendiri.

Solidaritas yang menjadi kunci pemecahan masalah sosial masyarakat dituturkannya melalui tulisan. Warisan kebaikan yang amat sangat bermanfaat bagi generasi selanjutnya. Islam sebagai agama yang ramah, bukan marah. Merangkul, bukan memukul. Atau dikenal juga dengan Islam madzhab cinta, kuat terasa.

Baca Juga  Kiai Husein Muhammad: Hijrah Bukan Ganti Busana

Selanjutnya, Kiai Jalal menuturkan jasa-jasa orang miskin. Antara lain terdapat enam fungsi kemiskinan, salah satunya menyediakan pekerjaan-pekerjaan kotor, tidak terhormat, berat, berbahaya, tetapi dibayar murah. Tanpa jasa mereka, banyak sampah yang bertumpuk, bangkai yang terbengkalai, dan mayat-mayat yang tidak dikuburkan.

Di luar ekspektasi masyarakat, Kiai Jalal melakukan analisis fungsional demi menghayati sabda Nabi SAW yang berbunyi, kalian diberi rejeki dan ditolong oleh orang-orang kecil di antara kalian. Hadis ini mengingatkan, bahwa fasilitas, kenyamanan, dan kesenangan yang kita nikmati, tak luput dari peran orang-orang miskin.

Maka dari itu, kita diberi pesan untuk selalu mengingat orang Miskin sebab pekerjaan-pekerjaannya yang begitu berjasa. Mereka selalu menolong kita untuk terus merasakan kenikmatan, maka tolonglah juga mereka dalam meringankan beban hidupnya.

Apa yang disampaikan Kiai Jalal dalam karya-karyanya tepat mengenai jantung permasalahan. Disampaikan secara sederhana dan mudah dimengerti demi kebaikan kita bersama. Warisan yang lekang oleh waktu. Lebih berharga dari materi apapun yang sekadar singgah dalam genggaman.

Dengan demikian, mari kita lestarikan kebaikan demi kebaikan yang diwarisi KH Jalaluddin rakhmat melalui karya-karyanya. Menyampaikan kepada umat, bahwa umat Islam mampu menangani pelbagai permasalahan, khususnya tentang kemanusiaan di Tanah Air tercinta.[]

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.