Lasminingrat, Sang Inisiator Sekolah Rakyat

KhazanahLasminingrat, Sang Inisiator Sekolah Rakyat

Tak seperti Kartini dan Dewi Sartika, sosok Lasminingrat memang belum familiar di masyarakat Indonesia. Bahkan di buku sejarahpun, perannya nyaris tak ditampilkan. Pada tanggal 29 Maret 2023, laman google menampilkan sebuah gambar ilustrasi. Perempuan bersanggul dengan baju kebaya, menampilkan identitas busana keindonesiaan. Ialah Lasminingrat yang saat ini dikenang sebagai wanita pahlawan yang berjasa bagi pendidikan bangsa.

Bergelar Raden Ayu, Lasminingrat dikenal sebagai pioneer Pendidikan perempuan di era colonial. Hidup di keluarga terpandang, tak lantas membuat Lasminingrat diam melihat keterbelakangan Pendidikan yang dialami oleh teman sebayanya. Perempuan yang lahir di Garut 29 Maret 1854 ini berinisiatif untuk mengundang anak-anak yang ada di sekitar rumahnya. Beliau mengajarkan baca tulis, kebudayaan Sunda, Pendidikan agama, Pendidikan karakter dan juga Bahasa asing asing.

Pada 1907, kelompok belajar tersebut berkembang menjadi sebuah Pendidikan formal yang diberi nama Sakola Kautamaan Istri. Berlokasi di Ruang Gamelan, Pendopo Garut. Pada awalnya, sekolah ini hanya dikhususkan untuk kaum perempuan saja. Istri dari bupati Garut ini yakin bahwa pemberdayaan perempuan dimulai dari pembekalan Pendidikan.

Semakin hari, semakin banyak anak-anak yang berdatangan ke Pendopo Garut untuk belajar. Hingga pada 1911, jumlah murid Raden Ayu Lasminingrat berjumlah 200 orang

Pada masa penjajahan Jepang tepatnya di tahun 1950, Sakola Kautamaan Istri berubah nama menjadi Sekolah Rakyat (SR). Tak hanya menampung siswa perempuan, SR juga terbuka untuk siswa laki-laki. Jasanya dalam dunia Pendidikan ini diapresiasi oleh pemerintah Kolonial saat itu. Karena ia diakui sebagai pelopor Pendidikan di masa tersebut.

Berbicara mengenai kesetaraan gender di bidang Pendidikan mungkin bukan hal yang istimewa saat ini. Hal ini lantaran keterbukaan akses bagi Pendidikan untuk perempuan sudah dibuka selebar-lebarnya terutama pasca reformasi. Namun akan lain jika kita berbincang di masa colonial. Masa dimana perempuan didomestikasi, dan strata sosial digunakan sebagai standar memanusiakan yang lainnya.

Jangankan berbicara mengenai Pendidikan, sekedar menyatakan pendapatnya sebagai manusia saja sangat sulit bagi perempuan. Itulah kenapa, peran perempuan yang secara kodrati mendapat previlage karena lahir dari keluarga bangsawan sangat berharga saat itu. Jikalau tidak dilahirkan dari keluarga bangsawan, maka perjuangannya untuk mencerdaskan kaum perempuan tak akan mendapatkan wadah. Namun menjadi anak bangsawan saja juga tidak cukup jika tidak disertai dengan nilai-nilai kemanusiaan untuk memperjuangkan kaum papa.

Baca Juga  Raih Berkah di Hari Arafah

Raden Ajeng Lasminingrat adalah teladan perempuan pejuang yang seharusnya menjadi inspirasi dalam memperjuangkan kesetaraan gender dimasa kini. Pola perjuangannya bisa jadi berbeda, karena permasalahan yang dihadapi perempuan dimasa RA Lasminingrat tentu berbeda dengan yang dihadapi saat ini.

Namun yang harus tetap disemaikan adalah nilainya, perjuangannya, keihklasannya, dan juga upaya yang tanpa mengenal putus asa. Jikalau bukan karena kepekaannya yang tinggi terhadap permasalahan sosial terutama bagi perempuan, maka menikmati peran sebagai istri seorang Bupati dengan segala keistimewaan akan dijadikan pilihan hidupnya. Menikmati strata tinggi, harta berlimpah, dan fasilitas ala pemerintahan.

Tapi bukan itu jalan yang ditempuh RA Lasminingrat. Bahkan menjelang usia 80 tahun pun, beliau masih tetap aktif memantau perkembangan Pendidikan bagi kaum pribumi. Saat ini jasad RA Lasminingrat memang sudah tiada, namun semangat perjuangannya akan tetap hidup dan menjadi inspirasi oleh perempuan di generasi setelahnya.

Bukan hanya kesetaraan Pendidikan yang harus diperjuangkan oleh perempuan dewasa ini. Ada banyak permasalahan sosial lain yang harus aktif disuarakan. Perjuangan melawan marginalisasi, subordinasi, KDRT, kekerasan seksual, narasi ekstrimis, patriarki adalah permasalahan yang saat ini masih harus diperjuangkan. Konsistensi dan ide-ide bernas RA Lasminingrat harus menjadi inspirasi perjuangan perempuan masa kini.            

Dari perjuangan RA Lasminingrat kita juga bisa mengambil hikmah yang besar. Bahwa tidak adanya kesenjangan yang dirasakan oleh seseorang secara individu, bukan berarti tidak ada masalah sosial yang bermunculan di sekitar kita. Itulah kenapa menghidupkan kepekaan dan nilai kemanusiaan adalah hal penting yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Karena perjuangan di dunia adalah bentuk ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.