Oleh : Nata Sutisna, Mahasiswa Indonesia di Universitas Zaitunah, Tunisia
Tunis, Tunisia — Ketua Simposium Kawasan Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia Kawasan Timur Tengah dan Afrika, Ahmad Hashif Ulwan mengatakan Simposium Pelajar Indonesia di Timur Tengah akan membahas upaya moderasi beragama sebagai solusi kebangsaan dan kemanusiaan.
Simposium Kawasan Pelajar Indonesia di Timur Tengah dan Afrika akan dihelat di Tunis pada 17-21 Juli 2023 mendatang dan akan dihadiri oleh pelajar Indonesia di Timur Tengah dan Afrika yang tersebar di 18 negara kawasan Timur Tengah. Selain itu, para tokoh yang terdiri dari cendekiawan, akademisi, dan ulama dari Indonesia dan Tunisia juga akan hadir dan mengisi kegiatan perhelatan akbar tahunan ini.
Menurut Ketua Simposium Pelajar Indonesia di Timur Tengah dan Afrika, Ahmas Hashif, maksud dan tujuan Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, terhadap agama-agama ialah untuk menjaga tatanan alam semesta dan memperbaiki keadaan masyarakatnya. Sebab itu, para pelajar Indonesia di Tunisia sepakat untuk membahas isu ini pada Simposium Pelajar Indonesia di Timur Tengah, sehingga ke depan wacana keagamaan yang humanis itu dapat menghiasi Indonesia atau bahkan dunia.
“Indonesia adalah negeri yang kaya akan keberagaman. Sedangkan moderasi beragama merupakan jembatan pemersatu masyarakat. Karena moderasi beragama mengandung prinsip kesetaraan. Sehingga, seorang yang mengamalkan moderasi beragama pasti toleran terhadap keberagaman. Sebab itu, seluruh anak muda Indonesia harus paham konsep moderasi beragama, sehingga persatuan di antara sesama dapat betul-betul terjaga secara kokoh”, kata Hashif di Tunis, Tunisia, Kamis (7/6).
Simposium Pelajar ini merupakan momentum besar bagi para pelajar Indonesia di Timur Tengah dan Afrika untuk bersama-sama merumuskan gerakan bersama yang harus dimplementasikan secara serentak sehingga para pelajar Indonesia di Timur Tengah ini dapat berkontribusi nyata bagi Indonesia.
Sejalan dengan moderasi beragama yang digagas oleh Menteri Agama RI, para pelajar Indonesia ingin mengambil peran dalam membangun wacana keagamaan yang humanis dan inklusif. Sehingga, Indonesia emas 2045 nanti dapat betul-betul dicapai.
“Saat ini Indonesia mengalami Bonus Demografi, yang mana usia produktif yaitu anak muda sedang mendominasi. Maka kami tidak tinggal diam. Kami ingin berperan dalam membangun perdamaian di antara sesama anak bangsa dan memerangi intoleransi, diskriminasi, serta radikalisme atas nama agama”, katanya.
Ahmad Hashif menyebut Persatuan Pelajar Indonesia di Tunisia ingin kampanye moderasi beragama ini menjadi gerakan global mahasiswa Indonesia di seluruh dunia. Oleh karenanya acara ini akan dihadiri oleh para pelajar Indonesia yang sedang menempuh studi di 18 negara yang berada di kawasan Timur Tengah dan Afrika.
“Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia ini merupakan organisasi besar. Di dalamnya seluruh mahasiswa Indonesia di luar negeri berkumpul, berdialektika, dan bergotong-royong agar dapat berkontribusi bagi Indonesia. Masa yang banyak ini harus didukung dengan gagasan brilian dan gerakan global yang terukur. Kami optimis, Indonesia ke depan akan semakin maju ketika anak mudanya bergandengan tangan” kata Hashif, Ketua Simposium Pelajar Indonesia di Timur Tengah dan Afrika 2023.
Ia juga menegaskan, bahwa para pelajar Indonesia di Tunisia harus mewarisi api perjuangan para ulama Nusantara yang selalu berdiri paling depan membela kemanusiaan, seperti Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, KH. Wahab Chasbullah, dan lain-lain. “Para ulama Nusantara yang selalu membangun wacana keagamaan humanis harus menjadi inspirasi bagi generasi muda saat ini”, pungkasnya.