Aturan Emas Nabi Muhammad SAW

KhazanahHadisAturan Emas Nabi Muhammad SAW

Rasulullah SAW datang dengan membawa aturan bermutu tinggi. Sejak awal Nabi Muhammad menekankan spirit antroposentris dalam seluruh ajarannya. Beliau tidak mendikte umat manusia agar sibuk dengan ritual, tapi mengajarkan prinsip iman dan nilai ibadah melalui ajaran serta perilaku aktual yang manusiawi. Pengutusan Nabi ke muka bumi sendiri adalah suatu rahmat, maka dari itu seluruh yang bersumber dari beliau bernilai cinta dan welas asih sejak hulu hingga muara.

Sebuah golden rule yang dicetuskan Rasulullah terekam dalam riwayat yang menyatakan, bahwa Tidak beriman salah seorang dari kalian sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri (HR. Bukhari dan Muslim). Sabda Nabi tersebut menunjukkan, bahwa keimanan sudah semestinya meniscayakan keadilan dan perilaku setara. Adil dan setara adalah kaidah Islam yang dari situ akan memunculkan rasa cinta, keakraban antarsesama, serta keteraturan kondisi umat manusia.

Para sarjana Islam menyebut bahwa “tidak beriman” dalam hadis tersebut bukan berarti kafir, melainkan merujuk pada kualitas iman. Ketika derajat atau kualitas keimanan seseorang tergantung pada bagaimana perilakunya terhadap sesama, maka kesadaran kemanusiaan menjadi jantung ajaran Islam itu sendiri. Tanpa menyadari nilai-nilai kemanusiaan dalam peribadatan ataupun segala pola perilaku hidup, yang akan terlihat adalah sikap sumbang, sebagai cermin dari mutu keimanan yang bersangkutan.

Nabi Muhammad meminta kita untuk mencoba berdiri di sepatu orang lain agar tak semena-mena terhadap sesama makhluk. Mencoba merasakan suasana diri manusia lain untuk mengembangkan kepekaan emosional dan sosial. Pendek kata, perlakukanlah orang lain seperti halnya kita suka diperlakukan oleh pihak lain. Karena mustahil manusia senang untuk ditindas, dilukai, maupun diperlakukan secara zalim, maka tak ada pilihan bagi kita selain berbuat baik kepada semua orang dan makhluk.

Tujuan dari aturan emas ini adalah agar manusia yang beragam suku bangsa, keyakinan, warna kulit itu saling mengerti dan memahami. Melalui kesepahaman akan tercipta kolaborasi untuk misi perdamaian yang Nabi usung. Damai berarti mampu bersikap rukun, menjaga ketenteraman, dan menolak bermusuhan meski dihadapkan pada persoalan pelangi perbedaan. Orang-orang yang berorientasi pada kedamaian, menyadari betul bahwa beda bukan alasan untuk bertikai. 

Baca Juga  Resesi Toleransi

Di antara amal yang paling terdepan ialah memelihara perdamaian dan hubungan baik dengan manusia. Menjadi juru damai bahkan dikatakan Nabi lebih utama dari sejumlah ibadah populer. Maukah aku beri tahu amalan yang memiliki pahala lebih daripada shalat, puasa, dan sedekah? Para sahabat menjawab, “Iya wahai, Rasulullah”. Nabi pun menjawab, “Mendamaikan perselisihan di antara kalian, sebab semua itu adalah perusak agama” (HR. Abu Daud dan al-Tirmidzi).

Seturut dengan pertikaian manusia yang memiliki daya rusak besar tersebut, Nabi mengajarkan kita menjadi manusia berkualitas dengan memaafkan siapapun yang berbuat salah pada kita, tak berhenti berbuat baik sekalipun terhadap orang yang jahat pada diri kita, dan mengajarkan semua berperilaku lapang hati yang bisa memutus mata rantai perselisihan.


Secara menyeluruh, ajaran-ajaran Nabi Muhammad adalah aturan emas itu sendiri, kumpulan khazanah hidup yang sangat luhur. Rasulullah merupakan sosok dengan jiwa yang memiliki kepedulian terhadap orang asing sebesar kepedulian beliau pada keluarga, kerabat, serta sahabat dekatnya. Mari mencoba memahami orang lain melalui identifikasi pada diri sendiri; diri kita yang senang diperlakukan adil, nyaman jika diberi senyuman, dan tak suka saat disakiti, pun diremehkan. Hadis di atas mengajarkan kita untuk menjadi manusia selaras yang tidak egois. Iman, cinta, dan kebaikan adalah kata kunci. Ridha Allah dan keseimbangan batin seseorang akan hadir saat ketiganya diselaraskan dalam arena kemanusiaan. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.