Merawat Nasionalisme Kita

KolomMerawat Nasionalisme Kita

Orang-orang dahulu mengarahkan kesetiaan mereka pada berbagai bentuk kekuatan sosial, kesukuan, kerajaan, kelompok keagamaan, ataupun kesatuan ideologi. Pada sekitar abad 19 terjadi gelombang benturan sosial yang melahirkan kesadaran bersama akan hukum dan HAM yang selanjutnya mengarah pada terbentuknya tata dunia baru, berupa tatanan bangsa-bangsa. Untuk konteks bangsa kita, sejarah kolonialisme menjadi tragedi kolektif yang membentuk perasaan sepenanggungan serta keinginan hidup bersama, mengalahkan ragam beda tradisi, suku, agama, bahasa, dan sebagainya. Bangsa Indonesia merupakan hasil hidup kita dalam sejarah yang diikat oleh rasa nasionalisme. Nasionalisme adalah proyek bersama yang harus diperjuangkan secara berkelanjutan.

Sebagai ideologi, nasionalisme menuntut aktualisasi sikap yang dinamis, sejalan dengan tata sendi kehidupan kita yang juga bergeser. Sederhananya, kita tidak lagi perlu angkat senjata untuk mengusir penjajah sebagai wujud nasionalisme atau rasa cinta Tanah Air. Tren yang bersifat sloganistik-heroik pun nampaknya dirasa telah cukup usang, meski dalam kondisi dan kadar yang proporsional, slogan-slogan tetap diperlukan sebagai jalur pintas pengukuh identitas nasional. Yang penulis amati misalkan, slogan “NKRI harga mati” belakangan justru menimbulkan pembelahan di masyarakat. Sebab kalimat-kalimat itu hanya digunakan secara artifisial belaka bahkan dimanfaatkan untuk kepentingan politis, tanpa dipahami maknanya secara detail. 

Merawat nasionalisme berarti menjaga cita-cita kemerdekaan dan kemauan hidup bersama sebagai bangsa. Hal ini menuntut upaya seluruh lapis masyarakat serta pemerintah. Munculnya kelompok atau kalangan yang ingin melepaskan diri dari rancang bangun bangsa Indonesia adalah alarm keras bagi nasionalisme kita. Ulah oknum penguasa yang bernafsu melanggengkan kekuasaannya dan praktik ketidakadilan, menyebabkan matinya nasionalisme. Pengkhianatan semacam itu melahirkan rasa kecewa atas identitas nasional yang melekat selama ini. Menurut Effendi (dalam Kusumawardani & Faturochman: 2004), di antara penyebab sebagian kelompok etnik ingin melepaskan diri dari negara induknya adalah karena perlakuan tak adil oleh pemerintah pusat seolah seperti warga negara kelas dua.

Dalam bangunan nasionalisme ada kebutuhan pada “suatu kebanggaan” untuk ditampilkan sebagai identitas kebangsaan. Dan yang dibanggakan adalah identitas esensial seperti suasana negara yang demokratis, pemerintahan yang bersih, berkeadilan sosial, dan peduli pada perlindungan HAM. Ketika negara tak hadir dengan rupa warna karakter demikian dan malah berlaku tiran, maka tak heran jika rasa cinta masyarakat pada bangsanya mengikis perlahan.

Mengenai bagaimana kita merawat nasionalisme, maka terlebih dahulu harus memahami sejarah terbentuknya nasionalisme kita. Permulaan abad ke-20 adalah periode awal munculnya kesadaran nasionalisme, yang mana organisasi Budi Utomo diyakini sebagai tonggak kebangkitan nasionalisme. Masa-masa tersebut hingga terbit kemerdekaan dikenal sebagai era pergerakan nasional. Derita panjang dalam segala aspek kehidupan akibat penjajahan yang dialami masyarakat kita telah membidani nasionalisme Indonesia. Kita bersatu tak peduli warna yang berbeda, kita hanya berkeinginan kuat lepas dari penindasan.

Baca Juga  Cinta Asas Agama

Seturut dengan teori populer Benedict Anderson dalam Imagined Communities, yang menyatakan bahwa dalam spirit antropologis, bangsa merupakan suatu komunitas politik yang dibayangkan, di mana dibayangkan secara terbatas serta berdaulat. Anderson menyebut itu sebagai komunitas yang “dibayangkan” karena bahkan anggota dari suatu bangsa terkecil pun tidak akan pernah mengenal sebagian besar anggota mereka, atau bertemu mereka, bahkan sekadar mendengar tentang mereka. Namun, dalam pikiran masing-masing hidup citra persekutuan mereka.

Demikian pula nasionalisme kita yang dalam proses terbentuknya membayangkan suatu komunitas merdeka dan berdaulat. Kita pun tak pernah dan bahkan mustahil tahu satu per satu anggota bangsa ini, tapi kita terikat persatuan dan harapan bersama. Terlepas dari segala perbedaan, bangsa selalu dipahami sebagai persaudaraan yang dalam dan horizontal. Di titik tertentu, persaudaraan itu memungkinkan seseorang rela mati demi imajinasi tentang komunitas tadi.

Dari sekilas gambaran sejarah, kita beranjak pada pemahaman tentang nilai-nilai dasar nasionalisme yang berorientasi pada prinsip mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan golongan atau pribadi yang merusak tatanan kehidupan kolektif. Prinsip ini yang mesti diwujudkan bersama. Sendi-sendi nasionalisme yang mesti dijaga juga kita dapati dari potret historis bangsa ini. Pertama, keinginan hidup bersama adalah unsur paling penting bagi terbentuknya suatu bangsa. Untuk itu, kita mesti terus berjuang menjaga nyala persatuan dan cita-cita kolektif bangsa untuk keberlangsungan kehidupan bersama. Kedua, kesetiaan menjadi syarat yang harus diserahkan oleh tiap anggota bangsa untuk jalannya hidup bangsa itu sendiri. Ketiga, adanya komitmen menjaga hak-hak serta kewajiban-kewajiban yang telah disepakati bersama melalui proses yang absah dan demokratis.

Kesadaran tiap individu akan makna kebangsaan adalah langkah awal merawat rasa nasionalisme. Tanpa pandang siapa dan tak ada batasan bagaimana kita mesti mengekspresikan rasa cinta Tanah Air, selagi ekspresi itu mengarah pada hasrat-hasrat untuk bertanggung jawab, kehormatan, pengabdian, juga rasionalitas. Nasionalisme memberi energi bagi identitas kita, sebuah kekuatan untuk menentang segala bentuk penindasan. Saat rasa kebangsaan itu terkoyak, maka dengan mudah kita akan dipermainkan musuh. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.