Gus Ishom: Islam Mementingkan Isi daripada Bungkus

BeritaGus Ishom: Islam Mementingkan Isi daripada Bungkus

ISLAMRAMAH.CO, Rais Syuriah Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Ishomuddin atau yang akrab disapa Gus Ishom menyampaikan pendapatnya tentang keadaan umat muslim mutakhir yang tampak secara lahiriahnya berpenampilan islami, namun sebenarnya terselubung penyakit dendam dan benci yang berpotensi merusak ajaran Islam itu sendiri.

Menurut Gus Ishom, keadaan yang demikian bisa terjadi karena kondisi sebagian umat muslim saat ini cenderung mementingkan bungkus daripada isi, atau mementingkan formalitas daripadi substansi. Orang yang berdakwah mengatasnamakan Islam tetapi menyerukan perpecahan dan permusuhan adalah contoh perilaku umat Islam yang  tidak sesuai dengan prinsip agama Islam.

“Dalam pergaulan kini agaknya semakin mudah menjumpai orang beragama dengan penampilan lahiriahnya bak manusia suci, namun sorot mata, ucapan dan hatinya diliputi oleh kebencian kepada siapa pun yang dihakiminya keliru. Dadanya penuh sesak oleh amarah dan api dendam dengan tanpa secuil ruang untuk sekedar rasa cinta dan kasih sayang,” tulis Gus Ishom dalam status Facebook nya.

Kiai yang juga dosen Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung tersebut mengungkapkan, virus kebencian yang dimaksud adalah bentuk ekspresi penolakan atas keragaman, cenderung memonopoli tafsir, sehingga mudah menyalahkan pihak yang berbeda pendapat.  Kecenderungan seperti itu marak terjadi dalam dakwah di mimbar-mimbar keagamaan maupun di media sosial. Tentu saja sikap semacam itu menimbulkan efek yang buruk bagi masyarakat.

Menurut Gus Ishom, agama Islam tidak melarang umatnya untuk marah, seperti telah dicontohkan Rasulullah saat melihat seorang sahabat terlibat pertengkaran karena saling mempertentangkan ayat Al-Quran tentang takdir, sehingga Rasul pun dengan nada tinggi menasihati mereka. Menurut Gus Ishom, marah yang dibenarkan dalam agama adalah marah yang tidak mengandung unsur kata-kata kotor dan menjelekkan, namun hanya sekedar untuk bersikap tegas terhadap suatu masalah.

Baca Juga  Habib Ali Al-Jufri: Hindari Perasaan Paling Baik dan Benar

“Itulah marah yang benar, marah yang terkendali, bukan marah yang keliru yaitu marah yang dikotori oleh caci maki, kedengkian apalagi fitnah, marah yang meluluh-lantahkan nama baik orang lain,” tegas ulama kelahiran Lampung tersebut.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.