Merayakan Maulid Nabi Setiap Hari

KhazanahMerayakan Maulid Nabi Setiap Hari

Hari kelahiran Nabi boleh saja sudah terlewat beberapa pekan bahkan sekian bulan lalu. Namun, spirit memuliakan momentum kehadiran manusia terpilih itu tidak padam. Panggung perayaan, pengajian daring, majelis-majelis bertema maulid Nabi masih terus saja digelar oleh beragam kalangan masyarakat. Memang layak untuk setiap hari kita memeringati kelahiran Nabi. Rasulullah SAW adalah jalur favorit Tuhan yang bisa menyambungkan kita dengan Dia dan cinta-Nya. Pada Nabi Muhammad SAW Allah titipkan garansi syafaat bagi umat. Bukti bahwa Rasulullah merupakan kekasih Tuhan yang tak terbantahkan keagungannya. Maka memuliakan, mengingat, merayakan keberadaan Nabi adalah jalan perkenan Tuhan itu sendiri.

Kiat paling sederhana untuk merayakan kehadiran Nabi adalah dengan mengingatnya agar terbangun koneksi antara kita dengan beliau. Ingatan itu akan lebih menguat dan berkualitas dengan kita menyertakan shalawat, sebuah untaian bacaan yang akan tetap diterima dalam kondisi apapun, saat si pembaca sedang lalai sekalipun. Pembaca shalawat pun akan diganjar lipatan kebaikan. Nabi bersabda, “Barang siapa bershalawat padaku satu kali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali, dan dihapus darinya sepuluh kesalahan, serta diangkat baginya sepuluh derajat” (HR. Muslim). Di samping itu, dengan memperbanyak shalawat kita bisa memperoleh privilese kedekatan dengan Nabi kelak di hari akhir. Beliau bersabda, “Orang yang paling dekat denganku di hari kiamat nanti adalah orang yang paling banyak bershalawat kepadaku” (HR. Tirmidzi).

Langkah lebih lanjut, mendaras khazanah Nabi Muhammad SAW merupakan tamasya batin yang akan mengantar kita pada wahana yang menenangkan dan inspiratif. Nabi Muhammmad SAW adalah entitas yang menginspirasi. Menyusuri kehidupan Rasulullah SAW menjadi cara untuk mengenal panorama akhlak beliau yang luhur nan mulia. Menduplikasi akhlak Nabi dalam kehidupan sehari-hari dan melanggengkannya menjadi tugas lanjutan bagi kita umatnya. Nabi Muhammad SAW seolah menyimpan ‘magis’ yang bisa memberi dampak kebaikan, tak hanya bagi manusia tapi juga seluruh alam. Saat berdekatan dengan Nabi, mengingat beliau, tercipta semacam kesadaran ukhrawi dan rasa tenteram. Namun, sering kali saat kedekatan itu usai, kita kembali lalai, terlampau fokus bergumul dengan perkara yang sia-sia. Kurang lebih hal demikian pun pernah dikeluhkan oleh sahabat Nabi.

Seperti aduan yang sempat disampaikan oleh sahabat Hanzhalah kepada Rasulullah SAW, bahwa ia menyangka dirinya telah munafik. Sontak Nabi pun menanyakan apa maksudnya. Hanzhalah menjawab, “Wahai Rasulullah seakan surga dan neraka ada di hadapan kami ketika engkau mengingatkan kami tentangnya dalam mejelismu. Akan tetapi, ketika kami tidak lagi berada di majelismu kami pun lalai dengan anak, istri, dan kehidupan kami sehingga kami banyak melupakan (akhirat)”. Nabi pun bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku ada pada genggaman-Nya, jika kalian terus beramal sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku dan selalu mengingat akhirat, maka niscaya malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidur kalian maupun di jalan-jalan. Namun Hanzhalah, manusia itu ada kalanya begini (berzikir/mengingat Allah) dan ada kalanya begitu (berinteraksi dengan anak serta istri).” (HR. Muslim). Pendek kata, persoalan dunia dan akhirat bukan untuk dipertentangkan, melainkan untuk dijalani secara berimbang.

Baca Juga  Pesan Optimisme di Bulan Nabi

12 Rabiul Awal masih menyimpan pesona lain yang patut dikenang dan dirayakan. Rasulullah SAW lahir pada bulan Rabiul Awal yang mengandung makna “musim semi yang pertama”. Selain memang maknanya yang elok, bulan itu pun menjadi mulia sebab Nabi lahir di dalamnya. Musim semi adalah tanda permulaan keindahan dan senyum. Waktu di mana bunga-bunga kembali mekar, tumbuh-tumbuhan kembali menyapa. Rabiul Awal, bulan yang memberi harapan baru setelah fase-fase sulit sebelumnya di masa yang dingin, kelabu, penuh ancaman badai, dan terjedanya kehidupan tumbuh-tumbuhan. Musim semi kelahiran Nabi menjadi perlambang optimisme, momentum penyegaran dan pembaharuan kehidupan masyarakat Arab kala itu yang dipenuhi praktik-praktik jahiliah seperti halnya kapitalisme elite Arab, budaya perang, sentimen kesukuan yang kuat, perbudakan, penindasan terhadap wanita, dan semisalnya. Nabi hadir untuk memberantas segala tradisi jahiliah tersebut.

Merayakan maulid Nabi sama halnya dengan mengisi ulang daya semangat profetik pada diri kita untuk kembali peduli meneruskan perbaikan peradaban, pembelaan kemanusiaan, penghapusan praktik-praktik hidup yang tak bermoral guna mewujudkan keadilan dan tumbuh kembangnya cinta kasih universal di muka bumi. Spirit maulid Nabi kian sesuai untuk dihidupi dalam konteks dunia yang tengah dilanda konflik berdarah di berbagai tempat. Konflik Israel-Palestina, perang Rusia-Ukraina, gejolak dan krisis di Afghanistan serta di berbagai belahan bumi lainnya. Nabi Muhammad SAW adalah seorang reformis yang hadirnya membawa harapan, kegembiraan, serta optimisme bagi sekalian alam. Bersama dengan ingatan kenabian, melanggengkan shalawat bagi beliau, membuka kilas balik moral dan perjuangannya, menjadi perayaan rutin agar kita terjaga untuk mengatur ulang hari dengan harapan-harapan yang baik. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.