Ngaji al-Muqaddimah: Keutamaan Ilmu Sejarah

KhazanahNgaji al-Muqaddimah: Keutamaan Ilmu Sejarah

Sekali lagi, aku ingin mengatakan, bahwa ilmu sejarah merupakan ilmu yang mempunyai beragam mazhab, faedah yang melimpah, dan tujuan yang mulia. Ilmu sejarah menjadikan kita dapat mengetahui peristiwa orang-orang terdahulu: perjalanan hidup para Nabi dan kepemimpinan para Raja, sehingga kita dapat mengikuti jejak mereka dalam urusan agama dan dunia.

Meskipun demikian, kita membutuhkan sumber yang terpercaya, pengetahuan yang luas, dan cara pandang yang obyektif untuk mencapai pada kebenaran dan terhindar dari kesalahan. Jika kita hanya menukil mentah-mentah sebuah peristiwa tanpa menelusuri dasar-dasar kebiasan, kaidah politik, tabiat sosial masyarakat, dan tidak membandingkan antara apa yang abstrak dengan yang faktual, antara masa lalu dan masa kini, maka sebuah peristiwa tidak dapat dipercaya.

Kita banyak menemukan para sejarawan yang hanya menukil sebuah peristiwa yang mencampuradukkan antara kisah dan realitas faktual. Mereka tidak menelusuri akar-akar masalahnya, tidak membandingkan dengan peristiwa yang lain yang serupa, dan tidak meneliti secara obyektif, sehingga mereka terjauh dari kebenaran.

Contoh yang mencolok di antaranya sejarawan al-Mas’udi yang menghitung tentara Bani Israel melampaui 600.000 orang. Jumlah tersebut sangat tidak masuk akal jika melihat Mesir dan Syam pada masa itu, karena setiap kerajaan mempunyai wilayah tersendiri.

Alasan lain, kerajaan Persia pada masa itu jauh lebih besar daripada Bani Israel yang digambarkan justru mampu mampu menaklukkan Bani Israel. Meskipun kerajaan Persia lebih besar, tapi jumlah tentaranya juga tidak mencapai 600.000 orang juga. Di dalam Israeliyat saja disebutkan tentara Sulaiman hanya 12.000 orang saja, padahal kekuasaannya lebih luas daripada Bani Israel. Masih banyak kisah lain yang tidak masuk akal seperti kisah Raja-Raja Yaman.

Baca Juga  Gus Dur, Pahlawan HAM

Kalau kita melihat dan membaca dengan seksama, maka kita akan menemukan penulisan sejarah yang jauh dari kebenaran. Maka dari itu, kita harus berhati-hati saat membaca sejarah. Sekali lagi, sejarah harus diletakkan dalam konteksnya dan dipahami sesuai dengan aturan kesejarahan, sehingga kita bisa memahami sejarah sebaik dan sesempurna mungkin.

Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldunhttp://IslamRamah.co
Ibn Khaldun (/ˈɪbən kælˈduːn/; Arabic: أبو زيد عبد الرحمن بن محمد بن خلدون الحضرمي‎, Abū Zayd ‘Abd ar-Raḥmān ibn Muḥammad ibn Khaldūn al-Ḥaḍramī; 27 May 1332 – 17 March 1406) was an Arab historiographer and historian.[8] He is claimed as a forerunner of the modern disciplines of historiography, sociology, economics, and demography
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.