Khilafah Bukan Solusi Bencana

KolomKhilafah Bukan Solusi Bencana

Seperti biasa, meskipun telah dibubarkan, para anggota organisasi pengusung Khilafah masih saja bergentayangan di media sosial. Menurut mereka, banjir di Kalimantan Selatan dan gempa di Sulawesi Barat adalah azab yang tidak akan terjadi, bila Khilafah ditegakkan di negeri ini. Pertanyaannya, benarkah Khilafah dapat menghentikan bencana yang menimpa Tanah Air kita?

Melihat sejarah masa lalu, tepatnya pada masa Khalifah al-Mutawakkil ‘Alallah (232-247 H). 240 H, gempa dahsyat terjadi di sejumlah wilayah kekuasaannya. Bahkan, gunung-gunung terbelah dan bumi retak. Imam al-Suyuthi dalam Tarikh al-Khulafa mengisahkan, saking parahnya retakan tanah, sampai-sampai seorang manusia bisa masuk ke dalamnya.

Begitu pula yang terjadi pada masa Khalifah al-Mu’tadhid Billah (279-289 H). Gempa hebat menghancurkan kota dan menghabiskan sekitar 150.000 nyawa. Imam Suyuthi menggambarkan, bagaimana kegersangan yang terjadi pada 281 H itu menyebabkan masyarakat kesulitan mendapatkan air dan harus membayar mahal untuk minum seteguk air saja. Bahkan, kelaparan yang melanda banyak orang, membuat mereka terpaksa memakan bangkai.

Kemudian, hal serupa terjadi pada masa Khalifah al-Nashir Lidinillah. Kelaparan mewabah sebab keringnya sungai Nil, sumber kehidupan bagi orang-orang Nil dan sekitarnya, tepatnya pada tahun 296 H. Hal itu membuat harga semua kebutuhan pokok tinggi. Di tengah keadaan darurat, sebagian rakyat terpaksa memakan bangkai dan mayat manusia.

Bahkan, mereka dalam kondisi paling buruk, sampai-sampai menggali pemakaman dan memakan jasad manusia. Imam al-Dzahabi menjelaskan secara detail, salah satunya banyak mayat bergelimpangan di jalanan. Kondisi tragis ini diceritakan terus berlangsung sampai tahun 298 H.

Semua data tersebut menunjukkan, bahwa Khilafah tak luput dari bencana. Mulai dari krisis kebutuhan primer manusia, kerusakan alam, sampai kematian. Bencana merupakan hal yang sangat sulit untuk dihindari, kecuali manusia berusaha untuk tidak merusak lingkungan. Wacana Khilafah sebagai solusi bebas bencana tampaknya terlalu dibuat-buat dan dipaksakan.

Terlalu egois rasanya, jika kita menyebut bencana yang menimpa orang lain sebagai azab, sedangkan bencana yang menimpa dirinya dan keluarganya adalah ujian. Subjektivitas ini seolah menerima dengan lapang dada bencana yang datang tanpa mengintrospeksi diri dan melakukan perbaikan atas ulah manusia.

Baca Juga  Jihad ala Santri Milenial

Di sisi lain, jika bencana tersebut dianggap sebagai azab, maka kian banyak korban berjatuhan, kian baik. Kita akan menganggap diri sendiri baik, sedangkan orang lain tidak. Hal ini tentu saja dapat mengganggu hubungan antarmanusia yang seharusnya damai dan harmonis (hablum minannas).

Maka dari itu, perlu ditekankan, bahwa penyebab bencana bukan karena azab Allah kepada manusia yang tidak mau beriman atau karena kita menolak Khilafah, tetapi karena ulah manusia yang merusak alam demi kepentingan pribadi. Dalam al-Quran Allah SWT berfirman, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan [al-Qashash (28): 77].

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan-tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan Sebagian dari (akibat)perbuatan mereka, agar mereka Kembali (ke jalan yang benar) [al-Rum (30): 41]. Dan mereka berusaha menimbulkan kerusakan di bumi. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan [al-Maidah (5): 64].

Ayat-ayat tersebut secara jelas mengingatkan manusia untuk peduli terhadap lingkungan. Dengan cara menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistemnya agar tidak menimbulkan kerusakan di bumi. Tidak dzalim terhadap lingkungan adalah langkah efektif di samping melakukan antisipasi terjadinya bencana.

Oleh sebab itu, datangnya bencana, bukan sekadar pengingat untuk mengubah kebiasaan maksiat, tetapi juga mengubah pola hidup yang dapat membahayakan lingkungan. Seperti berlebihan dalam menggunakan plastik sekali pakai, membuang sampah sembarangan, ataupun membuang limbah ke selokan atau sungai.

Dengan demikian, Khilafah bukan solusi bencana, sebab pada masa Khilafah pun bencana secara berturut-turut atau dalam jangka waktu yang lama mengancam kehidupan umat manusia. Dengan kata lain, Khilafah bukan jaminan Tanah Air kita akan terhindar dari bencana, karena sejatinya ia disebabkan ulah manusia yang merusak alam raya.[]

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.